NEW DELHI-(IDB) : Peserta
Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVIII Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) RI mengunjungi India antara lain untuk melihat
industri strategis India dan berdiskusi dengan berbagai pihak di negara
berpenduduk terbesar kedua di dunia tersebut.
Pada Senin peserta PPSA mengunjungi industri strategis di New Delhi, untuk melihat kemampuan negara itu dalam memenuhi alat utama sistem senjata (alutsista), seperti misil penjelajah supersonik.
Kepala Pengawas Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Pertahanan dan Pengembangan Organisasi Pertahanan, Kementerian Pertahanan India, Dr. A. Sivathanu Pillai kepada para peserta PPSA XVIII mengatakan India telah mampu memenuhi alutsista berteknologi tinggi untuk angkatan bersenjata mereka.
Produk tersebut antara lain berupa misil penjelajah berkecepatan supersonik yang dapat diluncurkan dari berbagai landasan seperti kapal perang, kapal selam, pesawat tempur, maupun kendaraan tempur darat.
Industri strategis milik India itu merupakan kerjasama Republik India dan Federasi Rusia yang diberi nama "Brahmos" yakni gabungan dua nama sungai, "Brahmaputra" di India, dan "Moskva" di Rusia .
Daya jarak jangkau maksimum misil adalah 290 kilometer dan kecepatannya mencapai 2,5 sampai 2,8 kecepatan suara.
"Misil dapat membawa hulu ledak antara 200-300 kg," kata Sivathana kepada rombongan yang dipimpin Ketua Kelompok Peserta, Letjen TNI M. Munir yang juga Pangkostrad.
Menurut Savathanu, tingkat perkenaan misil terhadap target sangat akurat yakni 100 persen. "Jarak tempuh yang jauh dengan kecepatan supersonik, menjadi singkat," kata Savathanu yang dalam kesempatan itu mengajak para peserta melihat kemajuan teknologi India.
Ia menyampaikan bahan baku pembuatan misil tersebut seluruhnya berasal dari dalam negeri India. Misil tersebut juga merupakan misil tercepat yang ada di dunia saat ini. Saat ini versi hipersonik hingga 7 kali kecepatan suara sudah mulai dikembangkan dan diharapkan pada 2017 sudah dapat diujicobakan penembakannya.
Para ilmuwan India juga terus mengembangkan berbagai teknologi untuk membangun negeri berpenduduk nomor dua terbanyak di dunia itu. "Kami tidak hanya mengembangkan teknologi pertahanan, tetapi juga teknologi kesehatan," ujarnya.
Kerja sama
Dalam kesempatan terpisah, peserta juga mengunjungi Kementerian Luar Negeri India guna mendiskusikan berbagai masalah menyangkut kondisi peran India dan Indonesia dalam menjaga keamanan di kawasan, terutama kawasan laut.
Peserta diterima Sekretaris Kementerian Luar Negeri India, Sanjay Singh. Singh memuji peran Indonesia dalam menjaga keamanan laut di perairan Selat Malaka yang merupakan urat nadi pelayaran lalu lintas internasional.
Dia berharap peran tersebut akan tetap mampu dilaksanakan Indonesia, sementara India berupaya menjaga perairan di Samudera Hindia guna mengamankan kapal-kapal niaga yang melintas di sana.
Peserta Pendidikan Singkat Lemhannas mengadakan studi strategis ke India 16-21 September guna memahami negeri demokratis tersebut mengelola bangsa dan negara mereka yang dalam hal-hal tertentu memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia.
Selain mengunjungi berbagai industri strategis, rombongan peserta yang berjumlah 15 orang tersebut yang didampingi sejumlah pengajar dan pembimbing, juga mengadakan diskusi dengan koleganya "National Defence College of India". Selain itu juga mengunjungi Kementerian Pertahanan India.
Dalam studi strategis ini, peserta juga akan melihat langsung bagaimana pola hubungan dan kerjasama pemerintah pusat di New Delhi, dan pemerintah negara bagian dalam membangun negeri itu. Untuk itu peserta PPSA XVIII akan membahasnya dengan Gubernur Negara Bagian Maharashta, di Mumbay.
Pada Senin peserta PPSA mengunjungi industri strategis di New Delhi, untuk melihat kemampuan negara itu dalam memenuhi alat utama sistem senjata (alutsista), seperti misil penjelajah supersonik.
Kepala Pengawas Badan Penelitian dan Pengembangan Riset Pertahanan dan Pengembangan Organisasi Pertahanan, Kementerian Pertahanan India, Dr. A. Sivathanu Pillai kepada para peserta PPSA XVIII mengatakan India telah mampu memenuhi alutsista berteknologi tinggi untuk angkatan bersenjata mereka.
Produk tersebut antara lain berupa misil penjelajah berkecepatan supersonik yang dapat diluncurkan dari berbagai landasan seperti kapal perang, kapal selam, pesawat tempur, maupun kendaraan tempur darat.
Industri strategis milik India itu merupakan kerjasama Republik India dan Federasi Rusia yang diberi nama "Brahmos" yakni gabungan dua nama sungai, "Brahmaputra" di India, dan "Moskva" di Rusia .
Daya jarak jangkau maksimum misil adalah 290 kilometer dan kecepatannya mencapai 2,5 sampai 2,8 kecepatan suara.
"Misil dapat membawa hulu ledak antara 200-300 kg," kata Sivathana kepada rombongan yang dipimpin Ketua Kelompok Peserta, Letjen TNI M. Munir yang juga Pangkostrad.
Menurut Savathanu, tingkat perkenaan misil terhadap target sangat akurat yakni 100 persen. "Jarak tempuh yang jauh dengan kecepatan supersonik, menjadi singkat," kata Savathanu yang dalam kesempatan itu mengajak para peserta melihat kemajuan teknologi India.
Ia menyampaikan bahan baku pembuatan misil tersebut seluruhnya berasal dari dalam negeri India. Misil tersebut juga merupakan misil tercepat yang ada di dunia saat ini. Saat ini versi hipersonik hingga 7 kali kecepatan suara sudah mulai dikembangkan dan diharapkan pada 2017 sudah dapat diujicobakan penembakannya.
Para ilmuwan India juga terus mengembangkan berbagai teknologi untuk membangun negeri berpenduduk nomor dua terbanyak di dunia itu. "Kami tidak hanya mengembangkan teknologi pertahanan, tetapi juga teknologi kesehatan," ujarnya.
Kerja sama
Dalam kesempatan terpisah, peserta juga mengunjungi Kementerian Luar Negeri India guna mendiskusikan berbagai masalah menyangkut kondisi peran India dan Indonesia dalam menjaga keamanan di kawasan, terutama kawasan laut.
Peserta diterima Sekretaris Kementerian Luar Negeri India, Sanjay Singh. Singh memuji peran Indonesia dalam menjaga keamanan laut di perairan Selat Malaka yang merupakan urat nadi pelayaran lalu lintas internasional.
Dia berharap peran tersebut akan tetap mampu dilaksanakan Indonesia, sementara India berupaya menjaga perairan di Samudera Hindia guna mengamankan kapal-kapal niaga yang melintas di sana.
Peserta Pendidikan Singkat Lemhannas mengadakan studi strategis ke India 16-21 September guna memahami negeri demokratis tersebut mengelola bangsa dan negara mereka yang dalam hal-hal tertentu memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia.
Selain mengunjungi berbagai industri strategis, rombongan peserta yang berjumlah 15 orang tersebut yang didampingi sejumlah pengajar dan pembimbing, juga mengadakan diskusi dengan koleganya "National Defence College of India". Selain itu juga mengunjungi Kementerian Pertahanan India.
Dalam studi strategis ini, peserta juga akan melihat langsung bagaimana pola hubungan dan kerjasama pemerintah pusat di New Delhi, dan pemerintah negara bagian dalam membangun negeri itu. Untuk itu peserta PPSA XVIII akan membahasnya dengan Gubernur Negara Bagian Maharashta, di Mumbay.
Sumber : Antara
0 komentar:
Post a Comment