Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

24 November 2015

Mengapa Rusia Mengebom ISIS dengan Aviasi Jarak Jauh?

11:28 AM Posted by Unknown No comments
2740360 11/18/2015 A Kh-555 air-launched cruise missile is launched by a Tupolev Tu-160 supersonic strategic bomber of the Russian Aerospace Forces to strike the Islamic State infrastructure facilities in Syria. Maximum quality available. (Still frames taken from the video posted by the Russian Defense Ministry on its official YouTube channel.)/Ministry of defence of the Russian Federation
Pembom supersonik Tupolev Tu-160 saat meluncurkan rudal jelajah Kh-555
MOSCOW:(DM) - Rusia menggunakan pesawat pengebom strategis untuk memerangi ISIS pertama kalinya pada Selasa (17/11), di kota Raqqa, Suriah. Para pakar menilai bahwa penggunaan pembom jarak jauh tersebut akan meningkatkan intensitas serangan udara di Suriah, karena sumber daya lain yang dapat diakses telah habis.
Dalam serangan udara yang berlangsung selama lima jam 20 menit, pembom Tu-22M3 terbang sejauh 4.510 kilometer, sedangkan pembom lain, Tu-160 dan Tu-95MS berada di udara masing-masing selama delapan jam 20 menit dan sembilan jam 30 menit. Panjang rute yang dijelajahi ialah 6.566 kilometer. Pesawat tersebut meluncurkan 34 misil kendali jelajah, demikian disampaikan layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia.
Untuk pertama kalinya di pertempuran sungguhan, pembom strategis tersebut menggunakan rudal jalajah jarak jauh X-1010 terbaru, yang jangkauannya mencapai 5.500 kilometer.
Dalam dua hingga tiga tahun terakhir, Tactical Missile Weaponry Corporation (yang termasuk asosiasi produksi ilmiah Raduga, pengembang X-101) memproduksi ‘sekitar sepuluh produk baru’, termasuk misil jarak jauh, demikian disampaikan oleh direktur perusahaan Boris Obnosov pada 2014 lalu.
Menurut Obnosov, perusahaan tersebut tak ketinggalan dari AS dalam pengembangan senjata taktis akurat jarak jauh, bahkan lebih unggul di beberapa bidang.
Dalam konteks ini, pengeboman posisi ISIS dapat menjadi ‘uji coba’ tipe baru senjata ini, yang sudah dilakukan lebih dulu dengan peluncuran rudal bersayap Caliber dari Laut Kaspia.
Pakar menilai bahwa penggunaan pembom jarak jauh untuk melawan ISIS dapat dianggap sebagai ‘aksi balas dendam’ atas aksi pemboman ISIS yang mengakibatkan jatuhnya pesawat komersil Rusia Kogalymavia Aibus-321 pada akhir Oktober lalu, dan menewaskan 224 orang.
“Penggunaan pembom jarak jauh merupakan hal yang normal dan satu-satunya cara untuk meningkatkan intensitas serangan udara dengan cepat di Suriah. Markas dan kelompok di Latakia kini beroperasi dengan kapasitas terbatas. Dari sudut pandang militer, Suriah tak punya pangkalan yang yang mampu menampung dua lusin pesawat pengebom strategis,” kata pakar independen yang merupakan penulis August Tanks, Anton Lavrov.
Satu-satunya kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov, mungkin bisa menjadi cadangan bagi AU Rusia di Suriah. Kapal ini, yang mengangkut 12 pesawat penghancur MiG-29K yang memiliki misil presisi dan 14 pesawat penghancur Su-33 dengan rudal tanpa kendali, dapat membantu pasukan udara dari laut. Namun, saat ini kapal induk tersebut berada di Laut Barents dan tengah menjalankan latihan persiapan tempur.
Pemimpin Redaksi situs Voenyi Paritet Andrian Nikolaev menilai bahwa penggunaan pesawat pengebom strategis dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan senjata tersebut. “Di tengah jeratan sanksi internasional, Moskow harus menunjukkan ‘ototnya’ dalam melawan terorisme, untuk meningkatkan potensi pencabutan sanksi,” katanya pada RBTH.
Menurut Nikolai, itulah alasan Rusia mereplikasi pengalaman tempur AS, mengirim pesawat pengebom Tu-160 dan Tu-95MS yang dapat meluncurkan rudal jelajah arak jauh dalam serangan udara masif.
“Namun, metode ini sudah ketinggalan jaman. Saat ini, untuk menyerang target, Barat menggunakan pesawat tanpa awak Predator dan Reaper. Rusia masih belum punya drone tempur. Oleh karena itu, Rusia harus menggunakan apa yang ia miliki, bahkan jika itu lebih ekstrem.”

0 komentar:

Post a Comment