Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

21 December 2015

Transformasi Sang Badak Revo

8:19 AM Posted by Unknown No comments
image001
BANDUNG:(DM) - PT Pindad telah mengembangkan dan memproduksi APC (Armoured Personnel Carrier) roda 6 bernama ANOA 6×6. Panser buatan dalam negeri ini laris manis dipakai oleh TNI dalam misi dalam dan luar negeri.
Tak berhenti sampai disitu, PT Pindad mencoba mengembangkan panser dengan jenis canon. Setelah melewati masa pengembangan yang panjang, Pindad akhirnya melansir panser kanon yang kemudian dinamai Badak (Rhinoceros) oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pameran Indo Defense 2014. Dikatakan panjang, karena niatan Pindad untuk membuat panser kanon sesungguhnya sudah dimulai sejak 2009, dengan purwarupa pertama selesai pada 2011 dan dipaparkan oleh Pindad dalam sarasehan mengenai panser kanon bersama Pussenkav.
Ketika itu, purwarupa pertama masih menggunakan kubah milik tank Alvis Scorpion dengan meriam 90mm Low Pressure Cockerill Mk III. Purwarupa kedua pun dibuat dengan tetap menggunakan kubah Alvis yang kemudian diberi nama “Bee”. Bee dimodifikasi pada sistem otomoti terutama suspensi dengan memberi jarak roda yang agak jauh dibanding jarak roda pertama dan kedua untuk memperbaiki titik berat. Pada tahun 2014, PT Pindad kembali meluncurkan purwarupa panser canon yang ketiga dengan speknya yang lebih definitif.
Dengan mengubah beberapa tampilan dari purwarupanya yang terakhir, PT Pindad membuat beberapa kemajuan. Pertama, pindad akhirnya memperoleh kepastian pasokan baja armor grade dari pabrik baja dalam negeri Posco- Krakatau Steel melalui MOU yang ditandatangani oleh pelaksana tugas Dirut PT DI dan Posco-Krakatau Steel. Yang kedua, PT Pindad melakukan kerjasama dengan CMI Defence untuk mensuplai kubah yang ada di Panser Badak, dimana PT Pindad dijanjikan akan membuat dan merakit Canon CSE90LP dan akan diberi nama CSE90LP-P.
Walaupun dari segi kemampuan kanon 90mm Low Pressure sudah termasuk ketinggalan jaman, tetapi pemakainya masih banyak, seperti tank Scorpion dan panser V150 kanon milik TNI AD, ataupun Sibmas dan Scorpion milik AD Diraja Malaysia, dan jangan lupa V300 milik AD Filipina. Kanon 90mm Low Pressure Cockerill MkIII memiliki varian munisi yang cukup banyak, mulai dari HE, HEAT, dan bahkan APFSDS dengan rating penetrasi 100mm RHA pada kemiringan 60o pada jarak 1.000m, jadi jangan mengharapkannya atau bermimpi menjebol Main Battle Tank.
Untuk operasi anti gerilya menghadapi insurjen yang lari di balik rerimbunan pohon, bolehlah. Akurasinya juga oke punya, pengujian internal Kavaleri atas sistem senjata serupa di atas Tarantula mampu menghasilkan bullseye, berkat akurasi sistem laser rangefinder dalam memberikan pembacaan jarak. Pindad sendiri telah mampu membuat sebagian munisi 90mm ini, jadi kesempatan dan peluang pasar untuk Pindad sebagai centre of excellence dari sistem senjata 90mm MkIII tersebut masih terbuka lebar.
Untuk Hullnya sendiri, Pindad meracik Badak sedikit berbeda dengan dua purwarupa pendahulunya. Bentuk glacis di sisi atas terlihat sangat melandai, untuk memberikan kemampuan menahan impak peluru dengan lebih baik, bahkan memaksanya memantul.
Pindad memberi jaminan bahwa alutsista Badak dengan kulitnya yang keras memenuhi standar NATO STANAG 4569 Level III, atau mampu menahan impak peluru 7,62x51mm AP (Armor Piercing) standar NATO dari jarak 30 meter. Seperti kebiasaan Pindad yang sebelumnya mendandani Anoa dengan lapisan applique tambahan, Badak juga bisa ditingkatkan perlindungannya, setidaknya mampu menahan impak peluru 14,5mm. Bentuk glacis atas yang melandai ini juga membantu memberikan sudut tunduk laras yang lebih besar, sehingga apabila Badak ada di atas perbukitan, meriam masih mampu menyasar sasaran dibawahnya.
Bentuk glacis yang melandai ekstrim ini juga membawa pengaruh pada posisi duduk pengemudi yang ditempatkan di sebelah kanan depan. Tidak menggunakan tutup palka biasa, pada Badak palka pengemudi dibuat tidak flush alias sedikit menonjol dari pelat atas kendaraan, untuk memberikan ruang pandang yang memadai. Tersedia tiga periskop panoramik untuk pengemudi, sesuatu yang cukup ‘wah’ untuk ranpur semacam ini yang biasanya hanya dilengkapi satu periskop prisma. Tersedia kamera di sisi belakang yang terhubung ke display untuk pengemudi, membantu saat memundurkan kendaraan. Meriam berulir 90mm ditemani oleh senapan mesin koaksial 7,62x51mm NATO di sebelah kiri untuk menyapu habis ancaman pasukan infantri.
Untuk fungsi anti infantri/ helikopter, disediakan pintle mount pada sisi komandan untuk memasang senapan mesin sedang seperti FN MAG, MG3, atau bila diperlukan, opsi dudukan senapan mesin berat seperti CIS 50MG.
SPESIFIKASI PANSER PINDAD BADAK 6×6:
Dimensi (pxlxt) : 6×2,5×2,9m
Wheelbase : 1,5m
Bobot : 11 ton
Power to weight ratio : 22,85-29hp/ ton
Ground clearance : 400mm
Max speed : 90km/ jam
Sudut tanjakan : 60o
Sudut kemiringan : 30o
Arung air : 1m
Halangan parit : max. 0,75m
Radius putar : 10m
Jarak tempuh : 600km
Mesin : Diesel inline turbocharger intercooler 6 silinder daya 320hp dengan transmisi otomatis 6 maju dan 1 mundur.
Sistem senjata :
– Kubah CSE 90LP dengan kanon 90mm rifled dan koaksial 7,62mm
– Pintle mount 7,62mm
– 66mm smoke discharger
Panser Badak merupakan pengembangan dari panser ANOA, dimana Anoa merupakan APC (Armoured Personnel Carrier) yaitu kendaraan lapis baja ringan yang dibuat untuk mentransportasikan infanteri di medan perang. Doktrin Kendaraan ini sebenarnya tidak dirancang untuk melakukan pertarungan secara langsung, melainkan hanya untuk membawa tentara secara aman dilindungi senjata ringan dan pecahan-pecahan ledakan. TNI sebagai User sepertinya ingin memaksimalkan kendaraan tempur yang ada tidak hanya sekedar bertahan, tapi mempunyai kemampuan taktis untuk bisa menyerang layaknya IFV (Infantry Fighting Vehicle) yaitu pengangkut infanteri lapis baja yang memiliki persenjataan yang lebih berat dan bisa digunakan dalam pertarungan langsung sebagai bantuan tempur mendampingi MBT.
Walaupun ANOA tidak memiliki lapisan baja yang tidak setebal kendaraan roda rantai, sepertinya pindad mencoba untuk memenuhi kebutuhan TNI dengan memanfaatkan bobot panser badak yang ringan dibanding roda berantai dan menambah persenjataan yang mempunyai efek gentar untuk dapat memukul mundur lawan. Yaitu menambah kaliber yang lebih besar untuk perlindungan infanteri dengan canon 90mm. Yang kemudian dikembangkan menjadi panser Badak yang akan diproduksi tahun 2016 nanti.
Yang patut disayangkan adalah sistem senjata yang dipilih, CMI Defence sebagai pemasok yang memilki banyak varian kubah meriam, tetapi PT Pindad malah memilih varian CSE90LP. Dimana CSE90LP merupakan kelas paling bawah dari varian yang ada. Meriam Low Preassure sewajarnya merupakan senjata bagi ranpur kelas 4×4 seperti V150 (Versi modernnya saat ini dikenal sebagai Textron COMMANDO Select).
Pindad harusnya berani memilih varian lebih modern dan tidak mengesampingkan kualitas dalam mengembangkan suatu produk untuk bisa memberikan keunggulan lebih dikelasnya walaupun dalam tahap pengembangan awal. Seperti melirik meriam CT-CV 90MP/ LCTS 90MP. Meriam yang merupakan turunan dari Cockerill Mk8 KEnerga ini mampu menggasak tank sekelas T-72 (generasi awal) dan M60. Apalagi CMI sudah menyebut bahwa LCTS 90MP mampu digotong oleh ranpur kelas 10 ton, dan sudah dibuktikan pada SIBMAS 6×6. Biarpun kanon 90mm Medium Pressure dapat dipercaya untuk menggasak tank-tank generasi 1960an, tak dipungkiri bahwa penggunanya tidak bisa memilih lawan di medan pertempuran, alias mungkin saja bertemu MBT mutakhir.
Untuk menghadapi ancaman semacam ini, CMI dan pabrikan GKSTB Ukraina bekerjasama menciptakan rudal berpemandu laser Falarick (tongkat sakti dalam mitologi Irlandia). Yaitu sinar laser yang disorotkan dari kendaraan penembak ke arah sasaran, dan rudal tinggal mengikuti. Rudal Falarick sendiri dibuat untuk dapat ditembakkan dari laras 90mm ataupun 105mm. Memiliki panjang 1 meter dan bobot 20kg, Falarick saat terbang distabilkan oleh sirip-sirip dan rudder alumunium yang terpasang di belakang (total 8 buah). Pada saat masuk di laras, sirip ini akan terlipat dan akan terbuka begitu keluar dari laras.
Pada saat diujicoba, Falarick yang ditembakkan dari dari jarak 3,9 km dapat mengenai sasaran standar NATO dengan menempuh waktu selama 14 detik. Dengan hululedak HEAT ganda, Falarick dikatakan mampu menembus pelat baja RHA setebal 500mm, ini setara dengan ketebalan glacis T-72M1. Kelemahannya, sama seperti GLATGM era Soviet, kendaraan benar-benar harus dibuat dalam keadaan diam. Sedikit pergerakan akan mengakibatkan rudal berbelok atau malah kehilangan panduan laser. Walaupun masih ada kekurangan, setidaknya LCTS 90MP masih jauh lebih modern daripada CSE 90LP yang dipilih Pindad.
image004
TNI sebagai User juga harus membuka mata dan melakukan update atas kemampuan yang mereka miliki. Jangan melulu terpaku pada kaliber 90mm, apalagi canon 90mm Low Preassure yang sudah usang. Meriam atau kanon dengan kaliber besar hanya akan mengakibatkan collateral damage akibat terjangan dan daya ledak amunisi besar.
Untuk menjadikan Panser Badak produk yang berkualitas dan diminati dipasaran seharusnya PT Pindad tidak hanya mengandalkan harga murah untuk menghadapi pesaing dikelasnya. Masih banyak potensi yang bisa dikembangkan panser Badak untuk menjadi produk unggulan. Kendaraan tempur beroda sendiri pada dasarnya memang diperuntukan perang kota, karena dianggap lebih lincah, senyap dan lebih hemat bahan bakar dibanding kendaraan tempur roda berantai.
Panser Badak Sebagai ranpur yang diharapkan bisa mempunyai mobiltas tinggi dalam membawa satuan infantri dan memberikan bantuan tempur, juga bisa mencoba mengembangkan Panser Badak dengan varian lain yaitu menggunakan Autocannon 30/40mm. Walaupun hanya kelas kaliber menegah ringan tapi bisa memiliki efek deteren yang lumayan menyengat lawan sebagai bantuan tempur jika dipadukan dengan senjata lain seperti ATGM dan senapan mesin kaliber 7,62mm. APC atau IFV menggunakan medium kaliber autocannon 25/30/40mm karena dianggap lebih ringan dan mempunyai daya tembak yang cepat dan efektif.
Ada banyak dipasaran kubah varian kaliber 30-40mm modern yang bisa dipilih oleh PT Pindad, seperti: Epoch 30mm+Kornet-EM ATGM yg dipasang di IFV T-15 ( Rusia ), Lance RC 30mm – Rheinmetall ( Jerman ), dan Nexter T40 with 40mm CTWS ( Prancis ). Ketiga RCWS tersebut bisa jadi pilihan karena berdasarkan faktor Politik dan kerjasama yang sedang berlangsung dan bisa digunakan tidak hanya di Panser Badak tetapi di IFV Marder, IFV Badak 8×8, atau Tank RBS Pindad ( jika jadi dikembangkan ).
Sebagai varian Panser Badak Next Generation atau Badak-NG , PT Pindad bisa memilih Nexter T40 Two Men Turret with 40mm CTWS. Nexter T40 adalah salah satu dari dua proyek yang sedang berlangsung yang menggunakan CTWS 40mm sebagai persenjataan utama, dimana Lockheed Martin UK’s juga menggunakan di CTA 40mm.. Tentara AD Prancis sekarang sedang melakukan modernisasi terhadap AMX-10RCR dan ERC-90 Sagaei platforms, yang nantinya akan diganti kubahnya dengan menggunakan Nexter T40 yang dianggap lebih ergonomis dan efektif yang rencananya akan meninggalkan cannon berukuran besar di ranpur 6×6 nya.
Nexter telah bekerja sama dengan merk baru Two-Men Turret berdasarkan Join Venture Prancis-Inggris dengan 40mm CTWS ( Cased Telescoped Weapon System ). 40mm CTWS menggunakan mekanisme breech rotation dan terbungkus teropong amunisi, dimana proyektil sepenuhnya atau sebagian tersembunyi di dalam propelan.
image009
T40 digunakan sebagai senjata utama yang struktur kubahnya menggunakan alumunium dengan campuran besi baja didalamnya. Kubah T40 dengan kulitnya yang keras mampu terlindungi dari senjata 14,5mm dan sudah memenuhi standar STANAG 4569 Level 4. T40 sendiri mempunyai bobot sebesar 4,2 Ton dengan cannon 40mm, yang memungkinkan untuk dipasang dikendaraan tempur beroda 6×6 dan 8×8. Diatasnya bisa dipasang RWS senapan mesin coaxial 7,62mm dengan posisi komandan terletak disisi kiri turret dan penembak duduk disebalah kanan komandan.
Di kedua sisi turret juga terpasang senjata Anti-Tank Guided Weapon ( ATGW ). Untuk Fitur lainnya, komandan disiapkan sistem kamera panoramik yang independen, sehingga komandan dapat bertindak sebagai pemburu, sistem kontrol senjatanya sudah elektrik, kestabilan pemandangan untuk komandan dan penembak untuk siang dan malam hari, serta dilengkapi dengan laser rangefinder.
Tapi sebagai pengembangan tahap awal kendaraan tempur dikelas 10 ton, PT Pindad sudah patut diacungkan jempol. Mengingat hasil kerja keras PT Pindad dalam membuat Panser Badak yang akhirnya terwujud dalam kendaraan produksi final. Badak bisa dikatakan setara atau melebihi kemampuan Tarantula, apalagi jika sudah disematkan kemampuan amphbi di Panser Badak. Ini menandakan untuk kelas panser kanon indonesia sudah mampu mandiri dan tidak terlalu tergantung lagi dengan produsen luar negeri.
Kita harap kedepannya PT Pindad Mampu mengembangkan Badak Next Generation yang mampu bertransformasi dari segi kualitas dan kemampuan yang melebihi pesaingnya. Dengan adanya desain yang futuristik dan ergonomis, peningkatan kemampuan amphibi, pilihan varian senjata yang dibawa dan dapat meningkatkan perlindungan diri di STANAG 4569 Level 4 menjadikan Panser Badak Produk Unggulan yang diminati banyak negara. Semangat terus untuk insinyur-insyur indonesia yang tidak pernah lelah untuk mengembangkan alat pertahanan negeri tercinta Indonesia. Kita Tunggu Panser Badak paltform 8×8 nya dan Panser Badak Revolution 6×6 (Platform Jaguar EBRC).
Posted by: AL /jkgr

0 komentar:

Post a Comment