Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah kepada rezim Zionis
Israel menyatakan, "Ketika kalian kalah dari Gaza yang terblokade,
bagaimana kalian akan berhadapan dengan pihak lain yang memiliki kondisi
yang lebih rumit dari Gaza."
FNA (24/11) melaporkan, Sayid Hasan Nasrullah pada peringatan malam kesembilan Muharram di selatan Lebanon, mengucapkan selamat kepada muqawama dan warga Palestina baik yang di dalam atau di luar Gaza atas kemenangan di hadapan rezim Zionis.
Ditambahkannya, "Muqawama telah kehilangan seorang syahid besar akan tetapi sebagai gantinya berhasil dalam perang di Gaza."
Sayid Nasrullah mengatakan, "Kita berhadapan dengan sebuah kemenangan hakiki baru di antara berbagai kemenangan. Bukan muqawama yang menyerang rezim Zionis sehingga kita dapat mengatakan bahwa mereka telah mencapai tujuan mereka atau tidak, akan tetapi tujuan muqawama adalah mengagalkan seluruh target musuh."
"Kemenangan Gaza bukan menghancurkan target-target musuh, akan tetapi pada tingkat ketika muqawama dapat mendiktekan persyaratannya kepada musuh. Muqawama membuktikan bahwa kekuatan untuk mendiktekan persyaratan mereka kepada musuh semakin besar pasca perang Gaza, dan pihak-pihak yang sebelumnya menaruh kepercayaan besar terhadap Israel, sekarang telah berkurang. Di sisi lain, kekuatan pertahanan Israel semakin rentan dibanding sebelum perang."
Sekjen Hizbullah menyinggung persyaratan yang dikemukakan Benyamin Netanyahu, Ehud Barak, dan Avigdor Lieberman pada pengumuman gencatan senjata dan mengatakan, "Wajah murung, putus asa, dan kalah perang mereka, sama seperti ketika kami menyaksikan wajah Olmert, Livni dan para pejabat [Zionis] pasca perang Lebanon."
Terkait target-target yang telah diumumkan oleh Israel dalam perang, Sayid Nasrullah mengatakan, "Rezim Zionis mengambil pengalaman dari perang sebelumnya untuk tidak mengumumkan tujuan utamanya dan hanya mengemukakan tujuan parsialnya saja yang mereka beranggapan dapat dengan mudah mencapainya. Akan tetapi mereka bahkan gagal untuk mencapai tujuan tersebut."
Nasrullah melanjutkan, "Di antara keberhasilan muqawama adalah musuh masih takut terhadap Gaza dan memperhitungkannya. Perang dengan Gaza bukan lagi untuk bersenang-senang bagi Israel. Gerakan muqawama telah menyeimbangkan kekhawatiran serta telah mendapatkan kembali kekuatannya sehingga mampu mendiktekan persyaratan mereka kepada musuh. Kemenangan terbesar muqawama di Gaza adalah mereka berhasil mendiktekan persyaratan mereka terhadap Israel dan tidak mempedulikan persyaratan Israel."
Sekjen Hizbullah Lebanon menegaskan, "Musuh sekarang berada di posisi di mana mereka merasa dukungan internasional dan kekuatan militer sudah tidak dapat mendukung rezim ini. Oleh karena itu, mereka bersedia berunding dengan kelompok muqawama yang mereka menyebutnya sebagai kelompok teroris, masalah ini sangat penting."
Sayid Hasan Nasrullah menilai pengalaman Gaza sebagai pelajaran bagi semua pihak yang menginginkan strategi pertahanan.
Dikatakannya, "Agresi ke Gaza membuktikan bahwa armada udara musuh tidak mampu menyelesaikan perang dan para panglima musuh takut menggelar perang darat, mereka telah mendapat pengalaman perang darat selama 30 tahun dan masalah ini telah mereka pelajari dalam perang tahun 2006 melawan Lebanon dan 2008 di Gaza.
(IRIB Indonesia/MZ)
FNA (24/11) melaporkan, Sayid Hasan Nasrullah pada peringatan malam kesembilan Muharram di selatan Lebanon, mengucapkan selamat kepada muqawama dan warga Palestina baik yang di dalam atau di luar Gaza atas kemenangan di hadapan rezim Zionis.
Ditambahkannya, "Muqawama telah kehilangan seorang syahid besar akan tetapi sebagai gantinya berhasil dalam perang di Gaza."
Sayid Nasrullah mengatakan, "Kita berhadapan dengan sebuah kemenangan hakiki baru di antara berbagai kemenangan. Bukan muqawama yang menyerang rezim Zionis sehingga kita dapat mengatakan bahwa mereka telah mencapai tujuan mereka atau tidak, akan tetapi tujuan muqawama adalah mengagalkan seluruh target musuh."
"Kemenangan Gaza bukan menghancurkan target-target musuh, akan tetapi pada tingkat ketika muqawama dapat mendiktekan persyaratannya kepada musuh. Muqawama membuktikan bahwa kekuatan untuk mendiktekan persyaratan mereka kepada musuh semakin besar pasca perang Gaza, dan pihak-pihak yang sebelumnya menaruh kepercayaan besar terhadap Israel, sekarang telah berkurang. Di sisi lain, kekuatan pertahanan Israel semakin rentan dibanding sebelum perang."
Sekjen Hizbullah menyinggung persyaratan yang dikemukakan Benyamin Netanyahu, Ehud Barak, dan Avigdor Lieberman pada pengumuman gencatan senjata dan mengatakan, "Wajah murung, putus asa, dan kalah perang mereka, sama seperti ketika kami menyaksikan wajah Olmert, Livni dan para pejabat [Zionis] pasca perang Lebanon."
Terkait target-target yang telah diumumkan oleh Israel dalam perang, Sayid Nasrullah mengatakan, "Rezim Zionis mengambil pengalaman dari perang sebelumnya untuk tidak mengumumkan tujuan utamanya dan hanya mengemukakan tujuan parsialnya saja yang mereka beranggapan dapat dengan mudah mencapainya. Akan tetapi mereka bahkan gagal untuk mencapai tujuan tersebut."
Nasrullah melanjutkan, "Di antara keberhasilan muqawama adalah musuh masih takut terhadap Gaza dan memperhitungkannya. Perang dengan Gaza bukan lagi untuk bersenang-senang bagi Israel. Gerakan muqawama telah menyeimbangkan kekhawatiran serta telah mendapatkan kembali kekuatannya sehingga mampu mendiktekan persyaratan mereka kepada musuh. Kemenangan terbesar muqawama di Gaza adalah mereka berhasil mendiktekan persyaratan mereka terhadap Israel dan tidak mempedulikan persyaratan Israel."
Sekjen Hizbullah Lebanon menegaskan, "Musuh sekarang berada di posisi di mana mereka merasa dukungan internasional dan kekuatan militer sudah tidak dapat mendukung rezim ini. Oleh karena itu, mereka bersedia berunding dengan kelompok muqawama yang mereka menyebutnya sebagai kelompok teroris, masalah ini sangat penting."
Sayid Hasan Nasrullah menilai pengalaman Gaza sebagai pelajaran bagi semua pihak yang menginginkan strategi pertahanan.
Dikatakannya, "Agresi ke Gaza membuktikan bahwa armada udara musuh tidak mampu menyelesaikan perang dan para panglima musuh takut menggelar perang darat, mereka telah mendapat pengalaman perang darat selama 30 tahun dan masalah ini telah mereka pelajari dalam perang tahun 2006 melawan Lebanon dan 2008 di Gaza.
(IRIB Indonesia/MZ)
0 komentar:
Post a Comment