Tank Leopard 2A7 jenis Terbaru di Kelas Leopard dan lebih canggih dari generasi sebelumnya
Perjalanan shopping alutsista kembali
dilakukan Kemhan dan Mabes TNI. Kali ini kembali mengunjungi Jerman dan
Perancis. Kafilah Kemhan dipimpin Wamenhan Syafrie Syamsoedin dan Mabes
TNI dipimpin KSAD Jendral TNI Pramoni Edi Wibowo. Di Jerman rombongan
penjelajah alutsista RI itu melakukan lamaran akad nikah dengan Kemhan
Jerman tanggal 27 Pebruari 2012.
Isinya berupa MOU sama dengan
kesepahaman untuk menjalani pendekatan lebih intensif dalam upaya
mendapatkan alutsista yang diinginkan, misalnya MBT Leopard atau kapal selam U214. Wamenhan RI bilang penandatanganan kerjasama itu bertujuan
sebagai kerangka untuk memajukan kerja sama bilateral kedua negara
berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan saling
menghormati, kedua pihak.
Hal yang sama dilakukan juga di
Perancis. Di Paris Rabu tanggal 29 Pebruari 2012 dilakukan sign bidang
pertahanan, bisa ditebak maksud dan tujuan MOU itu, mendapatkan
alutsista made in Perancis untuk TNI AD. Yang menarik hanya dalam waktu
1 minggu ada 2 sign kerjasama pertahanan. Itu merupakan jalan-jalan
belanja alutsista yang istimewa sekaligus ingin meledek Belanda yang
plin plan menjual tank second Leopard. Jual beli alutsista itu mestinya
pakai aturan bisnis tok atau prinsip kesetaraan. Polanya macam-macam
bisa G to G atau B to B.
Tak usah membawa-bawa issue lain yang berada
di luar wilayah bisnis bilateral. Emang lu siape, emang lu penjajah
yang baik, emang lu mewariskan negara jajahan yang berkualitas, jangan
sok menggurui dong. Statemen Wamenhan di Jerman itu jelas dan tegas,
prinsip saling menghormati, kesetaraan dan menguntungkan adalah
landasannya.
U214 Merupakan Kapal Selam buatan Jerman yang di taksir TNI-AL
Kita tentu masih ingat ketika seorang
menteri luar negeri Belanda Pronk berjalan-jalan di kawasan miskin di
Jakarta akhir tahun 80 an. Gaya bicara dan langgam bahasa tubuhnya
menunjukkan seperti dewa penolong, lalu memberikan berbagai syarat agar
bantuan IGGI (Inter Government Group on Indonesia) bisa cair waktu itu.
Pak Harto tersinggung berat, tak lama kemudian IGGI dibubarkan oleh
Indonesia. Sekedar informasi IGGI didirikan tahun 1967 yang merupakan
group donatur untuk pembangunan ekonomi RI lewat Repelita yang
anggotanya adalah Jepang, Belanda, Inggris, AS, Italia, Perancis,
Jerman, Bank Dunia, ADB dll. Setiap tahun group ini memberikan
pinjaman rata-rata 2 milyar dollar, dan si Belanda tadi kontribusinya
setiap tahun tidak lebih dari US$ 70 juta, tapi gayanya itu yang
menyesakkan hati, arogan dan mendikte. Jepang yang bantuannya paling
besar low profil aja tuh.
Sekarang itu perilaku itu diperlihatkan
lagi ketika kita mau order Leopard. Belum lagi langgam Damen Schelde
yang setengah hati melakukan kerjasama pembuatan kapal perang
berkualifikasi PKR. Membaca langgam dan lagu negeri dibawah laut itu
kadang membuat kita gregetan sekaligus keki. Belanda selalu merasa
sebagai bangsa kelas satu lalu menganggap bangsa ini masih berada dalam
“aura” negeri jajahan dia. Perilaku ini kontras dengan gaya sambut
Kemhan Perancis dan Jerman. Mereka say hallo dengan keakraban dan
bernuansa kesetaraan, lalu tak bertele-tele, prinsip dagangnya anda jual
kami beli. Bukan, anda jual, mau kami beli lalu jangan ini jangan itu.
Diantara negeri-negeri barat yang mampu
membawakan bahasa santun dalam etika pergaulan dengan Indonesia tercatat
Perancis dan Jerman yang paling softly. Spanyol dan Italia juga
merupakan negara yang membawa “kesetaraan gender” dalam melihat
Indonesia.
Belanda sepanjang sejarah gaulnya dengan RI tak pernah
menampakkan diri dalam wajah ketulusan bersahabat. Mungkin untuk
menutupi malunya ketika dua kali tarung teritori dengan RI. Yang
pertama bertekuk lutut dengan pengakuan kedaulatan RI akhir Des 1949.
Dan yang kedua kalah terhormat dalam “final Irian Barat Cup” dan
mengembalikan Irian Barat (Papua) kembali ke Indonesia akhir tahun 1962.
Mereka gentar dengan kekuatan armada perang RI waktu itu
Howitzer Caesar Perancis yang diincar TNI AD
Perilaku Inggris agak mirip-mirip dengan
Belanda. Ketika insiden St Cruz Dili Timor Leste tahun 1991 meletus,
Inggris langsung embargo senjata ke RI. Hebatnya lagi pada waktu
bersamaan sedang dilakukan penerbangan ferry pengadaan 40 jet tempur
Hawk 100/200. Beberapa jet itu ditinggalkan pilot Inggris di Bangkok
Thailand. Lalu ketika dilakukan operasi militer di Aceh tahun 2003
Inggris melarang TNI mengunakan pesawat tempur Hawk dan tank Scorpion
digunakan di Aceh. Nah saat ini negeri Rooney itu kelihatannya sedang
berupaya mengambil hati pemerintah RI sehubungan dengan hampir pastinya
order 3 Fregat Ragam Class dan diliriknya 1 skuadron jet tempur Typhoon.
Padahal baru dilirik loh, soalnya Typhoon baru mengalami kekalahan
telak dari Rafale dalam tender jet tempur medium multi guna AU India
baru-baru ini.
Pepatah lama yang mengatakan tidak ada
rotan akar pun jadi, kiranya perlu disesuaikan sehubungan dengan rencana
beli alutsista MBT Leopard. Pepatahnya diubah jadi: Kalau akar jual
mahal kita beli sekalian rotannya. MBT Leopard itu kan buatan Jerman.
Belanda hanya user, lha kalau user mau jual tapi banyak persyaratan
mending beli ke pabriknya saja langsung. Jerman paham dengan kita
karena sejarah gaulnya dengan kita penuh dengan kehangatan apalagi ada Habibie yang menjadi perekat manisnya hubungan itu. Oleh sebab itu
kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Indonesia pertengahan tahun
ini perlu kita sambut hangat menuju kemitraan strategis
Indonesia-Jerman. Siapa tahu U214 jadi menu utama hidangan makan
malamnya.
(Sumber : Analisis)


0 komentar:
Post a Comment