Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

31 October 2012

Kapan lagi Indonesia-Malaysia mesra?

8:55 AM Posted by Unknown No comments
Kapan lagi Indonesia-Malaysia mesra?
Perseteruan dua negara bertetangga (1). istimewa ©2012 Merdeka.com

Hubungan Malaysia dan Indonesia pernah sangat mesra dan intim saat Mahathir Muhammad memegang tampuk kekuasaan. Dia menjalin persahabatan dengan mantan Presiden Soeharto. Bapak pembangunan ini memang menanda tangani konferensi perjanjian damai untuk menyelesaikan konflik, diselenggarakan di Ibu Kota Bangkok, thailand, pada 1966.

Hubungan mesra ini pernah terjalin di dua pemerintahan sebelumnya, yakni saat Perdana Menteri Tun Abdul Razak dan Tun Husein On. Namun Malaysia mengalami kebangkitan ekonomi ketika Mahathir naik tahta dan ini diakuinya salah satu efek manis bersahabat dengan Indonesia.

Hingga Soeharto lengser, dua sahabat itu masih suka bertemu dan berdiskusi, bahkan saat rezim orde baru itu meninggal, Mahathir ikut mengantarkannya ke peristirahatan terakhir meski dengan pengawalan ketat.

Meski bersahabat secara pribadi, nyatanya kebangkitan ekonomi Malaysia terutama saat badai krisis menerpa Asia, membuat para warganya merasa di atas angin, apalagi saat melihat Indonesia susah payah mengatasi krisis. Menurut Musni Umar, Pakar Hubungan Indonesia-Malaysia, mengatakan generasi baru lahir di Malaysia, secara psikologis melihat Indonesia dibawah Malaysia. Setiap hari pula mereka melihat para Tenaga Kerja Indonesia menata Rumah Tangga, buruh bangunan, buruh perkebunan kelapa sawit, dan buruh di industri (kilang). Orang negara ini mengisi ruang-ruang pekerja kelas rendah di Negeri Jiran.

Sementara sebagian masyarakat Indonesia masih bernostagia hubungan kedua negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Tun Abdul Razak, sehingga perubahan terjadi sulit dipahami apalagi diterima.

Konflik budaya menambah runyam hubungan negara yang sudah rapuh. Hasil jajak pendapat dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) 2009, sebanyak 32 persen menginginkan Indonesia putus hubungan dengan Malaysia, 40 persen mendesak pemerintah untuk bersikap lebih tegas, selebihnya menyarankan agar meningkatkan relasi dengan Malaysia.

Ini sebab arogansi negara itu menjadi-jadi. Ditambah mereka mengklaim beberapa tradisi asli Indonesia sebagai kepunyaannya mulai dari batik, tari tor tor, dan masih banyak lagi. Kasus terakhir, iklan perdagangan manusia jelas tertera di sebuah media Malaysia. Iklan menyebutkan adanya potongan harga untuk tenaga kerja asal Indonesia dan mendapat protes keras, namun tak satu pun pengadilan Malaysia menyeret pelakunya.

Umar menyatakan, Malaysia dan Indonesia tidak benar-benar bisa berbaikan dan mesra atas nama masa lalu. Hubungan ini bagai bom waktu. Sedikit saja dipicu, bisa meledak dan mengganggu bilateral keduanya.
[din]
 

0 komentar:

Post a Comment