AFGANISTAN:(DM) - Sejak tahun 2007 hingga sekarang, Pentagon telah membeli 25.000 unit Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP) senilai lebih dari $50 milyar USD.
MRAP yang mempunyai 25 varian ini
merupakan kendaraan andalan US dan sekutu pada perang Afghanistan untuk
melindungi para tentara terutama dari bahaya serangan ranjau. Namun
seiring dengan rencana penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan maka
kendaraan ini dianggap tidak lagi mempunyai nilai strategis.
Harga baru berbagai varian MRAP US Army
ini sekitar $1 juta USD per unit. Namun kini setelah selesai kampanye
perang di Afganistan biaya untuk me-reset kendaraan tersebut juga tidak
murah. Perkiraan akan menghabiskan sekitar $150.000 untuk me-reset tiap
unitnya di Depot Red River Army di Texas, dan sekitar $ 87.000 per unit
jika perbaikan dilakukan di Livorno, Italia. Perbaikannya sendiri
diperkirakan akan memakan waktu selama tiga..
Perkiraan lainnya biaya untuk membawa
MRAP pulang dari Afghanistan dan memperbaikinya akan membutuhkan biaya
sekitar $170.000 hingga $ 220.000 USD per unit
Pakistan yang letaknya berdekatan dengan
Afghanistan tengah berusaha mendapatkan MRAP tersebut untuk keperluan
militer mereka. Hanya saja situasi hubungan US-Pakistan yang agak
renggang pasca penyerbuan militer dalam operasi pemburuan Osama Bin
Laden menyebabkan belum ada kepastian mengenai kepastian nasib ribuan
unit MRAP yang masih tersimpan di Afghanistan. Filipina juga sedang
berusaha mendapat kendaran lapis baja eks US, tapi menghadapi kendala
logistik yang mahal untuk mengeluarkan MRAP tersebut dari land locked
country seperti Afghanistan, belum lagi jika mengingat resiko keamanan
untuk memgangkutnya ke pelabuhan terdekat. Dari kondisi geografis dan
potensi kebutuhan militer sepertinya memang Pakistan adalah satu-satunya
kandidat pembeli potensial.
Para pengambil keputusan di militer
Angkatan Darat AS sebelumnya telah memutuskan untuk tidak membawa pulang
peralatan senilai lebih dari $7 miliar tersebut (sekitar 20 persen dari
apa yang dibawa Angkatan Darat AS ke Afghanistan) karena biaya
pengiriman terlalu tinggi dan kebutuhan rendah terhadap peralatan
tersebut di US. Rencananya, jika tidak ada peminat pembeli luar negeri
maka Angkatan Darat AS akan menghancurkan peralatan tersebut dan
menjualnya sebagai scrap di pasar loak besi tua di wilayah Afghanistan. (NYD) jkgr
0 komentar:
Post a Comment