Kabinet telah menyetujui dana 3,7 miliar baht untuk kesepakatan itu, dan angkatan udara sedang mempelajari pesawat latih yang dibuat di Amerika Serikat, Rusia, Italia, Cina dan Korea Selatan, kata Kepala Staff Angkatan Udara ACM Treetos Sonjaeng. Jet L39 telah digunakan selama 30 tahun, dan produsen Ceko asal pesawat itu telah berhenti memproduksinya sehingga menyebabkan masalah pemeliharaan, katanya.
Kunjungan itu dilakukan atas permintaan kedua pemimpin itu. Untuk kesempatan itu, pesawat tempur ringan tersebut terbang dari pangkalan udara di Wonju, yang berjarak 132 kilometer tenggara Seoul, Kamis.
FA-50 adalah pesawat serang ringan dari T-50 Golden Eagle pesawat latih supersonik yang dikembangkan bersama oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin. Ini adalah varian yang paling canggih dari keluarga T-50 yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Korea Selatan.
Sebelumnya, Korea Selatan menandatangani kontrak senilai $420 juta untuk mengekspor 12 FA-50 jet tempur ke Filipina di bawah kesepakatan pemerintah ke pemerintah sebagai bagian dari rencana mereka untuk memperluas kerja sama pertahanan.
Kontrak secara luas diharapkan dapat meningkatkan tawaran KAI ke luar negeri untuk varian jet T-50. Utusan tertinggi Brunei untuk Seoul menunjukkan minat pada pesawat ini bulan lalu ketika ia mengunjungi markas KAI di Sacheon, pada acara kementerian luar negeri untuk duta besar asing di Seoul. KAI saat ini bersaing untuk memenangkan penawaran pesawat serang ringan generasi baru ke Peru dengan menawarkan jet tempur supersonic FA-50.
jkgr
0 komentar:
Post a Comment