SALAH satu ancaman masa kini dan masa depan yang akan terus langgeng dan
abadi terhadap pesawat udara adalah ancaman rudal maupun peperangan
elektronika.
Oleh karena itu, pesawat udara yang dioperasikan oleh militer, termasuk Angkatan Laut, harus dilengkapi dengan mission systems yang mampu merespon kedua ancaman tersebut.
Oleh karena itu, pesawat udara yang dioperasikan oleh militer, termasuk Angkatan Laut, harus dilengkapi dengan mission systems yang mampu merespon kedua ancaman tersebut.
Hal demikian seharusnya sudah
dirancang pula untuk pesawat patroli maritim CN-235 ASW yang akan
dioperasikan oleh Angkatan Laut.
Mengingat bahwa biaya pengadaan dan integrasi sistem pertahanan diri itu
tidak murah, setidaknya saat ini dalam pembangunan pesawat CN-235 ASW
telah dirancang suatu "ruangan" untuk itu.
Meminjam istilah yang lebih umum, CN-235 ASW menganut pendekatan fitted for but not equipt with. Melalui adopsi pendekatan itu, ketika nanti suatu saat perlengkapan mission systems untuk bela diri itu telah tersedia, yang harus dilakukan hanyalah integrasi sistem saja.
Meminjam istilah yang lebih umum, CN-235 ASW menganut pendekatan fitted for but not equipt with. Melalui adopsi pendekatan itu, ketika nanti suatu saat perlengkapan mission systems untuk bela diri itu telah tersedia, yang harus dilakukan hanyalah integrasi sistem saja.
Dalam era masa kini dan masa depan, sangat riskan mempertaruhkan aset
perang milyaran rupiah "telanjang" tanpa sistem pertahanan diri. Resiko
kerugian yang ditanggung jauh lebih besar daripada biaya yang diperlukan
untuk pengadaan perangkat bela diri tersebut.
PT DI selain punya produk baru berupa
pesawat angkut medium CN-295, mereka juga punya produk model pesawat
CN-235 ASW (Anti-Submarine Warfare) yang pernah di tawarkan kepada TNI
AL, CN 235 ASW sudah di operasikan oleh Turki.
Dimana
dalam proyek ini, PT DI sangat beruntung, seperti ketiban durian
runtuh, semua berawal dari pihak turki yang ingin,menjadikan 9 Pesawat CN
235 mereka, di rombak menjadi CN235 MPA (6 Unit), CN235 ASW (3 Unit).
Dimana didalam proyek ini teknisi PT DI
di kirim untuk diperbantukan dalam perancangan dan modifikasi CN235 ASW
Turki, semua dana Riset dan Pengembangan CN235 ASW di tanggung oleh pihak
Turki, jadi PT DI tidak mengeluarkan dana untuk proyek ini.
TNI sudah memesan CN 235 MPA di PT. DI dan sekarang dalam tahap finishing, TNI
AL dalam Rencana strategis (Renstra) 2010-2014 merencanakan akan
mengakuisi 3 pesawat patroli maritim CN235 ASW dari PT Dirgantara
Indonesia.
Nantinya 3 CN-235 ASW TNI AL akan bergabung dengan Pusat Penerbangan Angkatan
Laut dan akan menjadi pesawat patroli maritim pertama di Indonesia dalam
arti sebenarnya.
Sebab sampai kini, TNI hanya menggunakan CN-235 MPA di bawah TNI AU dan NC-212 MPA di bawah TNI AL.
Fungsi dari pesawat patroli maritim adalah untuk peperangan anti kapal selam, sehingga dilengkapi dengan beberapa peralatan deteksi bawah air dan juga torpedo anti kapal selam.
Sebab sampai kini, TNI hanya menggunakan CN-235 MPA di bawah TNI AU dan NC-212 MPA di bawah TNI AL.
Fungsi dari pesawat patroli maritim adalah untuk peperangan anti kapal selam, sehingga dilengkapi dengan beberapa peralatan deteksi bawah air dan juga torpedo anti kapal selam.
Di era sekarang ini peralatan deteksi dan
kemampuan yang diusung sejumlah pesawat patroli maritim masa kini sangat penting dalam pendeteksi dini, teknologi ini banyak
dioperasikan oleh Angkatan Laut di dunia, seperti P-3 Orion, Atlantique,
Nimrod dan P-8 Poseidon, dirancang secara khusus untuk menghadapi
ancaman kapal selam.
Semoga
dengan pembangunan pertahanan yang dilakukan ditubuh TNI AL sekarang
ini dalam memenuhi MEF, semakin menambah sisi pertahanan maritim bangsa
ini.
0 komentar:
Post a Comment