John F. Kennedy
Krisis rudal di Kuba saat itu bisa picu perang besar AS dengan Soviet.
VIVAnews - Pada 50 tahun yang lalu, Presiden John F.
Kennedy mengeluarkan pengumuman genting kepada seluruh rakyat Amerika
Serikat melalui siaran televisi. Dia memperingatkan rakyat agar bersiap
hadapi ancaman serangan nuklir setelah ditemukan pangkalan rudal Uni
Soviet di Kuba, tetangga AS di sebelah selatan.
Menurut The History Channel,
AS dan Uni Soviet di dekade 1960an memasuki saat-saat genting dalam
persaingan politik internasional di era Perang Dingin, dengan
berlomba-lomba menebar pengaruh di banyak negara. Salah satu ajang
persaingan AS dan Soviet berada di Kuba.
Negara di Amerika Latin
itu mendekat ke kubu Soviet setelah pemberontak pimpinan Fidel Castro
menjungkalkan diktator dukungan AS, Fulgencio Batista, pada 1959. Soviet
pun langsung memanfaatkan Kuba sebagai pangkalan rudal untuk mengancam
AS.
Langkah ini sudah diantisipasi Washington, apalagi Soviet
memiliki kemampun membuat senjata nuklir. Maka, dalam pengumuman di
televisi, Kennedy mengatakan bahwa pesawat mata-mata AS sudah menemukan
basis peluncuran rudal Soviet di Kuba.
Fasilitas peluncuran itu
akan segera selesai. Rudal berjarak menengah itu diyakini mampu mencapai
sejumlah kota besar di AS, termasuk Washington DC.
Maka,
Kennedy mengumumkan bahwa militer AS sudah bersiap akan mengerahkan
tindakan apa pun untuk mencegah peluncuran rudal Soviet di Kuba, yang
dia anggap sebagai ancaman provokatif bagi perdamaian dunia.
Kapal-kapal
perang AS diperintahkan memblokade kapal-kapal Soviet yang mengarah ke
Kuba, karena diyakini membawa komponen rudal maupun senjata nuklir yang
siap dipasang. Manuver ini pun ditanggapi serius oleh Soviet, yang
mengancam bakal mengerahkan kekuatan militer untuk mengatasi blokade AS itu.
Demi mencegah terjadinya perang yang dahsyat antara AS
dengan Soviet, PBB bersama lebih dari 40 negara Gerakan Non Blok meminta
segera diadakan perundingan antara Washington dan Moskow.
Kennedy
maupun Nikita Khrushchev bersedia memenuhi tuntutan PBB itu. Dalam
perundingan yang memakan waktu berhari-hari, Soviet berjanji tidak akan
membangun pangkalan rudal di Kuba, namun dengan syarat: AS tidak akan
sekalipun menginvasi negara itu. Belakangan, Soviet pun meminta AS juga
melucuti semua rudalnya di Turki. Kedua pemerintah bersepakat.
Pada
28 Oktober 1962, Soviet akhirnya mengumumkan pelucutan semua senjatanya
di Kuba. Beberapa hari kemudian, pada November 1962, Kennedy
mengumumkan berakhirnya blokade AS atas kapal-kapal Soviet di perairan
Kuba dan melucuti rudal-rudalnya di Turki.
Bagi kalangan
pengamat, ketegangan AS dan Soviet soal krisis rudal di Kuba itu bisa
mengancam terjadinya perang dalam skala besar bila tidak segera
ditangani dengan pendekatan diplomasi. (eh)
0 komentar:
Post a Comment