Ilustrasi--Pengunjung
melihat maket Pesawat N-219 yang tengah dikembangkan oleh PT Dirgantara
Indonesia dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat
Pameran Hari Ulang Tahun BPPT di Jakarta beberapa waktu lalu. (FOTO
ANTARA/Dhoni Setiawan)
Bandung - PT Dirgantara Indonesia (Persero) melaksanakan pembenahan diri
skala besar melalui program restrukturisasi dan revitalisasi guna
menghadapi tantangan bisnis kedirgantaraan kini dan masa depan.
"Pasar industri kedirgantaraan semakin kompetitif. PT DI sebagai industri pesawat terbang kebanggaan bangsa Indonesia harus siap menghadapi tantangan itu agar tetap eksis," kata I.P. Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PT DI kepada pers di Bandung, Selasa (4/12).
Windu mengatakan jajaran PT DI menyadari upaya menghadapi tantangan bisnis itu bukan pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan tekad bersama seluruh komponen bangsa terkait, dukungan Pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, wacana saja tak cukup, kata Windu.
Untuk menjawab tantangan, PT DI telah melakukan Program Restrukturisasi dan Revitalisasi baik dalam hal organisasi, keuangan, SDM, perbaikan sistem Informasi Teknologi, permesinan, dan lainnya.
"Restrukturisasi ini berdasarkan arahan Pemerintah saat pelantikan manajemen baru Oktober lalu," kata Windu.
Untuk program Revitalisasi, katanya, PT DI sepenuhnya dibantu oleh para tenaga ahli dari Airbus Military sebagai mitra bisnis utama saat ini. Sejarah panjang kerjasama PTDI dan Airbus Military dalam pembuatan dan pengembangan pesawat terbang di Indonesia sejak 1976.
"Dengan semakin meningkatnya kepercayaan Airbus Military terhadap kinerja PTDI, beberapa bentuk perjanjian baru telah dibuat dan ditandatangani," kata Windu yang menambahkan Airbus telah memutuskan pemindahan produksi pesawat C295-nya dari Sevilla di Spanyol ke Bandung.
Kerjasama PTDI-Airbus Military itu antara lain dalam Perjanjian Kerjasama Strategis (Strategic Collaboration Agreement), Perjanjian Beregu (Teaming Agreement), Perjanjian CN295, Perjanjian Kolaborasi Industri (Industrial Collaboration Agreement).
Khusus program revitalisasi untuk proyek CN295, kerjasamanya bertujuan memperluas kemampuan Industri Strategis Nasional, ditandatangani pada 21 Desember 2011, meliputi beberapa paket pekerjaan strategis, yaitu Rear Fuselage, Empennages, Delivery Center, In-Service Support dan Computer Based Training.
Dari kerjasama tersebut, PT DI berharap dapat memproduksi beberapa komponen penting dari pesawat CN295, baik yang diperuntukan bagi customer domestik maupun luar negeri, serta pengiriman pesawat ke customer tepat waktu.
Saat ini PT DI dan Airbus Military telah menyelesaikan Industrial Plan dan New Lay-out untuk Rear Fuselage, Empennages dan Delivery Center.
"Diharapkan pada awal tahun 2013 Delivery Center sebagai pusat pengiriman pesawat CN295 dapat dirampungkan pembangunannya," katanya.
Selain dari itu, pekerjaan program revitalisasi lainnya adalah pembenahan dengan mengubah sistem IT yang ada, semula dari sistem Integrated Resources Planning (IRP) menjadi sistem Enterprise Resources Planning (ERP).
Sistem ERP akan digunakan adalah SAP, yaitu sistem ERP yang kini banyak penggunanya baik di lingkungan BUMN maupun swasta dengan keunggulan antara lain data lebih akurat, visibilitas lebih baik, kontrol lebih bagus serta aliran data lebih mulus dia ntara seluruh unit dan direktorat yang ada di lingkungan perusahaan.
Tahapan implementasi berupa pembersihan data, pengujian sistem SAP serta pelatihan bagi pemakai. Dengan terealisasinya seluruh program revitalisasi di tubuh PTDI, diharapkan perusahaan pelat merah ini siap menghadapi tantangan pasar yang semakin komplek dan PTDI mampu menjawab semua itu, demikian Windu.
Sejak berdiri tahun 1976 hingga kini PTDI telah memproduksi lebih dari 300 pesawat, baik sayap tetap (fixed wing) maupun helikopter (rotary wing). Untuk produk Pesawat NC-212 di bawah lisensi CASA (sekarang Airbus Military), PTDI telah diproduksi lebih dari 102 unit baik versi sipil maupun militer.
PTDI juga telah memproduksi sebanyak 122 helikopter NBO-105 dibawah lisensi MBB (sekarang Eurocopter Jerman). Sebagian besar helikopter tersebut dioperasikan oleh militer Indonesia.
Selain itu PTDI juga telah memproduksi helikopter NBell-412 lebih dari 33 unit ditambah NBell-412 EP sebanyak 7 unit dibawah lisensi Bell Helicopter Textron (USA) serta helikopter Super Puma 22 unit dibawah lisensi Aerospatiale (sekarang Eurocopter Perancis).
Produk CN-235 dari hasil kerjasama dengan CASA Spanyol yang dimulai sejak tahun 1979 telah menghasilkan kurang lebih 260 unit dan telah tersebar di berbagai negara di dunia. Terbang perdana CN-235 dilakukan pada bulan Desember 1983 dan mulai masuk pasar pada tahun 1986. (E004)
0 komentar:
Post a Comment