JAKARTA:(DM) - Siapa yang tidak kenal dengan Rafale?
Pemerhati dunia militer, khususnya dunia aviasi militer pastilah
mengenal sosok pesawat tempur andalan Armee de l’Air atau AU negeri
Pakdhe Sarkozy ini.
Sosok pesawat tempur, yang dijuluki Bill
Gunston “the most beautiful fighter aircraft ever” , kini sedang
menjadi buah bibir di bebagai media publikasi militer, bukan karena
segudang prestasi tempur, tapi karena kegagalannya memenangkan kontrak
pesanan dari bebeberapa negara sepanjang 3 tahun terakhir. Sebegitu
burukkah nasib si Badai ini? Tak adakah keberuntungan yang menaungi si
Badai yang baru diproduksi 160 unit ini?.
Ternyata dewi fortuna berpihak pada Rafale, durian runtuh buat Dassault, Thales, dan SNECMA sebagai system
vendor utama Rafale. Siapakah yang jadi dewa penolong Rafale?
Sebelum mengungkap tabir misteri pemberi napas baru program Rafale, kita bedah dulu si Badai ini.
Jin Rafa a.k.a Rafale, selayang pandang.
Rafale, adalah pesawat tempur generasi 4+ yang menjadi andalan Armee de l’Air (AU Prancis) yang digadang-gadang sebagai ujung tombak armada untuk menggantikan Mirage 2000 dan Mirage F1 sebagai frontline fighter. Uniknya, desain pertama Rafale adalah mengacu pada “carrier based fighter” atau pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk yang kemudian konsep desain berkembang dan diaplikasikan untuk versi AL dan AU. Peran utama yang diemban Rafale adalah superioritas udara, interdiksi, pengintaian, dan platform strategis peluncur rudal nuklir.
Rafale, adalah pesawat tempur generasi 4+ yang menjadi andalan Armee de l’Air (AU Prancis) yang digadang-gadang sebagai ujung tombak armada untuk menggantikan Mirage 2000 dan Mirage F1 sebagai frontline fighter. Uniknya, desain pertama Rafale adalah mengacu pada “carrier based fighter” atau pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk yang kemudian konsep desain berkembang dan diaplikasikan untuk versi AL dan AU. Peran utama yang diemban Rafale adalah superioritas udara, interdiksi, pengintaian, dan platform strategis peluncur rudal nuklir.
Meskipun memiliki dimensi fisik relatif
kecil, Rafale mampu bawa persenjataan dalam volume yang sanggup membuat
mata terbelalak. 9,5 ton persenjataan pada 14 cantelan di bawah perut,
pastilah suatu angka yang impresif, bukan? 14 cantelan itu bisa diisi
berbagai “aksesoris” mulai dari rudal AAM MICA dan Meteor. Khusus untuk
baseline F3 dan F3R, berbagai macam senjata anti permukaan baik itu itu
rudal macam Exocet AM39, Hammer AASM, atau rudal jelajah gress SCALP EG,
serta berbagai jenis bom pintar dapat dibawa oleh Rafale.
Itu soal tentengan, bagaimana dengan
jeroan? Bicara jeroan, Rafale memiliki sederet sensor yang menjadi mata
dan telinga yang diakui oleh industri adalah salah satu yang terbaik di
dunia. “Mata” sang Badai, bertumpu pada radar Thales RBE2 PESA
(passive electronically scanned array)/AESA pada varian F3R. Selain
radar, sistem pengindera pasif dengan sensor optik/infra merah OSF
racikan Thales, yang merupakan sistem penjejak optik/infra merah pertama
yang muncul di pespur Barat (sebelumnya hanya dimiliki oleh Flanker
family dan MiG-29M milik Rusia).
Selain kedua sensor tersebut, Rafale
memiliki suatu piranti yang tak kalah eksotis dan sudah teruji dalam
medan tempur, dan berbagai ajang latihan taktis bersama negara NATO.
Piranti tersebut adalah SPECTRA, bikinan Thales dan MBDA, yang berfungsi
sebagai perangkat perang elektronika (pernika)/electronic warfare.
Perangkat ini yang membuat Rafale satu-satunya pesawat tempur NATO yang mampu lolos dari sergapan S-300V dalam suatu simulasi latihan.
Rafale sebagai pendamping Su-35 first line fighter TNI AU
Saat TNI AU mulai mempublikasikan wacana pengadaan pespur sebagai pengganti F-5, sederet nama kandidat mulai bermunculan. Dan Rafale, muncul sebagai salah satu kandidat utama. Apa alasan akhirnya Rafale jadi kandidat kuat. Simak saja fakta dibawah ini:
Saat TNI AU mulai mempublikasikan wacana pengadaan pespur sebagai pengganti F-5, sederet nama kandidat mulai bermunculan. Dan Rafale, muncul sebagai salah satu kandidat utama. Apa alasan akhirnya Rafale jadi kandidat kuat. Simak saja fakta dibawah ini:
-Red Flag exercises:
Rafale C sukses membukukan skor kill total 26-3 dalam skenario CAP-WVR
dan kill 20-2 dalam CAP-BVR. Rafale menjadi bagian dari blue force,
melawan red force yang terdiri dari F-15, F-16, dan EF Typhoon.
-Red Flag exercises:
Rafale C sukses menghindari lock on dari sistem SAM yang disimulasikan
S-300V. Menjadi satu-satunya pemegang rekor “no kills by SAM” dalam
sejarah Red Flag!
Dassault sudah mengendus peluang ini dan
pernah mengirimkan proposal acquisition offering. Sayang, proposal
pertama ini gagal, meskipun dari sisi user sendiri sudah menunjukkan
minat tinggi. Kegagalan ini disebabkan karena dassault tidak bersedia
memenuhi permintaan ToT kita untuk program IFX dengan skema harga dan
volume pembelian yang kita mau. Bayangkan saja mereka menuntut kita
untuk beli 64 Rafale B/C baseline F3 dan F3R dengan harga fantastis yang
tidak mungkin kita jangkau. Sebagai informasi, item ToT mencakup engine
Snecma M88, radar Thales RBE2, dan avionics system integration.
Namun, ternyata kebutuhan financing
mereka untuk program baseline F3R memaksa Dassault cs kembali datang
dengan menawarkan skema baru yang lebih atraktif. Selain ada price per
unit yang 22% lebih rendah dari initial offering, juga ada ToT penuh
untuk spare parts, dan teknologi sensitif yang melekat pada Rafale.
Mereka juga setuju untuk memberikan teknologi mesin SNECMA M-88B-4, radar RBE2 AESA, dan……seluruh perangkat perang elektronika SPECTRA,
serta source code data link yang memungkinkan Rafale bisa “ngobrol”
dengan armada Sukhoi kita! Selain itu mereka juga siap mendukung program
pengembangan “network centric battle management system” yang sedang
dirintis oleh Dephan.
Gayung bersambut, proposal terbaru
tersebut sudah mendapat clearance berlapis, hingga ke tingkat decision
maker tertinggi. Skema yang disetujui adalah sebagai berikut:
- Initial acquisition programme (delivery Q4 2014 – Q2 2015)
- 16 units of Rafale C singe seater F3 variant
- 8 units of Rafale B twin seater F3 variant
- Provision of latest upgrade of Damocles IRST (baseband 3.00A2)
- Provision of SPECTRA jamming pod (undisclosed quantity)
- Provision of MICA AAM (IR/active radar homing) undisclosed quantity
- Provision of complete package of spare parts, logistic and technical support, and operational management support.
- Provision of comprehensive air and ground crew training program (both on Dassault and local sites)
- Phase 2 acquisition programme (delivery Q3 2015 – Q4 2016)
- 24 units of Rafale C single seater F3 variant
- 6 units of Rafale B single seater F3 variant
- Provision of SPECTRA jamming pod (batch 2)
- Provision of MICA AAM.
- Provision of MBDA Meteor (undisclosed quantity).
- Initial transfer of technology programme
- Phase 3 acquisition programme (delivery Q1 2017-Q4 2017)
- 18 units of Rafale C single seater F3R variant.
- Upgrade 24 units of batch 1 into F3R variant
- Full scheme ToT execution
- Provision of MBDA Meteor AAM
- Provision of Hammer AASM, SCALP air to ground missile (undisclosed quantity).
- Phase 4/Final acquisition programme (2018)
- Upgrade 30 units of batch 2 into F3R variant.
- Final programme delivery to user.
Selamat datang…Rafale, kami rakyat
Indonesia menyambut hangat kedatanganmu. Semoga angkasa nusantara akan
semakin aman dengan kehadiranmu. (by Narayana) jkgr
0 komentar:
Post a Comment