Jakarta:(DM) - Indonesia dan Papua Nugini makin mesra untuk kerjasama ekonomi termasuk dalam bidang
pertambangan dan minyak dan gas (migas). Di wilayah perbatasan kedua negara banyak
menyimpan kekayaan yang luar biasa seperti emas, nikel, dan migas.
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, selama ini kedua negara tak berani mengusik atau melakukan eksplorasi di wilayah perbatasan. Diharapkan dengan adanya kerjasama dan saling memahami, ada upaya pemanfaatan sumber daya alam masing-masing negara saling menguntungkan.
"Di perbatasan ini, menurut studi geologi kita banyak sekali sumber energi dan mineral, tapi kita tidak pernah membolehkan ada eksplorasi di situ, sehingga sumber mineral di bawah tanah itu diam, ada migas, emas, nikel, dan lain-lain Di perbatasan itu kalau buka (eksplorasi) sendiri-sendiri juga repot karena kurang aman, kalau kita bertetangga dengan baik kan jadi lebih aman," kata Jero Wacik di Hotel Grand Hyatt, Jakarta usai bilateral meeting dengan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill, Selasa (18/6/2013)
Jero mengatakan terkait kunjungan PM Peter O'Neill ada 11 MoU yang ditandatangani kedua negara. Ia optimistis kerjasama ini akan mengubah peta hubungan kedua negara dalam waktu singkat, misalnya akan ada penerbangan dari Papua Nugini ke Bali dan sebaliknya agar mempermudah orang Papua Nugini ke Indonesia.
"Di bidang ESDM, studi eksplorasi di perbatasan, ada CoPi, dan ada lagi baru 2 wilayah kerja yang akan mulai persiapan eksplorasi. Di sebelah timur akan ada eksplorasi, makanya kita kawal bersama," katanya.
Adanya kesepahaman kedua negara sangat penting dalam memanfaatkan sumber daya alam kedua negara di perbatasan. Selama ini kedua negara belum ada kesepahaman.
"Jangan sendiri-sendiri dan saling bermusuhan. Sistem pemboran migas, kalau ditemukan migas di bawah tanah, ada namanya unitisasi, ada rumus dari studi itu. Jadi dibor, tapi ada pembagiannya hasilnya. Jadi, kesejahteraannya kita dapat. Harus ada payung hukumnya dan payung hukumnya kita tandatangani kemarin," katanya.
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, selama ini kedua negara tak berani mengusik atau melakukan eksplorasi di wilayah perbatasan. Diharapkan dengan adanya kerjasama dan saling memahami, ada upaya pemanfaatan sumber daya alam masing-masing negara saling menguntungkan.
"Di perbatasan ini, menurut studi geologi kita banyak sekali sumber energi dan mineral, tapi kita tidak pernah membolehkan ada eksplorasi di situ, sehingga sumber mineral di bawah tanah itu diam, ada migas, emas, nikel, dan lain-lain Di perbatasan itu kalau buka (eksplorasi) sendiri-sendiri juga repot karena kurang aman, kalau kita bertetangga dengan baik kan jadi lebih aman," kata Jero Wacik di Hotel Grand Hyatt, Jakarta usai bilateral meeting dengan Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill, Selasa (18/6/2013)
Jero mengatakan terkait kunjungan PM Peter O'Neill ada 11 MoU yang ditandatangani kedua negara. Ia optimistis kerjasama ini akan mengubah peta hubungan kedua negara dalam waktu singkat, misalnya akan ada penerbangan dari Papua Nugini ke Bali dan sebaliknya agar mempermudah orang Papua Nugini ke Indonesia.
"Di bidang ESDM, studi eksplorasi di perbatasan, ada CoPi, dan ada lagi baru 2 wilayah kerja yang akan mulai persiapan eksplorasi. Di sebelah timur akan ada eksplorasi, makanya kita kawal bersama," katanya.
Adanya kesepahaman kedua negara sangat penting dalam memanfaatkan sumber daya alam kedua negara di perbatasan. Selama ini kedua negara belum ada kesepahaman.
"Jangan sendiri-sendiri dan saling bermusuhan. Sistem pemboran migas, kalau ditemukan migas di bawah tanah, ada namanya unitisasi, ada rumus dari studi itu. Jadi dibor, tapi ada pembagiannya hasilnya. Jadi, kesejahteraannya kita dapat. Harus ada payung hukumnya dan payung hukumnya kita tandatangani kemarin," katanya.
detik

0 komentar:
Post a Comment