Senayan - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS Safan Badri mengusulkan pada Panglima TNI, agar dalam pemberian nama kapal perang TNI AL dari produksi dalam negeri ke depannya dapat menggunakan nama mantan Presiden RI HM Soeharto dan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).
"Saya hanya sekadar menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok masyarakat, yang terinspirasi atas peresmian Kapal Selam di Surabaya dan dua Kapal Cepat Rudal (KCR) Clurit dan KRI Kujang 642 buatan dalam negeri, di Batam, masyarakat menanyakan apakah mungkin dalam KRI berikutnya,dapat diberi nama KRI HM Soeharto dan KRI Gus Dur," ujar Safan Badri dalam raker dengan Panglima TNI di Komisi I, Rabu (29/2).
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq juga mengusulkan nama KH Agus Salim pada KRI berikutnya.
Merespon atas dua usulan tersebut, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, penggunaan nama HM Soeharto dan Gus Dur, TNI AL selalu melihat kebesaran nama dengan kondisi Kapal yang di beri nama.
"Artinya, kebesaran Gus Dur dan kebesaran Pak Harto harus sesuai dengan nama kapal yang diberi nama tersebut. Oleh karena itu, kami masih menunggu kapal yang sesui untuk diberi nama Gus Dur maupun Pak Harto," ujar Panglima TNI.
Bahkan, kata Panglima TNI, pihaknya masih menyimpan satu nama, yaitu KRI Sudirman. "Kami masih menunggu akan kehadiran KRI yang besar untuk diberi nama itu, agar kebesaran kapal itu sesuai dengan kebesaran nama Panglima Jendral Sudirman," ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya dari PDI-P Sudarto Danu Subroto kembali interupsi pada pimpinan rapat, untuk menayakan kapan pemberian KRI dengan menggunakan nama Soekarno. "Sudah ada bayangan, kapan ada KRI dengan Nama Soekarno?" ujarnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menimpali, nama KRI Soekarno akan diberikan setelah TNI AL punya kapal Induk. " Ya nanti, kita tunggu sampai kita punya kapal Induk sendiri," tegasnya.
"Saya hanya sekadar menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok masyarakat, yang terinspirasi atas peresmian Kapal Selam di Surabaya dan dua Kapal Cepat Rudal (KCR) Clurit dan KRI Kujang 642 buatan dalam negeri, di Batam, masyarakat menanyakan apakah mungkin dalam KRI berikutnya,dapat diberi nama KRI HM Soeharto dan KRI Gus Dur," ujar Safan Badri dalam raker dengan Panglima TNI di Komisi I, Rabu (29/2).
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq juga mengusulkan nama KH Agus Salim pada KRI berikutnya.
Merespon atas dua usulan tersebut, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, penggunaan nama HM Soeharto dan Gus Dur, TNI AL selalu melihat kebesaran nama dengan kondisi Kapal yang di beri nama.
"Artinya, kebesaran Gus Dur dan kebesaran Pak Harto harus sesuai dengan nama kapal yang diberi nama tersebut. Oleh karena itu, kami masih menunggu kapal yang sesui untuk diberi nama Gus Dur maupun Pak Harto," ujar Panglima TNI.
Bahkan, kata Panglima TNI, pihaknya masih menyimpan satu nama, yaitu KRI Sudirman. "Kami masih menunggu akan kehadiran KRI yang besar untuk diberi nama itu, agar kebesaran kapal itu sesuai dengan kebesaran nama Panglima Jendral Sudirman," ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya dari PDI-P Sudarto Danu Subroto kembali interupsi pada pimpinan rapat, untuk menayakan kapan pemberian KRI dengan menggunakan nama Soekarno. "Sudah ada bayangan, kapan ada KRI dengan Nama Soekarno?" ujarnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menimpali, nama KRI Soekarno akan diberikan setelah TNI AL punya kapal Induk. " Ya nanti, kita tunggu sampai kita punya kapal Induk sendiri," tegasnya.
itu baru semangattt...
ReplyDeleteah msa iya itu buatan indonesia
ReplyDeletenanti ye tuh kapan malih....!!?
ReplyDeleteOmdo duank lu DPR tai...!
kalau menurut saya bagusnya kasih nama kapal induknya, ('MALAHAYATI'); SOALNYA PAHLAWAT angkatan laut asia(Nusantara)pertama yang gagah berani adalah beliau
ReplyDeleteKita harus bisa bersatu gan, jangan sampai negara tetangga selalu menganggap remeh kekuatan kita dengan daerah yang luas ini!!!
ReplyDeleteKenapa musti soeharto??? masih banyak pahlawan lainnya yg benar2 tulus untuk berjuang demi tegaknya NKRI...
ReplyDeleteKRI Malahayati sudah ada bos. Soal Soeharto..seburuk apapun dia tidak akan menghapus fakta bahwa dia adalah mantan Presiden RI dan itu sudah biasa memberi nama kapal perang dengan nama mantan presiden, seperti di USA
ReplyDeletemikul duwur mendem jero... belajar menghormati orang yang pernah dan memiliki jasa menjadi pemimpin, gpp kita kasih nama Soeharto..
ReplyDeleteAh, biarpun banyak yang mengata ngatai Pak Harto, saya tetap mencatat bahwa beliau adalah salah satu mantan presiden RI dan mantan prajurit yang turut mempertahankan dan membangun negeri ini. Saya dukung pemberian nama KRI Soeharto bagi destroyer TNI AL di masa depan.
ReplyDeleteSUHARTO? CYUUUUS??? PLEASE DEH....bakal apes tuh kapal....masih inget BUKIT SUHARTO di kaltim? tuh bukit bukan tambah rimbun malah smakin gundul karena ditebangin dan kebakaran hutan :P kalo gus dur gw masih toleransi deh
ReplyDeleteu/ pemberian nama kapal, memang kita apresiasi pemberian nama Soeharto, krna dilihat dr sejarah, beliau jg merupakan prajurit yg berjasa u/ Indonesia. Kesampingkan dlu lah masalah2 selama beliau menjabat, kan konteks yg kita bahas beda :).
ReplyDeletekalo bisa cepat kapal induknya cepat di realisasikan dan di isi sama F-22(Raptor) dan F-35, di kuatkan lagi untuk pertahanan negara dengan F-117 & B2 Spirit.
ReplyDeletejangan mau ketinggalan teknologi,negara kita semakin di lecehkan negara2 lain apalagi negara tetangga..
Biar ga' bingung kasih nama aja "KRI PAHLAWAN TAK DIKENAL" adil rasanya....
ReplyDeleteKalau jadi dibuat jangan sampai kita menggunakan terlalu banyak material/pesawat buatan USA dan sekutunya.. mereka kalau ga suka sama siapa saja bisa seenaknya meng-embargo... Kalau bisa kita buat semua material dan pesawat di dalamnya.. kan ada proyek IFX..
ReplyDeleteAMMIIIIEEENNNN .
ReplyDeletemudah mugdahan itu semua terealisasi.
Ngimpiii...
ReplyDeleteSudiman, sukarno dan suharto adalah pemimpin besar negara kita. Sudirman tidak kenal lelas melawan penjajahan, sukarno berjasa dalam mendirikan pondasi negara indonesia. suharto, dengan serangan umum sebelas maret-nya berhasil membuat belanda ke meja perundingan KMB dan segera menyerahkan seluruh daerah jajahannya dari sabang merauke ke indonesia.
ReplyDeleteDPR+PANGAB jgn trlalu brandai2.alangkh baikny Prbnyk dlu kpl2 jenis frigat,kpl slam. Baru mlangkah ke destroyer lalu kpl jnis pnjelajah, lach...br bwt kpl induk.
ReplyDeletejangan bermimpi ,, kalau pemimpinnya masih pada korupsi,, beresin dulu tuh birokrasinya,,
ReplyDelete