Seorang ulama asal Damaskus dipilih untuk menjadi presiden.
Mouaz al-Khatib, presiden pemerintahan tandingan Suriah
VIVAnews - Berbagai fraksi oposisi penentang rezim
Bashar al-Assad di Suriah memutuskan mengesampingkan perbedaan dan
bersatu membentuk pemerintahan di pengasingan. Langkah terbaru ini
diharapkan dapat mendorong negara-negara Barat dan Arab untuk semakin
mendukung perjuangan mereka menggulingkan Assad.
Diberitakan Reuters,
keputusan ini diambil pada rapat oposisi di Doha, Qatar, pada Minggu,
11 November 2012. Pertemuan tersebut dihadiri kelompok oposisi dari kubu
pejuang pemberontak, veteran, dan kelompok etnis dan agama minoritas.
Mereka
sepakat untuk bersatu dan membentuk pemerintahan sendiri. Secara
mufakat, ulama moderat asal Damaskus, Mouas al-Khatib, terpilih menjadi
presidennya. Dipilih juga dua wakil presiden adalah Riad Seif and Suhair
Atassi, dan sekretaris jenderal Mustafa al-Sabagh.
Khatib adalah
ulama yang pernah menjadi imam di mesjid Umayyah di Damaskus. Sebagai
presiden pemerintahan pengasingan Suriah, dia menyerukan para tentara
Suriah untuk membelot dan seluruh sekte untuk bersatu.
"Kami menyerukan kemerdekaan untuk setiap Sunni, Alawi, Ismaili (Syiah),
Kristen dan Druze. Kami juga menyerukan dipenuhinya hak-hak seluruh
rakyat Suriah untuk hidup harmonis," kata Khatib.
Pembentukan
pemerintahan tandingan ini mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Salah satunya adalah dari Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin
Jassim. "Kami akan berjuang untuk membuat pemerintahan baru ini dikenali
semua pihak, sebagai perwakilan yang sah dari rakyat Suriah," kata
Jassim.
Pemerintah Amerika Serikat juga menyatakan dukungannya
untuk persatuan kelompok oposisi tersebut. Sementara itu, Perdana Menteri Turki Ahmed Davutoglu mengatakan bahwa kini tidak ada alasan
lagi bagi negara-negara untuk tidak mendukung Suriah.
Sementara
itu, kekerasan masih terus berlanjut di Suriah. Kelompok aktivis
memperkirakan, korban tewas sejak revolusi Suriah pecah tahun lalu telah
lebih dari 30.000 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak.
0 komentar:
Post a Comment