Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

04 June 2012

Kendaraan Taktis Militer Indonesia

8:12 PM Posted by Unknown No comments
Banyaknya kendaraan taktis desain anak bangsa, ternyata mempunyai klasifikasi yang berbeda maupun kegunaannya. Sampai  saat ini TNI mengunakan beberapa tipe kendaraan taktis import dari luar. Setelah merasakan pahitnya embargo alutsista berserta suku cadangnya dari negeri barat yang terlalu menghubungkan HAM daripada keamanan negara terhadap alutsista TNI, maka Dephan mengedepankan produk nasional yang mandiri untuk keperluan pertahanannya. Selain membuat bangsa menjadi mandiri, banyak ilmu yang didapat dari perkembangan alutsista dan sangat berguna untuk kedepannya.

Untuk Militer dibutuhkan kendaraan dengan kemampuan 4-Wheels Drive (4WD atau 4 x 4) yaitu kendaraan taktis yang memiliki tenaga penggerak pada keempat rodanya, dengan tujuan mampu digunakan dalam segala kondisi jalan. Cara kerja dari kendaraan 4 x 4 adalah mesin dihubungkan dengan differensial tengah (transfer case) yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda depan. Karena pada saat menggunakan penggerak 4 roda, penggunaan energi lebih tinggi. Biasanya penggerak 4 roda hanya digunakan pada saat dibutuhkan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu.

Ka
dispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Minulyo Suprapto mengatakan, kendaraan taktis yang dimiliki oleh TNI saat ini belum standar, yakni terdiri dari beberapa produk seperti CJ-7 (USA), Beijing BJ2020 (China), Isuzu Oz (Jepang), KIA KM-420 (Korea), Landrover (Inggris), UAZ (Rusia) dan Overland (Inggris) buatan tahun 1979 -1981. Konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak pengoperasionalan dan pemeliharaan termasuk suku cadang sehingga berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan satuan.

Kendaraan Taktis Militer meskipun bentuknya hampir sama namun klasifikasinya berbeda. Klasisikasi yang berbeda ini akan menentukan penggunannya. Dari prototipe kendaraan yang telah dibuat tersebut tidak ada yang satu kelas.

Berikut klasifikasi menurut kelas (mungkin kelas-nya kurang tepat, karena kurang informasi yang resmi mengenai kendaraan tersebut) beserta kendaraannya :
 Kelas 1/4 ton :

 
 KIA KM 420 Marinir (foto formil kaskus)
 
Jip militer produksi KIA, Korea Selatan ini digunakan Marinir. Melihat bentuknya kendaraan KIA KM 420 ini mirip Suzuki jimny, yang terkenal lincah di jamannya.
Menurut Jane's Magazine di tahun 2003, Indonesia mengimpor 140 unit jip KIA KM 420 untuk keperluan militer. Kendaraan ini termasuk kelas 1/4 ton.

Spesifikasi KIA KM 420 :
 Panjang :  4,000 mm
 Lebar :  1,745 mm
 Tinggi :  1,915 mm
 Berat Kosong :  1,570 kg
 Mesin : FE DOHC 2.0, Turbo Charger Intercooler 1998 cc, 4 silinder 
 Kecepatan Maksimum :  130 km/jam
 Transmisi : Synchromesh, dengan 5 kecepatan
 Kapasitas Tangki :  53 Liter, Gasoline
 Kapasitas : 2 + 4
 Kelas 1/2 ton :

 
Bermula dari permintaan TNi AD untuk membuat kendaraan taktis, maka PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE), Tanggerang berhasil memproduksi rantis P2 Komando. Beberapa unit langsung digunakan pasukan kavaleri TNI AD dan beberapa unit juga digunakan satuan Kopaska TNI AL.

P2 Komando adalah kendaraan taktis khusus untuk komando, dibuat atas permintaan TNI atas kebutuhan kendaraan yang layak dan lincah untuk digunakan untuk menjalani tugas pengamanan.


Desain kendaraan P2 ini bentuknya mengambil desain rantis VBL produksi negara Perancis maupun yang dibuat Turki rantis Otokar Cobra, berbentuk monocoque body. Selain P2 Komando, PT SSE merilis juga versi APC maupun untuk Polisi. Dan Kepolisian Sri Langka pun memesan beberapa unit versi APC dengan turret cupola.
 
 
 DMV 30 A (foto elangguntur)
 
Dalam waktu singkat, selama tiga bulan, proyek rantis yang diberi nama DMV-30 A (Armored) selesai digarap oleh PT Dirgantara Indonesia atas pesanan Korpaskhasau.

Purwarupa rantis DMV-30A ini menyerupai rantis SSE lainnya, P2 V1. Tak lain karena Global Design Centre (GDC) ikut andil pada proses pembuatan rantis SSE tersebut di Tanggerang. Kontrak kerjasama berakhir pada Agustus 2007, Berdasarkan pengalaman tersebut, Pihak GDC mengembangkan rantis DMV-30A ini lebih sempurna, baik desain maupun engineering.

Bila dilihat desain DMV-30A terlihat minimalis dengan perpaduan panjang berbentuk persegi dan tajam. Untuk sementara PT-DI baru mendesain DMV buat kapasitas 4 personil versi komando, kedepan akan dibuatkan versi panjang buat angkut pasukan (APC). Dari kedua tipe ini pula nantinya bisa di desain untuk jenis ambulance, scout, Commob (Comuncation mobile). Selain memenuhi kebutuhan Korpaskhasau, PT DI siap menerima pesanan dari kesatuan TNI lainnya.(baca DMV 30)
Spesifikasi DMV-30A :
 Panjang : 4,009 mm
 Lebar : 1,900 mm
 Tinggi : 1,781 mm
 Berat Kosong : 3,300 kg
 Mesin : Turbo Diesel Injection, 2,500 cc
 Transmisi : Manual Operastion, 4 speed
 Kapasitas Tangki : 140 Liter
 
 
RPP Bengpuspal TNI AD (foto kaskuser)
 
Permintaan Dephan akan kendaraan taktis (rantis) produksi dalam negeri yang mandiri untuk kebutuhan TNI dalam menjalankan tugas, Belajar dari pengalaman di embargo nya suku cadang Alutsista kita oleh negara produksi luar negeri, untuk dapat dipergunakan TNI dalam menjalankan keamanan dalam negeri, dan untuk menghapus ketergantungan akan Alutsista dari luar.

Dalam rangka menuju kemandirian dalam pengadaan RPP buatan Indonesia, serta pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rancang Bangun Peralatan Ranpur TNI, dalam wadah organisasi di bawah naungan Dephan dan Universitas Indonesia melaui Bengkel Pusat Peralatan Direktorat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal AD) di Bandung, menciptakan prototipe RPP (Ranpur Pengangkut Personel).

RPP dengan chasis dan axle dari Land Rover serta body armoured steel yang merupakan hasil kerjasama antara Balitbang Dephan, Fakultas Teknik UI mendesain bersama dan urusan pengerjaannya diserahkan ke Bengpuspal TNI-AD dan selesai dikerjakan pada tahun 2003.

Ini adalah ranpur ketiga yang telah diproduksi Bengpuspal AD, yang pertama pada tahun 1982 meluncur ranpur Ahmad Yani yang telah mendapat predikat "Battle Proven" karena telah beroperasi di Tim-tim, dan yang kedua adalah ranpur Nanggala yang juga dikirim ke medan operasi di Aceh menghadapi separatis.

Ranpur asal hasil karya Karacondong, Bandung ini telah diuji lapangan untuk mengejar kemampuan jelajah dinamis dan dirancang berdasarkan permintaan TNI akan kendaraan tempur yang taktis buat mengangkut pasukan ke medan operasi.

Karena tidak adanya respon lanjut dari TNI, maka prototipe rantis ini seperti hilang infomasi lanjutnya.

Spesifikasi RPP Bengpuspal AD :  

 Awak : 10 pasukan 
 Panjang : 4.715 mm 
 Lebar : 2.045 mm 
 Tinggi : 2.390 mm 
 Berat kotor : 4.000 kg 
 Berat kosong : 3.000 kg 
 Kapasitas Tangki : 90 Liter 
 Kecepatan : 80 km/jam 
 Jarak jelajah : lebih 400 km 
 Mesin : Isuzu 4JB IT Diesel Turbo Charge, 4 silinder
 
 
 Beijing BJ2020 4x4 (Foto PT Alam Indomesin Utama)
 
Kendaraan taktis buatan China ini digunakan TNI dan diberi nama Komodo. Tidak ada infomasi yang jelas keberadaannya, hanya beberapa foto dari Alam Indomesin Utama yang terindentifikasi memakai nomor militer TNI AD. Melihat bentuk dari rantis ini sepertinya payload kendaraan ini dibawah 1 ton.

Komodo ini basisnya adalah mobil Beijing BJ2020, yang telah mengalami retrofit oleh PT Alam Indomesin Utama.

 Spesifikasi Umum Beijing 4x4 :

 Make : Beijing 
 Model : BJ2020 Kuangcao 
 Year : 1998 
 Engine : 2444 ccm (148,38 cubic inches) 
 Engine type : in-line, 4-cyl 
 Maximum power : 84.00 PS (61,69 kW or 82,59 HP) at 3800 Rev. per min. 
 Maximum torque : 173.00 Nm (17,51 kgf-m or 126,96 ft.lbs) at 2200 Rev. per min. 
 Fuel type : Gasoline 
 Transmission type : Manual, 4-speed 
 Power per weight : 0.0542 PS/kg 
 Drivetrain : 4WD 
 Passenger space : 4020 litres (1056,69 gallons) 
 Weight : 1550 kg (3400,11 pounds) 
 Total length : 3870 mm (151,64 inches) 
 Total width : 1760 mm (68,95 inches) 
 Total height : 1880 mm (73,63 inches) 
 Wheelbase : 2310 mm (90,45 inches)
 Kelas 3/4 ton :

 
PT 44 Gudel (Foto Sharsono)
 
PT 44 Gudel merupakan karya anak bangsa, hasil konsep teknologi Sharsono menciptakan kendaraan taktis yang tangguh di medan.

Nama PT 44 sendiri merupakan singkatan dari Pacific Tecnology 4x4 Gudel (Kerbau) dirancang AIPO - Pacific Technology.


Semua pengembangannya Gudel dilakukan oleh PT Indoraya Automotive Design yang difokuskan pada kebutuhan TNI, tidak untuk market luar negeri.

GVW PT44 Gudel itu bisa sampai 8 Ton, artinya kendaraan ini bisa jadi muatannya diatas kendaraan HUMVEE tapi seimbang dengan kendaraan Jackal APC. Idenya adalah untuk merubahnya menjadi fully protected vehicle bila diperlukan tanpa merubah chasisnya lagi.

Kendaraan Militer PT 44 Gudel ini punya kemampuan tangguh dan garang. Bisa untuk angkut pasukan, ambulance, sebagai platform peluncur roket, penarik meriam, maupun serang ringan dengan machine gun. Dalam suatu diskusi di forum militer,  PT Gudel ini payload standarnya mencapai 1,5 ton. Tapi waktu ditenderkan beberapa waktu lalu kendaraan yang berbasis Hino ini ikut dalam kelas 3/4 ton bersama Pindad Rantis 4x4 dan Jeep J-8.(baca PT 44 Gudel)
 
 
 Komodo 4x4 (foto dhephrest)
 
Untuk kendaraan taktis kali ini Pindad, Bandung, memperkenalkan kendaraan berpenggerak 4x4 dengan nama Komodo dan dibuat dalam 2 versi : panser dan kendaraan pendobrak. Prototipe rantis Komodo sementara ini diperuntukan Polisi Indonesia dan masih dalam tahap promosi, dan dalam foto terlihat satuan TNI AD telah mencobanya. Konon ini merupakan ide proyek Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sjafrie Sjamsoeddin.

Kendaraan ini merupakan jawaban atas permintaan Presiden RI Sby untuk menciptakan
kendaraan taktis kelas dunia. Tantangan berupa konsep kendaraan taktis kelas dunia, dan ternyata telah dipersiapkan oleh Pindad yang rampung dalam dua bulan kemudian. Kendaraan itu diharapkan bisa dipergunakan tentara semua angkatan dan juga bisa dipakai di negara lain (eksport). Diharapkan Rantis lokal ini bisa sejajar dengan Hummer produksi Amerika Serikat (AS).
 
 3/4 Ton Pindad
 
Rantis 3/4 Ton produksi Pindad ini dirancang dengan menggunakan basis kendaraan yang memiliki tenaga 156 PS dan torsi 38.7 kg.m yang cukup besar dan memiliki kemampuan 4WD sehingga mampu mengatasi segala jenis medan, kecuali medan terputus (sungai, rawa dan laut).

Kendaraan militer ini dirancang sesuai kebutuhan serta kegiatan taktis lapangan. Rantis tersebut mampu mengangkut personil sebanyak 10 orang karena memiliki double cabin untuk empat personel termasuk pengemudi dan bak belakang yang mampu dinaiki empat/enam personil dengan perlengkapan perorangan.

Rantis 3/4 Ton Pindad ini juga dapat dikembangkan sebagai kendaraan ambulance, kendaraan unit komunikasi dan kendaraan yang dipersenjatai SLT/SMB/Peluncur rudal.
 
 
 
Kendaraan rantis ini hasil produksi Pindad, Bandung. Prototipe ini bermula dibuat atas permintaan TNI untuk membuat rantis lokal yang mandiri.

Kendaraan ini merupakan penyempurnaan dari rantis APR1 oleh Pindad, rencananya kendaraan ini akan dijadikan basis untuk wahana
mobile anti aircraft missile dari Mistral.

Penyempurnaan dan uji coba lanjutan telah dilaksanakan oleh Pindad, sampai kini kendaraan ini masih belum digunakan oleh TNI.
 

Tidak banyak informasi mengenai rantis ini. Rantis ini diberi nama RPP-M yang berarti kendaraan tempur pasukan militer.

Spesifikasi RPP-M :
 Panjang : 4,520 mm
 Lebar : 1,740 mm
 Tinggi : 1,920 mm
 Berat Kosong : 3,200 kg
 Berat Tempur : 3.900 kg
 Kelas 1,5 ton :

 Rantis/Garda 4x4
 
Rantis Garda 4x4 (foto AIU)
 
Kendaraan Taktis (Rantis) 4 x 4 yang dikenal dengan 4-Wheels Drive (4WD atau 4 x 4) yaitu kendaraan taktis yang memiliki tenaga penggerak pada keempat rodanya. Fungsinya adalah untuk mendapatkan traksi yang memadai dalam segala kondisi jalan. 

Penyerahan prototipe Rantis hasil Working Group TNI kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono. Pertama keluar kendaraan ini bernama Garda 4x4, kemudian berubah menjadi Rantis 4x4.

Kendaraan tersebut dapat digunakan di medan yang berat seperti tanjakan terjal, jalan licin ataupun jalan yang berlumpur. Selain dari personel TNI juga disertakan mitra industri untuk mendukung kegiatan pengerjaan teknis yakni PT AUTOCAR, PT Pindad, PT Yudistira, PT Petrodrill, PT Gajah Tunggal, PT Krakatau Steel, PT Pilar Mas Kursindo, PT Indo Pulley Perkasa dan PT Alam Indomesin Utama. “Untuk tampilan Rantis 4 x 4 tetap mengacu pada filosofi Hummvee USA, karena terbukti cukup tangguh, stabil dan flexible,” kata Kolonel Kav Rihananto.

Prototipe rantis yang di gelar selama Rapim TNI tahun 2012 adalah merupakan hasil kerja dari Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI, yang tergabung dalam Working Group 1, dan rencananya akan dilanjutkan dalam Working Group 2 dengan melibatkan beberapa konsorsium.

Adapun Rantis yang akan dibuat adalah tipe komando dan tipe angkutan personel dengan spesifikasi berat kendaraan 2.500 kg, berat muatan 250 – 1.500 kg, panjang 480 – 540 cm, lebar 200 cm, tinggi 183 cm, jarak bebas dasar 39 cm, lintas kedalaman air 78 cm, Vmaks di jalan raya 120 km/jam, mesin diesel 4200 cc – 6000 cc Turbo Charger Intercooler, sistem kemudi power steering, sistem rem hydraulik dengan cakram depan dan belakang + Anti Blocking System (ABS), Transmisi Automatic, suspensi independen Suspension Modul Portal, daya jelajah 500 km, sistem komunikasi VHF, HF dan Intercom Set.
(Baca Rantis 4x4)
 
 Kelas 2,5 ton :

 
 
  P1 Pakci Kopassus
 
Setelah lama TNI kesulitan melengkapi satuan-satuannya dengan kendaraan taktis yang memadai. KSAD saat itu Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang gerah melihat perlengkapan anak buahnya, spontan memerintahkan Litbang TNI AD mengembangkan kendaraan taktis (rantis) sendiri bernama APC (Armoured Personnel Carier) PAKCI.
Rantis PAKCI yang diproduksi PT SSE, Tanggerang ini mengusung mesin turbo diesel V6 Toyota Land Cruiser kapasitas 4.200 cc. Lapisan baja setebal enam milimeter yang membalut bodi, membuat bobotnya yang monocoque membengkak jadi empat ton. Walau cukup berat, PAKCI terlihat oke ketika beraksi dalam demo pembebasan sandera di Lanud Halim Perdanakusuma (4/10/2004). Hanya tarikan pertama, sedikit ketinggalan dibanding defender, "Karena sistemnya matik," kata pengemudi dari Sat 81.
Sistem penggerak sengaja dibuat 4x4 jika sewaktu-waktu harus menghadapi medan berat. Karena khusus di desain untuk perang kota, rantis PAKCI memiliki kemampuan manuver lincah. Kapasitas tanki bahan bakar mencapai 80 liter solar.
Sementara ruang kabin yang lega mampu menampung 10 pasukan bersenjata lengkap. TNI AD sudah membuat sebanyak empat unit yang semuanya di operasikan Sat 81 Gultor. 
   
 Amadani (foto old soldier@kaskus)
 
Rantis produksi Dislitbang TNI-AD dan diberi nama Amadani. Rantis Amadani ini turut dipamerkan pada acara pameran alutsista di Jakarta dan sampai sekarang tidak ada keterangan resmi kelanjutannya. Melihat kapasitas angkutnya yang besar maka rantis ini termasuk kelas 2,5 ton.

Sepintas kendaraan ini menyerupai kendaraan buatan rusia, tidak ada informasi yang resmi apakah kendaraan ini mengambil desain darinya.
Spesifikasi umum Amadani :
Mesin : Type GM VB, 6,2L Diesel fuel Injection
Tenaga : 150 Hp
Kapasitas Bensin : 160 liter
Transmisi : GM 3L80 automatic
Suspensi : Independent double A-frame
Kecepatan maksimum : 110 km/jam
Berat kotor : 2100 kg
Daya angkut : 2500 kg
Kapasitas : 2 + 2

Kendaraan militer ini dirancang sesuai kebutuhan serta kegiatan taktis lapangan. Rantis  ini juga dapat dikembangkan sebagai kendaraan ambulance, kendaraan unit komunikasi dan kendaraan yang dipersenjatai SLT/SMB/Peluncur rudal.
 
 
 Acmat Marinir (foto Ardava)
 
Kendaraan 4x4 dengan payload 2.5 ton dan mampu membawa 12-18 pasukann produksi Perancis ini terlihat umum digunakan satuan Marinir pada suatu acara militer. Kendaraan 2,5 ton berjenis truk 4x4 yang dikembangkan dari basis kendaraan buatan Prancis ACMAT VLRA.

ACMAT (Ateliers de Construction Mécanique de L'Atlantique, juga dikenal sebagai ALM-ACMAT) adalah perusahaan Prancis yang bergerak dalam pembuatan kendaraan tipe cross country dan taktis militer sejak tahun 1958. VLRA (Véhicules de Liaison, de Reconnaissance et d'Appui) merupakan kendaraan produksi ACMAT untuk fungsi pengintaian, kawal, dan pendukung yang dirancang untuk beroperasi di medan tempur yang sulit. Kendaraan ini tersedia dalam varian 4x4 dan 6x6. Truk ini dipakai oleh Angkatan Bersenjata Prancis dan 40 negara lainnya di dunia.


ACMAT VLRA telah dikembangkan ke berbagai versi karena dari awalnya kendaraan ini dirancang untuk menjadi platform yang fleksibel dan mampu melakukan banyak misi, sehingga dapat dipakai untuk penggunaan sipil maupun militer. Model yang dikembangkan mencapai 80 buah dan untuk fungsi militer kendaraan ini dapat diperlengkapi dengan senapan mesin 7,62 mm atau 12,7 mm serta peluncur granat otomatis 40 mm.
 Kelas 5 ton :

 
Alvis Mamba MK2 Kopassus
 
Sat-81 Gultor mengoperasikan Alvis Mamba tipe MK.2 SWB (Short Wheel Base) atau juga disebut Komanche SWB yang didesain untuk dapat mengangkut 7 personel.

Rantis ini masuk jajaran militer Afrika Selatan pertama kali pada tahun 1995, sedangkan untuk versi Indonesia merupakan buatan Alvis yang uniknya versi MK2 SWB atau juga disebut Alvis 8 dirancang khusus untuk militer Inggris. Hampir sama dengan 
Land Rover Wolf yang juga dimiliki oleh Gultor.(baca Mamba Mk2)
Spesifikasi :

Awak : 8 orang(6 prajurit, 1 gunner, 1 sopir)
Dimensi (PxLxT) : 5,4m; 2,2 m; 2,4 m
Berat : 5 ton
Mesin : Mercedes Benz OM-352 Diesel 6 cylinder 5675cc, 123hp
Kecepatan Maks : 102 km/jam
Radius : 600 km
Level proteksi : Balistik 7,62 x 39 mm AK; 7,62 x 51 mm Ball
Persenjataan : AGL 40 mm/ SMB 12,7 mm
 
 
 Elang Pindad (foto audryliahepburn)
 
 Kendaraan taktis Elang ini sebenarnya adalah rantis berbasis rantis Sherpa buatan Perancis, yang direncanakan akan di produksi oleh Pindad dengan sedikit modifikasi. Kendaraan ini akan digunakan TNI sebagai kendaraan pengintai.

Kendaraan taktis intai ini terlihat oleh umum pada suatu acara defile militer yang ternyata dikembangkan oleh Pindad. Rantis ini diberi nama "Elang" merupakan versi armored dan penampilannya terlihat berbeda dengan versi standar.

Terdapat perubahan dilakukan oleh Pindad seperti penambahan lobang tembak pada pintu samping, bentuk kaca anti peluru yang lebih kecil dimensinya serta turret cupola dibagian atap dan terlihat kendaraan ini resmi sudah menggunakan logo cakra tepat diatas radiator grill (logo Pindad).

Alasan Pindad memilih basis Sherpa, karena salah satu syarat pengguna (TNI) adalah agar kendaraan intai ini memiliki kemampuan proteksi sampai dengan STANAG III (setara Anoa). Dan bisa di kembangkan sampai dengan STANAG V.
Meskipun payload Sherpa sampai dengan 4 Ton. Kelebihan payload tersebut tidak diperuntukkan untuk membawa barang, tetapi agar bisa meng-handle berat armor proteksi yang akan jadi lebih tebal dan berat bodinya. Dan inilah yang menjadi acuan Kemhan memilih sebagai kendaraan intai untuk kebutuhan TNI untuk melakukan tugas operasi yang memerlukan kendaraan yang handal dan aman.(baca Elang Pindad)
 
Banyaknya prototipe rantis diatas termasuk kedalam kelas yang berbeda dalam fungsi maupun kemampuannya di medan tugas. Dengan prototipe rantis-rantis tersebut membuktikan bahwa Indonesia mampu dan siap berkompetisi dengan produk luar tentunya. Selain membuat Indonesia mandiri, tentunya banyak aspek positif buat perkembangan teknologi untuk semakin berkembang dan makin menantang kedepannya. Dari kelas tersebut diatas sebetulnya masih ada celah untuk diisi produk anak bangsa, yaitu kelas 1/4 ton maupun kelas 2,5 ton, yang masih didominasi produk luar.

Tentunya semua itu harus di support oleh Pemerintah dengan biaya yang relatif tidak murah maupun kemudahan untuk terus berkembang. Tentunya semua itu tidak akan berhasil kalau Pemerintah tidak mau menerima kekurangan-kekurangannya. Dengan kekurangan tersebut malah membuat pelajaran yang berguna untuk diperbaiki kembali.


Dan konsekuensi dari keanekaragaman tersebut berdampak terhadap rumitnya pengoperasian dan pemeliharaan termasuk tukar alih suku cadang sehingga akan berpengaruh juga terhadap biaya pemeliharaan satuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, TNI berusaha mengakomodir operational requirement satuan-satuan kavalerinya, maupun untuk kepentingan pengamanan.


Diharapkan, ke depan terdapat keseragaman atau standarisasi kendaraan taktis TNI. Mengacu kepada konsep Minimum Essential Forces (MEF), diharapkan TNI pada 2014 dapat memenuhi kebutuhan alutsista dengan prioritas produksi dalam negeri serta dalam rangka kemandirian alutsista.


Menurut Menhan Purnomo, Pemerintah saat ini terus berusaha mengembangkan BUMN strategis untuk mencukupi kebutuhan alutsista TNI dan Polri. Berbagai cara dilakukan, mulai dari penyertaan modal negara hingga mengembangkan pasar untuk menjual alutsista buatan Indonesia.


“Bagaimana kita mendorong agar terjadi pergeseran yang tadinya impor kemudian produksi bersama kemudian juga bisa jadi produksi dalam negeri,” jelas Purnomo.
 
 
()(sumber data dari berbagai media)
 
@Garudamiliter
@Perkembanganmiliter

0 komentar:

Post a Comment