SERBIA:(DM) - Pada 27 Maret 1999, malam keempat pemboman NATO dalam Operasi Allied
Force di Serbia, pesawat pembom siluman AS "F-117 Nighthawk" ditembak
jatuh saat akan bertolak ke pangkalan udara Aviano, di Italia Utara
beberapa saat setelah melakukan pemboman target di dekat ibukota Serbia,
Belgrade (Beograd).
Letnan Kolonel Darrel P. Zelko dari Angkatan Udara AS, yang juga seorang
veteran Perang Teluk 1991, menerbangkan pesawat pembom siluman dari
Fighter Wing 49, dikerahkan ke Italia dari pangkalan angkatan udara
Holloman, New Mexico, AS, dengan kode panggilan radio "Vega 31" ketika
ia ditembak jatuh oleh pertahanan udara Serbia di sekitar Novi Sad (kota
terbesar kedua Serbia setelah Belgrad).
Sebelumnya, Zelko dengan F-117
nya selalu berhasil memasuki daerah sasaran pembomannya di Serbia dan
tidak pernah terkalahkan sampai akhirnya pesawatnya ditembak, yang
memaksa Zelko keluar dengan kursi pelontar di belakang garis pertahanan
musuh pada pukul 20.15 waktu setempat.
AS pun merespon keadaan darurat itu dengan pencarian besar-besaran.
Helikopter MH-53M, MH-53J dan MH-60, Special Tactics Airmen, aset dari
AFSOC (Air Force Special Operations Command), dikoordinasi oleh pesawat
E-3 AWACS dan didukung oleh beberapa flatform khusus seperti pesawat
EC-130E Commando Solo dan A-10, menyelamatkan Zelko sebelum pasukan
musuh menemukan lokasinya setelah lima jam sejak informasi jatuhnya
pesawat F-117 diterima.
Bagaimana pertahanan udara Serbia bisa menembak jatuh pesawat siluman pertama AS tersebut? Bahkan hingga kini pun masih diperdebatkan.
Menurut Serbia sendiri, operator pertahanan udara Belgrade berhasil
mendeteksi pesawat siluman tersebut dengan menggunakan beberapa radar
Soviet yang sudah (sedikit) dimodifikasi. Secara khusus, modifikasi
dilakukan untuk penggunaan gelombang panjang yang memungkinkan sistem radar Soviet tersebut mendeteksi pesawat siluman dari jarak yang relatif dekat ketika low radar cross section F-117 terganggu pada saat pintu teluk bomnya terbuka untuk menjatuhkan bom berbobot 907 kg.
Selain modifikasi radar, Serbia juga terus memantau komunikasi radio AS
dan sekutunya di frekuensi UHF dan VHF (umumnya tidak
terenskripsi-seperti yang terjadi 12 tahun kemudian saat tahap awal dari
Operasi Odyssey Dawn di Libya) dan juga mampu mengintersep pesawat NATO
ATO (Air Tasking Orders) yang memungkinkan bagi Serbia untuk
menempatkan baterai anti pesawat pada posisi dekat dengan target yang
diincar NATO.
Dengan kata lain, pertahanan udara Serbia sudah tahu dimana dan kapan
saatnya untuk mendeteksi pesawat pembom siluman yang masuk.
F-117 nomor seri 82-0806 (hingga kini masih dipamerkan di Museum Dirgantara Belgrade) ditembak jatuh oleh Batalyon 3 dari Brigade Rudal Pertahanan Udara 250 Angkatan Darat Serbia, salah satu rudal yang ditembakkan adalah sistem rudal S-125 Neva/Pechora (kode NATO: SA-3 Goa) pada jarak sekitar 8 km.
Menurut Sersan Dragan Matic, tentara Serbia yang kemudian diketahui
dialah operator yang menembakkan rudal, pesawat siluman terdeteksi pada
jarak sekitar 50-60 km dan radar rudal permukaan ke udara langsung
diaktifkan dalam waktu tidak lebih dari 17 detik untuk mengantisipasi
serangan pada lokasi yang terdeteksi oleh pesawat NATO SEAD (Suppression of Enemy Air Defense).
Kanopi (kiri) dan kursi pelontar, helm dan survival gear pilot (kanan) dari F-117 yang ditembak jatuh ditampilkan di Museum Dirgantara Belgrad. |
Beberapa potongan 'tubuh' dari F-117 82-0806 yang ditembak jatuh di
dekat Novi Sad dilaporkan telah dikirim ke Rusia, untuk diteliti dalam
pengembangan teknologi anti siluman.
Pada tanggal 2 Mei 1999, F-16C dari Fighter Wing 31 AS kembali ditembak
jatuh oleh Brigade Rudal Pertahanan Udara 250 Serbia, menjadi pesawat AS
kedua dan terakhir yang ditembak jatuh oleh pertahanan udara Serbia
selama Operasi Allied Force.
0 komentar:
Post a Comment