Panser Terrex, saingan Anoa di pasar Asia Tenggara.
|
Industri militer Singapura masuk peringkat 50 besar di dunia.
POTRET-(IDB) : Setelah
CN-235, Tank Anoa, dan lalu makin populernya senapan serbu SS-2,
industri militer Indonesia seperti menggeliat, meskipun dengan anggaran
terbatas. Tapi sebaiknya tak cepat juga menepuk dada. Mari tengok
sebentar negeri tetangga Singapura.
Data
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukan,
Singapura punya anggaran militer sekitar US$ 7,651 miliar, dan berada
di peringkat ke-24 di dunia. Indonesia hanya sebesar US$ 6,009 miliar,
dan menduduki peringkat 28.
Dengan
dompet militer yang buncit, Singapura, negeri seluas 710 km persegi,
menjadi negara importir senjata kelima terbesar di dunia. Singapura
mengimpor 4 persen senjata. Sebagai perbandingan, India yang importir
senjata terbesar, mencatat angka 10 persen.
Industri
militer di negeri Singa itu pun tampak gahar. Singapore Technologies
Engineering adalah produsen senjata terbesar ke-49 di dunia. Di Asia,
ST Engineering hanya kalah dari Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang
(peringkat 24), serta Hindustan Aeronautis (peringkat 34) dan Indian
Ordnance Factories (peringkat 46) dari India.
ST
Engineering terdiri dari empat anak perusahaan, yaitu ST Aerospace, ST
Kinetics, ST Electronics, dan ST Marine. Dari empat, dua terlihat
menonjol, ST Aerospace dan ST Kinetics.
ST
Aerospace, menjadi pusat perawatan sejumlah pesawat seperti Hercules
C-130, Fokker 50, Bell, helikopter Super Puma, hingga Pesawat Tempur
F-5 Tiger. Bahkan pabrik itu mampu mengembangkan sendiri A-4SU Super
Skyhawk untuk Angkatan Udara Singapura.
A-4SU
Super Skyhawk adalah pengembangan dari Douglas A-4S Skyhawk, besutan
Douglas Aircraft Company (sekarang menjadi McDonnel Douglas) dari AS.
ST Aerospace melakukan modernisasi pesawat yang menjadi andalan AS di
Perang Vietnam ini.
Senapan serbu SAR 21, produk andalan ST Kinetics
|
Ini
menjadikan A-4SU Super Skyhawk melaju dengan kecepatan maksimum 1128
km/jam dan mampu menempuh jarak 1700 nm. Pesawat digunakan AU Singapura
ini juga memiliki dua senjata 20 mm Colt Mk 12 cannon, roket LAU 5003,
misil AIM 9 Sidewinder dan AGM-65 Maverick, bom dengan bantuan laser
dan bom mark 80.
Adapun
ST Kinetics dikenal produsen sejumlah senjata dan kendaraan berat.
Produk andalannya senapan serbu SAR 21, senapan serbu jenis bullpup (yang mekanisme dan magazin terletak di belakang pelatuk). Badan senapan dibuat dari bahan polimer berdaya tahan tinggi.
Senapan yang dikembangkan untuk menggantikan M16S1 ini dilengkapi optik bidik 1,5 dan 3 kali zoom.
SAR 21 juga memiliki desain magazin transparan, sehingga penembaknya
bisa melihat berapa sisa peluru yang tersisa untuk ditembakkan.
Ada juga senapan mesin ringan The Ultimax 100, senapan mesin 50 MG, dan pelontar mortar 120 mm, atau 120 SRAM (Super Rapid Advanced Mortar).
Senapan SAR21 ini diborong oleh Brunei. Sedangkan Ultimax 100, dibeli
oleh Kroasia, Peru, Filipina, Thailand, Zimbabwe, Slovenia, juga
Indonesia. Bahkan Indonesia disebut mengambil lisensi senapan mesin 50
MG untuk dikembangkan menjadi Pindad SMB-QCB (Senapan Mesin Berat-Quick Change Barrel).
Untuk
kendaraan berat, ST Kinetics memproduksi tank Self Propelled Howitzer 1
(SSPH 1) Primus. Tank ini canggih punya. Ia memakai sistem loading senjata otomatis, dan mengincar sasaran berbasis GPS dan Datalink.
Tak
hanya Primus, ST Kinetics juga memproduksi tank Bionix AFV. Selain
dilengkapi meriam, tank jenis ini juga bisa dimodifikasi untuk
dijadikan kendaraan konstruksi. Sehingga, tank ini serbaguna digunakan
di medan sulit.
Untuk
panser, Singapura juga memiliki panser Terrex. Ini wahana pengangkut
infantri. Di pasar Asia Tenggara, tampaknya Anoa bersaing berat dengan
Terrex.
Ada
juga tank Bronco All Terrain Tracked Carrier. Tank itu bisa melata di
berbagai medan, dan tercatat dipesan oleh Angkatan Darat Inggris Raya.
Militer Inggris, menamakannya “Babi Hutan”. Selain Inggris dan
Singapura, militer Thailand juga menggunakan tank ini.
Di
bidang industri persenjataan, Singapura tampaknya memang menjadi
“singa” di Asia Tenggara. Tak seperti Singapura yang industrinya sudah
masuk peringkat 50 besar dunia, negara di Asia Tenggara lain masih
bergeliat.
Untuk
senjata misalnya, Thailand baru mengambil lisensi senjata HK33 dari
produsen Jerman, Heckler & Koch GmbH. Ini adalah senapan serbu yang
pernah menjadi andalan Indonesia. Tapi kemudian digantikan, akibat
teknologinya dianggap rumit, mahal, dan tak efisien.
Sedangkan
di Filipina, industri persenjataan berat belum begitu berkembang
pesat. Filipina memang memiliki manufaktur senjata dan amunisi
Armscorp. Tapi produk terbesar dihasilkan adalah persenjataan ringan,
seperti pistol, revolver, shotgun, dan sporting rifle.
Meski Singapura berjaya, toh Indonesia tetap punya peluang.
Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan persenjataan ringan
bisa dijadikan andalan ekspor. "Tak perlu bersaing dengan alutsista
utama seperti pesawat tempur,” ujar Mahfudz. “Contohnya Anoa, kendaraan
taktis. Itu banyak digunakan di negara-negara Afrika dan Timur tengah.
Peluangnya besar," ujar Mahfudz.
Sumber : Vivanews
0 komentar:
Post a Comment