Sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah), Sayid Hasan Nasrullah menyebut serangan rudal muqawama ke Palestina pendudukan telah membuat kalang kabut Rezim Zionis. "Serangan rudal Fajr-5 ke Tel Aviv menunjukkan kemampuan para pejuang Palestina," ungkap Sayid Hasan.
Menurut laporan Fars News, Sayid Hasan Nasrullah saat menyampaikan pidatonya di malam pertama Muharram membahas kondisi terkini kawasan termasuk agresi Rezim Zionis Israel ke Jalur Gaza.
Di awal pidatonya, Sayid Hasan mengisyaratkan serangan Israel ke Gaza yang mengakibatkan gugurnya Ahmed al-Jabari, komandan senior Brigade Izzudden Qassam dan agresi Tel Aviv ini terus berlanjut.
Sayid Hasan mengatakan, "Muqawama Palestina meski mendapat serangan gencar Israel bangkit melakukan perlawanan. Kami mengucapkan selamat dan belasungkawa kepada saudara kami, para pemimpin Hamas, bangsa Palestina dan seluruh syuhada yang mengorbankan jiwanya menghadapi Israel termasuk syahid Ahmad al-Jabari."
Tembakan Roket Farj-5 ke Tel Aviv Bukti Kemampuan Bangsa Palestina
Sayid Hasan menambahkan, kewajiban seluruh bangsa Arab dan Muslim serta pecintan kebebasan dunia adalah berdiri di samping bangsa Palestina dan muqawama. Faktor terpenting di Jalur Gaza adalah tekad warga untuk terus melakukan resistensi dan apa yang membuat kita optimis adalah kita menyadari bahwa masih terdapat perlawanan gagah berani dan kuat serta pengalaman besar di Jalur Gaza. Hal ini membuat Gaza memiliki kemampuan lebih untuk tetap melanjutkan perjuangannya dan roket Fajr-5 yang ditembakkan ke Tel Aviv merupakan indikasi kekuatan, resistensi dan kegigihan muqawama Palestina di Gaza.
Sekjen Hizbullah di bagian lain pidatonya membahas serangan brutal Israel ke Gaza dan kondisi kawasan saat ini. "Apa yang terjadi di Jalur Gaza merupakan rangkaian dari agresi berdarah Israel dengan bangsa kawasan secara umum dan bangsa Palestina secara khusus. Hal ini juga merupakan salah satu fase yang membutuhkan perenungan, pengkajian dan rasa tanggung jawab," ungkap Sayid Hasan.
Israel Tak Membutuhkan Dalih untuk Mengagresi Negara Lain
Sayid Hasan mengatakan, "Kita telah menyaksikan bahwa musuh tidak membutuhkan alasan dan dalih untuk menyerang dan Rezim Zionis Israel merasa kepantingan ekonomi, pemilu atau keamanan menuntut sebuah agresi maka mereka langsung memulai perang. Dalam hal ini, Israel juga tidak membutuhkan alasan atau kinerja Palestina dan Lebanon untuk dijadikan dalih. Bahkan Tel Aviv pun tak butuh reaksi dari pihak yang mereka serang atau masyarakat internasional."
Sekjen Hizbullah menekankan bahwa agresi senantiasa diawali dengan tipu daya karena beberapa hari sebelum agresi ini, Tel Aviv mengkalim bahwa mereka tengah meniti jalur bagi keamanan dan stabilitas kawasan. Ketika agitasi mereka ini membuahka hasil, maka mulailah rezim ilegal ini melakukan teror terhadap komandan muqawama. Ini adalah esensi sebenarnya rezim Zionis Israel. Maka siapa yang telah mengalami pengalaman seperti ini dapat percaya kepada Israel. Oleh karena itu kita harus waspada dan berhati-hati menghadapi Israel.
Sayid Hasan Nasrullah kemudian menambahkan, tolok ukur bagi Amerika Serikat dan Barat bukan isu-isu kemanusiaan, hukum atau hak, namun kepentingan mereka. Apa yang terjadi di Gaza kian membuka kedok dan upaya Amerika untuk menipu bangsa Arab.
Darah Suci Syuhada Gaza Membuka Wajah Sebenarnya AS dan Barat
Sayid Hasan Nasrullah menandaskan, "Saat ini sikap sejati AS, Inggris dan Perancis mulai direvisi. Mayoritas pemimpin Arab selama beberapa tahun terakhir telah memaparkan pandangan keliru kepada rakyatnya, bahwa Amerika ingin membantu mereka yang terzalimi dan tertindas sehingga kita memuji langkah Amerika dalam masalah ini. Namun dewasa ini, darah para syuhada, wanita dan anak-anak Gaza kian menelanjangi wajah sebenarnya AS dan Barat serta sikap mereka terhadap peristiwa di Jalur Gaza saat ini.
Kepentingan Barat, Parameter Kebijakan Mereka
Sayid Hasan Nasrulllah menjelaskan, Amerika Serikat sejak menit pertama serangan Israel ke Gaza menyatakan dukungannya kepada Tel Aviv bahwa Israel hanya membela diri dan warga Gaza adalah agresor. Inggris dan Perancis juga mengambil kebijakan serupa. Hal ini artinya negara-negara tersebut tidak mempedulikan nilai-nilai, cita-cita serta kebebasan kawasan. Kepentingan adalah penentu bagi kebijakan Barat.
Roket Fajr-5, Kemajuan Besar di Sengketa Palestina dan Israel
"Kami memohon kepada Allah Swt untuk mengembalikan sihir-sihir ini kepada pemiliknya dan jika Israel ingin memanfaatkan serangan ke Gaza demi keuntungan pemilu, kami berharap agresi ini berbalik menjadi kesulitan bagi mereka. Israel saat ini tertipu dengan serangan roket para pejuang Palestina dan mengakui bahwa roket Fajr-5 menjangkau Tel Aviv. Ini adalah sebuah kemajuan dan perubahan besar di perseteruan antara Palestina dan Israel," tandas Sayid Hasan.
Sekjen Hizbullah menandaskan, tujuan yang dikumandangkan musuh sejak perang 33 hari di tahun 2006 dan perang 22 hari di tahun 2008 benar-benar dimanfaatkan oleh mereka. Israel di dua perang ini gagal mencapai tujuan-tujuannya, kini Isarel menentukan tujuan baru yang tidak terlalu besar dan jika mereka melaksanakannya maka Benyamin Netanyahu mampu sesumbar telah berhasil. Israel secara tersirat mengakui bahwa muqawama memiliki kekuatan pertahanan. Israel menyatakan akan merusak infrastruktur muqawama Palestina. Apakah Israel akan berhasil merealisasikan angan-angannya tersebut? Hal ini akan jelas dalam beberapa hari mendatang.
Negara Arab dan Islam Mendesak AS Paksa Israel Menghentikan Agresinya
Sayid Hasan Nasrullah di bagian lain pidatonya mengatakan, "Hanya sikap serius negara Arab dan Islam, Liga Arab dan OKI yang mampu menghentikan brutalitas Israel ke Gaza. Mereka mampu menekan Amerika Serikat untuk memaksa Rezim Israel menghentikan serangannya ke Jalur Gaza."
Sayid Hasan menambahkan, warga Gaza harus mendapat rasa solidaritas dan negara-negara Arab harus memanfaatkan kedekatannya dengan Amerika untuk menekan Israel menghentikan serangannya ke Jalur Gaza.
"Kami kepada negara-negara Arab tidak menuntut untuk membuka perbatasanya, namun ancaman Amerika ke Israel akan dapat menghentikan perang. Benar! Bangsa Arab memiliki kemampuan ini," tekan sekjen Hizbullah.
Sekjen Hizbullah menambahkan, tuntutan terhadap negara-negara Arab dan Islam terkait Gaza adalah langkah praktis dan tekad untuk bertindak. Tujuan kami mengemukakan hal ini bukan untuk menyudutkan individu tertentu. Seperti yang pernah kami tuntut kepada negara-negara ini di tahun 2006 dan 2008, maka saat ini kami menyeru negara Arab bekerjassama untuk memenangkan Jalur Gaza dan mengalahkan Rezim Zionis Israel.
"Tolok ukur AS dan Barat bukan kemanusiaan, hukum atau hak, namun semata-mata kepentingan mereka. Apa yang terjadi di Gaza telah membongkar upaya Amerika Serikat untuk menipu negara-negara Arab," ungkap Sayid Hasan Nasrullah.
Israel Mengambil Untung dari Krisis di Suriah
Di bagian lain pidatonya menjelang satu Muharram yang disiarkan Televisi al-Manar, Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, "Apa yang saya dengar dari peristiwa di Gaza saat ini adalah upaya untuk menyelewengkan harapan terselesaikannya krisis di Suriah."
Di pidatonya, Sayid Hasan menyatakan penyesalannya karena Israel memanfaatkan transformasi regional dan Suriah untuk menggelar perangnya dan di tahun 2008 poros muqawama mampu meraih dukungan besar terhadap Gaza, namun kini Suriah disibukkan dengan urusannya sendiri dan tidak mampu memberi dukungan logistik kepada muqawama. Perang di Suriah adalah perang yang membingungkan bagi setiap poros pendukung Gaza.
Sekjen Hizbullah melontarkan pertanyaan ini, mengama kita tidak mengatakan bahwa Israel tidak memanfaatkan krisis di Suriah dan mengubah musuh menjadi teman di kawasan serta Tel Aviv tidak melihat kesempatan tepat untuk menyerang Gaza dan merusak kemampuan rokat dari Gaza, sebuah kemampuan roket yang dipandang Israel sangat sulit untuk membalasnya mengingat transformasi regional saat ini?
Sayid Hasan Nasrulalh menjelaskan, apa yang mampu menghentikan arogansi Israel adalah sikap sejati negara-negara Arab dan Islam di Liga Arab dan OKI. Negara-negara ini mampu memaksakan kehendaknya kepada Amerika Serikat sehingga Washingtin mendesak Tel Aviv menghentikan arogansinya ke Jalur Gaza.
Sayid Hasan Nasrulalh mengungkapkan, "Harus ada dukungan besar kepada warga Jalur Gaza dan negara-neagra Arab harus memanfaatkan hubungannya dengan AS sebagai sarana menekan Israel guna menghentikan brutalitasnya ke Gaza. Kami tidak mengatakan kepada negara Arab untuk membuka perbatasannya, karena setiap ancaman AS kepada Israel dengan sendirinya mampu menghentikan perang. Dan sekali lagi kami tegaskan, Arab mampu melakukan hal ini."
Perang Gaza, Perang Luas di Kawasan
Sekjen Hizbullah ini menekankan, "Kami di Lebanon senantiasa memonitoring transformasi di Jalur Gaza karena perang ini bukan sekedar perang Gaza, namun perang umum yang kami juga terlibat di dalamnya."
Sayid Hasan Nasrullah menuntut mobolisasi seluruh upaya guna menghentikan agresi Israel ke Gaza, karena kita saat ini berada di medan darah menghadapi pedang. Namun seperti halnya darah mampu mengalahkan pedang, kami memohon kepada Allah Swt agar diberi pengalaman kemenangan baru dan semangat baru yang bakal ditorehkan oleh para pejuang dan pendukungnya.
(IRIB Indonesia/MF)
0 komentar:
Post a Comment