GALI TIBBON / AFP
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu (kanan) dan Menhan
Ehud Barak dalam sebuah jumpa pers di Jerusalem belum lama ini. Menhan
Ehud Barak, secara mengejutkan menyatakan mundur dari dunia politik.
KAIRO:(DM) - Delegasi tingkat tinggi Israel,
Senin (22/4), tiba di Ankara untuk pembicaraan dengan pejabat tinggi
Turki, membahas rekonsiliasi hubungan Israel-Turki setelah kasus kapal
Mavi Marmara.
Harian Israel, Haaretz, mengungkapkan, delegasi Israel terdiri atas Penasihat Keamanan Nasional Yaakov Amidror dan utusan khusus Perdana Menteri Israel untuk Turki, Joseph Ciechanover. Dua pejabat itu akan menemui Deputi PM Turki Bulent Arinc dan Deputi Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu.
Kunjungan itu didasari kebutuhan Israel untuk membangun aliansi melawan Iran. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.
Hubungan Israel-Turki tiga tahun ini memburuk akibat insiden Mavi Marmara. Kasus itu dipicu aksi pasukan komando Israel menghadang kapal Mavi Marmara berlayar ke Jalur Gaza pada Mei 2010. Insiden itu menewaskan 9 aktivis Turki.
Turki menuntut Israel meminta maaf dan membayar ganti rugi sebagai syarat normalisasi hubungan kedua negara. Namun, Israel selalu menolak memenuhi tuntutan tersebut.
Normalisasi
Amerika Serikat mendorong Turki-Israel menormalisasi hubungan untuk memperkuat posisi melawan Iran. Menlu AS John Kerry kepada Menlu Turki Ahmet Davutoglu di Istanbul, Minggu, mengatakan, AS ingin ada kemajuan dalam pembicaraan tentang insiden itu.
Adapun Presiden Barack Obama pada kunjungannya di Israel, 22 Maret, meminta PM Benjamin Netanyahu agar Israel dan Turki berada dalam satu barisan.
Saat itu pula, Netanyahu menelepon PM Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyampaikan penyesalan Israel atas insiden kapal Mavi Marmara dan kesediaan Israel membayar ganti rugi bagi korban tewas dari pihak Turki.
Menurut harian Inggris, The Sunday Times edisi Minggu, Amidrorr akan menawarkan solusi komprehensif kepada Turki dengan imbalan normalisasi hubungan kedua negara. Selain membayar ganti rugi kepada keluarga korban, Israel meminta kesepakatan Israel-Turki tahun 1996 dihidupkan lagi.
Kesepakatan itu mengizinkan pesawat tempur Israel berlatih di teritorial udara Turki dan menggunakan bandara militer Akinci dekat Ankara. Imbalannya, Turki bisa menggunakan pusat latihan Israel di Gurun Negev, Israel selatan. Dengan demikian, Iran bisa menggunakan wilayah udara Turki menuju Iran.
Harian Israel, Haaretz, mengungkapkan, delegasi Israel terdiri atas Penasihat Keamanan Nasional Yaakov Amidror dan utusan khusus Perdana Menteri Israel untuk Turki, Joseph Ciechanover. Dua pejabat itu akan menemui Deputi PM Turki Bulent Arinc dan Deputi Menteri Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioglu.
Kunjungan itu didasari kebutuhan Israel untuk membangun aliansi melawan Iran. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir.
Hubungan Israel-Turki tiga tahun ini memburuk akibat insiden Mavi Marmara. Kasus itu dipicu aksi pasukan komando Israel menghadang kapal Mavi Marmara berlayar ke Jalur Gaza pada Mei 2010. Insiden itu menewaskan 9 aktivis Turki.
Turki menuntut Israel meminta maaf dan membayar ganti rugi sebagai syarat normalisasi hubungan kedua negara. Namun, Israel selalu menolak memenuhi tuntutan tersebut.
Normalisasi
Amerika Serikat mendorong Turki-Israel menormalisasi hubungan untuk memperkuat posisi melawan Iran. Menlu AS John Kerry kepada Menlu Turki Ahmet Davutoglu di Istanbul, Minggu, mengatakan, AS ingin ada kemajuan dalam pembicaraan tentang insiden itu.
Adapun Presiden Barack Obama pada kunjungannya di Israel, 22 Maret, meminta PM Benjamin Netanyahu agar Israel dan Turki berada dalam satu barisan.
Saat itu pula, Netanyahu menelepon PM Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menyampaikan penyesalan Israel atas insiden kapal Mavi Marmara dan kesediaan Israel membayar ganti rugi bagi korban tewas dari pihak Turki.
Menurut harian Inggris, The Sunday Times edisi Minggu, Amidrorr akan menawarkan solusi komprehensif kepada Turki dengan imbalan normalisasi hubungan kedua negara. Selain membayar ganti rugi kepada keluarga korban, Israel meminta kesepakatan Israel-Turki tahun 1996 dihidupkan lagi.
Kesepakatan itu mengizinkan pesawat tempur Israel berlatih di teritorial udara Turki dan menggunakan bandara militer Akinci dekat Ankara. Imbalannya, Turki bisa menggunakan pusat latihan Israel di Gurun Negev, Israel selatan. Dengan demikian, Iran bisa menggunakan wilayah udara Turki menuju Iran.
0 komentar:
Post a Comment