Politikindonesia - Jika
banyak pengamat menyarankan agar Indonesia dan ASEAN mengambil peran
kunci dalam penyelesaian konflik Laut China Selatan, pakar hukum laut
internasional Hasjim Djalal punya pendapat berbeda. Ia menilai, ASEAN
justru tidak perlu ikut campur dalam sengketa teritorial yang melibatkan
6 negara tersebut.
“ASEAN justru harusnya tidak ikut
campur dalam sengketa teritorial itu," ujar dia dalam Seminar
International bertema “Peace, Stability in the South China Sea and Asia
Pasific,” di Hotel Borobudur di Jakarta, Kamis (20/9).
Dikatakan Hasjim, dari negara-negara
di Asia Tenggara, hanya 4 negara yang terlibat dalam klaim atas perairan
tersebut, yakni Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
“Selebihnya tidak punya urusan dalam sengketa tersebut,” ujar dia.
Atas dasar itu, Hasjim berpendapat,
hanya 4 negara itulah yang selayaknya bertemu dalam perundingan dengan
China dan Taiwan, serta mendorong penyelesaian sengketa di Laut China
Selatan.
Sementara itu, pakar hukum
Internasional, Andi Widjajanto berpendapat, Indonesia dan negara
berkembang lainnya seharusnya senang dengan sikap China yang kini berani
memakai pola ofensif dalam pertahanannya. Sikap China itu, membuat AS
tidak terlalu mendominasi di kawasan Asia Pasifik.
Sikap China tersebut dalam pandangan
Andi, sikap China tersebut justru menguntungkan Indonesia dan negara
berkembang lainnya. Andi menyebut, dulu juga Indonesia juga diuntungkan
saat memainkan perannya dalam konflik perang dingin, antara AS-Uni
Soviet. “Itu memberikan kita pilihan dan kita bisa mainkan “kartu”
dengan 2 negara besar China-AS,” tandas dia.
(kap/rin/nis)politikindonesia
0 komentar:
Post a Comment