Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

06 December 2012

Mitos Kedigdayaan AU Israel Dirontokkan Stinger Iran

11:18 AM Posted by Unknown No comments
Poin penting mengenai pesawat tempur militer Rezim Zionis Israel adalah jet-jet tempur ini tercatat sebagai bagian dari sistem perang elektronik dan defensif terhadap serangan beragam roket yang ada di dunia. Para pengamat meyakini bahwa Israel memanfaatkan metode ini untuk menyembunyikan rahasia militernya.

Menurut laporan Mashreghnews, selama sepekan sejak dimulainya agresi Israel ke Jalur Gaza dan selama ini taktik perang Gaza berbeda dengan sebelumnya khususnya dengan perang 22 hari di tahun 2009 lalu. Sebelumnya di berbagai laporan mengenai senjata baru muqawama  baik roket maupun rudal dari darat ke udara seperti Fajr-5 mendapat sambutan hangat dari para pembaca.

Sistem persenjataan baru muqawama yang mampu mencapai sasaran 85 km dari Jalur Gaza termasuk Tel Aviv telah menimbulkan ketakutan di seluruh Palestina pendudukan. Namun yang membuat takjub para pengamat dunia adalah kemampuan baru muqawama di perang ini khususnya rudal panggul (stinger) muqawama.


Sebelum ini kesulitan utama muqawama Palestina adalah menghadapi serangan udara jet-jet tempur Israel. Selama sepekan ini berita mengenai tertembaknya pesawat F-16, helikopter Apache dan pesawat tanpa awak angkatan udara Israel menghiasi halaman depan media massa dunia. Mungkin masih banyak yang bertanya bagaimana pesawat tempur canggih Israel ini dapat ditontokkan muqawama?

Para pemimpin muqawama secara transparan menyatakan bahwa seluruh senjata yang digunakan saat ini di Gaza adalah bikinan Republik Islam Iran. Wakil Sekjen Jihad Islam mengatakan bahwa semua senjata yang ada di Jalur Gaza, mulai dari peluru sampai rudal buatan dan milik Iran.

Menurut laporan televisi al-Alam, Wakil Sekjen Jihad Islam Ziyad Nakhalah kepada televisi al-Manar menjelaskan kenyataan ini dan menegaskan juga bahwa senjata yang dipakai Hamas menyerang Israel juga buatan Iran. Dengan bersandar pada statemen ini maka kami akan menganalisa lebih akurat strategi baru para pejuang Palestina.

Meski banyak argumen yang menjelaskan mengapa hingga saat ini muqawama Palestina tidak memperlihatkan rudal anti udaranya secara besar-besaran dan hanya cukup memperlihatkan sejumlah tembakan rudal panggul anti pesawat ini ke udara, namun berbagai bukti cukup kuat yang menjadi bahan gunjingan dan prediksi.

Namun pertanyaannya di sini adalah, roket mana buatan Iran yang memiliki kemampuan merontokkan helikopter Apache dan F-16? Pada kesempatan kali ini kami akan mencoba untuk menjawab pertanyaan ini.

Secara tradisional roket jenis SAM-7 buatan Uni Soviet yang diproduksi Iran dengan nama Sahand termasuk jenis pertama roket panggul yang dibikin negara ini. Mengingat kemampuan rendah roket ini dibanding dengan roket lain di kelasnya, penggunaannya di era perang Pertahanan Suci dengan Irak tidak menguntungkan Iran. Kemudian ketika Stinger mulai masuk ke Iran di era Perang Pertahanan Suci, maka kondisi menjadi terbalik dan pejuang Iran memiliki kemampuan untuk menghadapi serangan udara.

Pasca perang Pertahanan Suci, Iran mulai berusaha meningkatkan kemampuan pertahanan udaranya di ketinggian rendah dengan membeli sejumlah sistem persenjataan baru. Sistem baru ini kemudian kian memperkuat angkatan bersenjata Iran, namun poin penting di sini adalah senjata seperti ini banyak ditemukan di pasar senjata dunia. Dan lagi untuk menghadapi senjata seperti ini oleh pihak-pihak yang mengancam Iran seperti Amerika Serikat dan Israel sangat mudah dilakukan.

Model Jet Tempur Rezim Zionis Israel
Angkatan udara Israel memiliki dua jenis pesawat dan satu helikopter tempur yang menjadi andalan utama untuk menggelar operasi militer. Pesawat F-15 dan F-16 serta helikopter Apache merupakan senjata utama Israel melakukan serangan udara ke Jalur Gaza.

Kini kami akan mengajak Anda untuk mengenal lebih dekat tiga mesin perang Israel. Pesawat F-15 model pertama termasuk kelas pemburu (fighter) dengan kemampuan tempur dari udara ke udara. Di model pertama F-15 tidak memiliki kemampuan serangan dari udara ke darat. Untuk tahun-tahun berikutnya F-15 dibikin semakin canggih dengan kemampuan serangan dari udara ke darat.

Poin penting mengenai F-15 dan seluruh pesawat tempur yang diserahkan ke Israel adalah pesawat ini menjadi bagian dari sistem perang elektronik dan defensif terhadap roket dan berbagai radar yang ada di dunia. Hal ini juga sejak lama menjadi incaran Israel dan Tel Aviv berusaha memanfaatkan teknologi internal di senjata asing yang dijual ke rezim ini.

Hingga kini belum ada data mengenai sistem ini dan pengamat mengakui bahwa Zionis menggunakan metode ini untuk menyembunyikan rahasianya. Masalah ini menunjukkan bahwa Israel pun tak percaya kepada sekutu dekatnya, Amerika Serikat. Israel berusaha memenuhi kebutuhan senjatanya sendiri melalui sumber daya dalam negeri.

Pesawat tempur F-16 bikinan perusahaan Lockheed Martin juga bernasib seperti F-15. Pada awalnya F-16 juga tidak memiliki kemampuan serangan dari udara ke darat, namun seiring dengan berlalunya waktu, pesawat ini mengalami perubahan besar dan dilengkapi dengan berbagai kemampuan untuk menjalankan operasi militer.

Sementara itu, Helikopter Apache merupakan peninggalan Perang Dingin. Ketakutan Amerika Serikat terhadap gelombang besar tank dan kendaraan lapis baja Rusia yang berbaris di balik tembok Berlin memaksa negara ini memproduksi helikopter tempur senilai 20 juta dolar.

Apache terhitung helikopter berat dengan dilengkapi sistem canggih untuk menarget sasaran. Helikpoter ini dilengkapi dengan roket anti tank AGM-114 Hellfire dan radar pelacak  serta mampu menembak tank dalam jarak 10 km. Dalam hal ini Israel juga memanfaatkan Helikopter Apache untuk memmperkuat sistem pertahanannya, khususnya dalam menghadapi roket panggul (stinger).

Sejumlah laporan menyebutkan drone Israel yang berhasil dirontokkan muqawama Palestina dari kelas Skylite B. Skaylite B termasuk pesawat tanpa awak ringan yang digunakan untuk pengintaian dari jarak dekat. Pesawat tanpa awak ini memanfaatkan signal lemah dan dengan demikian cukup sulit keberadaan peswat ini untuk diintai, apalagi diserang.

Apa Jenis Roket Anti Udara Muqawama Palestina?
Salah satu roket anti udara jarak pendek dan paling efektif adalah roket panggul (stinger). Roket ini dapat dipanggul oleh satu orang dan roket ini sangat efektif bagi pejuang Palestina mengingat medan tempur Jalur Gaza dan perang gerilya yang lancarkan muqawama dalam melindungi warga. Beberapa dari jenis roket ini dapat juga ditemukan di Republik Islam Iran yang disebut dengan roket Misaq.

Roket Misaq yang kemungkinan besar menjadi pilihan pejuang Palestina sejatinya merupakan jawaban dari riset luas mengenai perang terbaru di kawasan. Kajian terkait terbang di ketinggian rendah guna meningkatkan keakuratan tembakan serta menghindari radar pelacak menjadi strategi perang yang diminati banyak angkatan udara negara dunia. Jika kita mencermati perang terbaru di kawasan Timur Tengah maka akan kita temukan pemanfaatan strategi perang ini oleh angkatan udara Barat.

Model pertama roket Misaq pada awalnya untuk menarget sasaran terbang seperti helikopter dan pesawat dengan kecepatan biasa. Namun kemudian, kemampuan roket Misaq diperkuat sehingga mampu mengejar dan menghancurkan rudal cruise. Kecepatan tinggi roket Misaq sekitar tiga kali dari kecepatan suara menjadi pilihan ideal bagi gerilyawan seperti Hamas. Misaq 2 mampu mengejar sasaran dari jarak 5 km dan di ketinggian 3,5 km.

Berat roket Misaq 2 sekitar 11 kg dengan hululedak seberat 1,42 kg. Berat keseluruhan roket beserta pelontarnya sekitar 17 kg serta dapat dipanggul oleh satu orang. Keistimewaan roket ini mengingat keunggulan pelontarnya adalah dapat disimpan dalam waktu yang lama, kemudahan operasional dan dapat digunakan pula di suhu 30 di bawah nol hingga 60 derajat celcius.

Kontrol otomatis juga memungkinkan untuk menembak atau mematikan sistem ini secara otomatis serta memungkinkan pengguna untuk meninggalkan lokasi penembakan secepat mungkin dan meminimalkan ancaman dari serangan musuh. Sensor roket ini dari jenis inframerah dan hal ini memungkinkan roket Misaq 2 menyerang sasaran dari berbagai sudut. Dengan demikian roket Misaq 2 juga mampu menghadapi serangan dari jarak dekat.

Taktik Hamas Memanfaatkan Roket Anti Udara
Poin penting lain yang patut dikaji adalah strategi yang gunakan untuk roket ini. Masalah penting lainnya, Hamas tidak memiliki sistem radar untuk menentukan arah sasaran dan target atau ketinggian pesawat tempur Israel yang melanggar zona Gaza. Oleh karena itu, kemungkinan besar para pejuang Palestina menggunakan strategi dengan memasang umpan, penyergapan atau menembak serentak dari berbagai sudut untuk menjatuhkan pesawat tempur Israel.

Di sisi lain, juga harus dibongkar juga kegagalan intelijen Rezim Zionis Israel. Sangat bisa dipastikan bahwa jika Tel Aviv sebelum menggelar perang di Gaza mengetahui sistem roket anti udara muqawama maka mereka akan menaikkan ketinggian terbang pesawat tempurnya. Kemungkinan besar juga Israel menggelar perang Gaza kali ini dengan bayangan seperti perang tahun 2009 bahwa muqawama tidak memiliki roket anti udara. Dengan demikian jet-jet tempur Israel kali ini pun tetap terbang rendah selain untuk mengakuratkan serangannya juga untuk merusak semangat warga Gaza. Namun ternyata mereka tertipu dan akhirnya menelan pil pahit.

Akhirnya poin ini juga tak boleh dilupakan bahwa mengingat sampai saat ini belum ada gambaran yang jelas mengenai sistem roket anti udara milik muqawama Palestina maka kita tidak dapat menebak secara tepat anti udara sebenarnya yang dipakai Hamas. Namun yang pasti senjata Iran yang selama ini dilecehkan sejumlah media Barat dan musuh Republik Islam, saat ini mampu merontokkan jet tempur paling canggih dunia dan militer yang mengklaim sebagai pasukan terbaik keempat dunia. Kini Israel pun terpaksa meminta diberlakukannya gencatan senjata.

Kini coba kita bayangkan Rezim Zionis Israel yang saat ini militernya dibingungkan dengan senjata Iran di Gaza ingin menggelar perang dengan Republik Islam.

(IRIB Indonesia/Mashreghnews/MF)

0 komentar:

Post a Comment