Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

14 August 2013

Sudah waktunya TNI AU memiliki pesawat AEW&C

10:28 PM Posted by Unknown No comments

DM:(DM) - Pesawat sistem peringatan dini atau AEW&C (Airborne Early Warning and Control) sejatinya merupakan salah satu alutsista strategis yang wajib dimiliki oleh Angkatan udara negara manapun, termasuk TNI Angkatan Udara. Perkembangan jaman dan teknologi militer dunia, menuntut semua pihak Khususnya TNI perlu menyesuaikan kepemilikan alutsista yang sejaman, upaya ini sudah TNI dan pemerintah RI lakukan dengan memancang projek pengadaan alutsista modern melalui program MEF (Minimum Essential Forces). TNI AU meski sudah memiliki skuadron Sukhoi SU 27/30 sebagai sebuah senjata penyerang terasa belum lengkap apabila belum memiliki alutsista yang berperan sebagai Mata, Hidung dan Telinga. Sukhoi TNI AU yang direncanakan (atau malah sudah ada) menerima rudal AAM berkemampuan BVR (Beyond Visual Range) bakal kurang efektif secara signifikan apabila tidak didukung oleh pesawat AEW&C.


Intro

Peperangan saat ini atau di masa depan akan banyak mengandalkan scenario BVR dimana salah satu peran dari pesawat AEW&C yang sangat penting adalah melakukan surveillance & akuisisi sasaran sehingga pesawat tempur eksekutor tidak perlu menghidupkan radar. Resiko untuk diketahui oleh radar pesawat lawan bisa berkurang sehingga upaya menerapkan First see, first lock on and first firing bisa berhasil. Jangan sampe lah pesawat TNI AU masih clingak clinguk nyari musuh tetapi lawan sudah mengunci target dan siap menembak, so keberadaan unit pelacat dini yang handal dan modern sudah seharusnya di miliki oleh TNI AU, sedangkan pesawat surveillance Boeing 737 200-2×9 yang sudah di operasikan TNI AU dinilai masih kurang mencukupi kebutuhan serta tantangan yang ada. Disisi lain, kepemilkan pesawat AEW&C mampu mendorong efek deterens bagi para tetangga nakal, kemampuan mengcover wilayah udara dan mendeteksi lawan bisa lebih optimal sehingga mengurangi celah adanya Black Flight.

Pilihan Pesawat AEW&C

Adanya cukup banyak pilihan pesawat AEW&C yang berkeliaran di dunia, sebagian besar diproduksi oleh negara seperti Amerika dan Eropa, namun jenis yang cukup populer adalah Boeing E3 sentry Awacs, kepopuleran ikut ditunjang oleh media layar televisi berkat film2 perang buatan Amrik. Beberapa jenis pesawat AEW&C antara lain : Embraer 145 AEW&C dari Brazil, Beriev A-50 dari Rusia, KJ 2000 dari China, Northrop Grumman E2 Hawkeye dari Amerika, Saab S100B Argus/345 AEW&C dari Swedia dan Gulfstream G500 CAEW dari Israel. Dari berbagai jenis pesawat tersebut, belum satupun yang pernah dilirik oleh TNI AU, entah belum daftar belanja atau masih cukup puas dengan performa B 737 Surveiler. Gayung bersambut pada tahun 2012, EADS CASA/Airbus Military Spanyol menawarkan pesawat C-295 varian AEW&C kepada TNI AU.
 
 

Sebelumnya PT DI bersama CASA/Airbus Military spanyol sukses menandatangani kerjasama perakitan C-295, PT DI kebagian jatah sebagai manufaktur beberapa komponen C-295, kerjasama ini lahir dari pemesanan 9 pesawat C-295 oleh TNI AU. Atas sambutan dari spanyol ini, sepertinya pilihan masa depan bagi pesawat AEW&C TNI AU ada di pundak C-295 AEW&C. Pesawat C-295 AEW&C merupakan varian teranyar yang baru saja sukses diujicobakan pada Februari 2012 lalu. Berbeda dengan C-295 standar , bagian ujung sayap utama versi AEW&C berbentuk membengkok keatas seperti sirip ikan hiu atau dikenal sebagai ”winglet”. Pengembangan C-295 AEW&C merupakan hasil kerjasama Airbus Military dengan Israel Aerospace Industries (IAI), hasilnya C-295 AEW&C dilengkapi perangkat buatan IAI/Elta seperti integrated tactical system mission, Active Electronically Scanned Array radar serta modul anti-surface/anti-submarine warfare.

Upaya Pengadaan

Tak semua AU negara di dunia ini memiliki pesawat AEW&C, selain pertimbangan budget, biaya operational dan kebutuhan, adanya faktor “politik” juga turut mempengarungi upaya pembelian pesawat AEW&C. Di Eropa sendiri tak semua negaranya mengeoperasikan pesawat AEW&C, pemakaian pesawat ini di eropa lebih di dominasi oleh Inggris, Perancis dan Rusia. Diwilayah Asia dan Timteng ada Jepang, China, India, Pakistan, Mesir, Taiwan, Singapura dan Thailand, Di Amerika latin ada Meksiko ,Chili dan Brazil. Kembali ke TNI AU, tawaran C-295 AEW&C dari EADS Casa merupakan sebuah keuntungan tersendiri, karena tentu bila jadi dipesan TNI AU, PT DI dapat jatah untuk ikut merakitnya, sebuah langkah transfer teknologi untuk kemandirian alutsista TNI. Akan tetapi C-295 AEW&C yang masih dalam tahap pengembangan tentu belum siap untuk diproduksi masal dan diperjual belikan dalam waktu dekat, sedang sudah saatnya TNI AU segera memiliki pesawat AEW&C maka pesawat Saab S100B bisa jadi pilihan awal bagi TNI AU sampai C295 AEW&C bisa dijual belikan.

Pesawat AEW&C buatan Amerika kemungkinan akan sulit untuk di ijinkan dibeli oleh Indonesia tanpa syarat yang “menguntungkan” amerika, disamping itu kebanyakan yang memilki pesawat buatan Amerika adalah sekutu dekat nya seperti Singapura atau Taiwan, So semua kembali ke kemampuan bargaining Indonesia dihadapan para mereka, mampukah membujuk negara produsen misal swedia dengan Saabnya menjual ke Indonesia dengan syarat yang menguntungkan kedua belah pihak? bola ada ditangan pemerintah.

Conclusion

Tak banyak negara di dunia ini yang menguasai teknologi pesawat AEW&C/AWACS, bila sebuah negara memiliki duit bukan hal mudah untuk dapat membelinya, biasanya beberapa negara tetangganya akan protes kecuali bagi Indonesia, negara tetangga seperti Singapura dan Australia memiliki AEW&C tapi tak pernah protes atau ditanggapi secara serius. Sementara, 2 negara adidaya Rusia dan China sendiri masih beruapaya mengejar ketertinggalan teknologi AEW&C dari Amerika atau Barat.

Selain sebagai pendeteksi dini pesawat AEW&C juga memiliki peran BVR Guidance bagi pesawat tempur yang memiliki AAM BVR, Electronic Warfare (EW) dan Reconnaissance. Memiliki armada AEW&C menjadi prestige tersendiri bagi sebuah negara. Terakhir yang mesti diperhatikan adalah menyiapkan minimal 1 skuadron pesawat tempur khusus untuk melindungi pesawat2 AEW&C. Standarnya paling tidak ada 4 pesawat pengawal per 1 AEW&C yang mengudara. Itu belum termasuk pangkalannya yang wajib dipersiapkan baik, lokasinya relative jauh dari jangkauan ancaman pesawat tempur lawan dan mempunyai system pertahanan yang berlapis dan canggih.

Mampukah TNI AU membangun itu semua? bila iya niscaya Angkatan Udara RI akan kembali mengaum seperti era Trikora silam.
 
kaskus

0 komentar:

Post a Comment