MOSCOW-(IDB) : Rusia
kembali bersitegang dengan Amerika Serikat dan NATO. Pemicunya adalah
rencana penempatan pertahanan rudal di negara-negara Eropa Tengah oleh
AS dan NATO.
Sebenarnya, Rusia, AS, dan NATO telah menggelar pertemuan untuk membicarakan masalah ini sejak Kamis kemarin. Namun, Rusia mengklaim pertemuan itu hampir buntu. Sehingga, negara pewaris Uni Soviet itu memberikan peringatan keras kepada AS dan NATO.
"Keputusan untuk menggunakan kekuatan penghancur akan diambil jika situasi memburuk," ujar Kepala Staf Pertahanan Rusia, Jenderal Nikolai Makarov sebagaimana dikutip BBC.
Rusia menyebut rencana AS dan NATO itu mengancam keamanan negaranya. Makarov menambahkan, jika rudal pertahanan Eropa itu tetap dibangun, maka Rusia siap memperkuat hulu ledak pada rudal-rudal balistiknya.
Namun, AS dan NATO menyatakan rencana penempatan pertahanan rudal di Eropa Tengah ini untuk perlindungan dari kemungkinan serangan Iran dan Korea Utara. NATO juga tetap optimis pembicaraan yang digelar di Moskow itu akan memperoleh kesepakatan.
Bahkan, perwakilan NATO, Jenderal Alexander Vershbow, mengatakan kekhawatiran Rusia itu tidak berdasar. Menurutnya, sistem rudal pertahanan yang akan dibangun AS dan NATO itu tidak bisa menandingi kekuatan nuklir Rusia.
Rusia dan AS telah bersitegang soal rudal pertahanan sejak 2000--sejak ide ini pertama kali dimunculkan pada masa pemerintahan George W Bush. Pada 2008, Barack Obama yang menggantikan Bush membatalkan rencana perluasan pertahanan rudal di Polandia dan Republik Ceko.
Namun pada 2010, AS menandatangani perjanjian dengan Polandia untuk menggunakan pangkalan tua di Redzikow, wilayah dekat Pantai Baltik, sebagai basis pertahanan rudal. Rusia sendiri dimasukkan ke dalam komisi sistem radar di wilayah Baltik.
Sebenarnya, Rusia, AS, dan NATO telah menggelar pertemuan untuk membicarakan masalah ini sejak Kamis kemarin. Namun, Rusia mengklaim pertemuan itu hampir buntu. Sehingga, negara pewaris Uni Soviet itu memberikan peringatan keras kepada AS dan NATO.
"Keputusan untuk menggunakan kekuatan penghancur akan diambil jika situasi memburuk," ujar Kepala Staf Pertahanan Rusia, Jenderal Nikolai Makarov sebagaimana dikutip BBC.
Rusia menyebut rencana AS dan NATO itu mengancam keamanan negaranya. Makarov menambahkan, jika rudal pertahanan Eropa itu tetap dibangun, maka Rusia siap memperkuat hulu ledak pada rudal-rudal balistiknya.
Namun, AS dan NATO menyatakan rencana penempatan pertahanan rudal di Eropa Tengah ini untuk perlindungan dari kemungkinan serangan Iran dan Korea Utara. NATO juga tetap optimis pembicaraan yang digelar di Moskow itu akan memperoleh kesepakatan.
Bahkan, perwakilan NATO, Jenderal Alexander Vershbow, mengatakan kekhawatiran Rusia itu tidak berdasar. Menurutnya, sistem rudal pertahanan yang akan dibangun AS dan NATO itu tidak bisa menandingi kekuatan nuklir Rusia.
Rusia dan AS telah bersitegang soal rudal pertahanan sejak 2000--sejak ide ini pertama kali dimunculkan pada masa pemerintahan George W Bush. Pada 2008, Barack Obama yang menggantikan Bush membatalkan rencana perluasan pertahanan rudal di Polandia dan Republik Ceko.
Namun pada 2010, AS menandatangani perjanjian dengan Polandia untuk menggunakan pangkalan tua di Redzikow, wilayah dekat Pantai Baltik, sebagai basis pertahanan rudal. Rusia sendiri dimasukkan ke dalam komisi sistem radar di wilayah Baltik.
Rusia Akan Serang Sistem Rudal NATO Jika Perlu
Seorang
pejabat tinggi militer Rusia mengatakan, Moskow berhak melakukan
serangan pre-emptive terhadap sistem rudal pimpinan Amerika Serikat di
Eropa jika Washington menolak dialog konstruktif terkait masalah itu.
"Mengingat esensi destabilisasi dari sistem Rudal Anti-Balistik (ABM)
AS, maka keputusan tentang serangan pre-emptive bisa diambil ketika
situasi semakin sulit," kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia
Jenderal Nikolay Makarov, Kamis (3/5).
Berbicara pada Konferensi Rudal Anti-Balistik (ABM) Rusia, Makarov
menuturkan, Moskow tidak memiliki rencana untuk menggelar fasilitas
pertahanan rudalnya di luar wilayah Rusia.
"Kami sama sekali tidak punya rencana untuk menempatkan fasilitas
pertahanan rudal Rusia di luar wilayah nasional. Pendekatan seperti itu
akan menghilangkan pengaruh fasilitas pertahanan rudal Rusia, yang
berfungsi sebagai sistem pertahanan setiap negara," tambahnya.
Rusia mengancam akan mengerahkan rudal jarak pendek, Iskander di
wilayah Kaliningrad menyusul penolakan Washington atas permintaan
Moskow untuk mengembangkan sistem rudal Eropa secara kolektif.
Rusia berulang kali menyatakan keberatannya dengan penyebaran sistem
pertahanan rudal Eropa. Menurutnya, tujuan utama penempatan sistem yang
didukung oleh AS itu adalah untuk mengisolasi Rusia.
Namun, Wakil Sekjen NATO Jenderal Alexander Wershbow, yang hadir di
konferensi itu mengatakan bahwa argumen Moskow sama sekali tidak
meyakinkan dia dan sistem tersebut tidak akan pernah menargetkan Rusia.
Sebelumnya pada Kamis, Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Serdyukov
mengatakan bahwa pembicaraan antara Moskow dan Washington menyangkut
sistem rudal Eropa telah menemui jalan buntu.
Sumber : Vivanews
0 komentar:
Post a Comment