Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

15 February 2015

MENJAGA TERAS NKRI – GARUDA ASIA II

10:27 PM Posted by Unknown No comments
Fighter KFX/IFX
KOREA:(DM) - Kemandirian dan kemampuan Bangsa Indonesia untuk menjadi produsen pesawat semakin diperhitungkan bangsa lain karena sekarang sudah mencoba untuk menjadi produsen pesawat tempur. Namun kita semua harus sadar diri bahwa kemampuan membuat pesawat terbang tidak 100% made in Indonesia. Kemampuan PT. Dirgantara Indonesia yang dulu bernama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dengan BJ Habibie selaku Presiden Direktur pertama membuat pesawat N250 menggunakan mesin mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Kemampuan Industri pesawat dalam negeri juga terbilang terbatas karena lebih banyak mengandalkan pesanan pemerintah dan anggaran APBN, hal ini berbeda dengan produsen pesawat luar negeri seperti Lockheed Martin dan Airbus Military.


Eurofighter Typhoon

Geopolitik dunia saat ini sudah berubah, pembuatan pesawat tempur saat ini lebih cenderung dikerjakan rame-rame secara kolektif gabungan dari berbagai perusahaan dunia. Eurofighter Typhoon dikembangkan dan diproduksi oleh konsorsium perusahaan eropa dengan bagian pendanaan terdiri dari Deutsche Aerospace (Jerman) 33%, Bae (Inggris) 33%, CASA (Spanyol) 13% dan Alenia (Italia) 21%. Demikian juga dengan pengembangan dan pembuatan Joint Strike Fighter (JSF) F35 merupakan gabungan dari perusahaan dan negara dari Primary Customer: Amerika, Level 1 partner: United Kingdom,  Level 2 partners: Italy dan Belanda, Level 3 partners: Australia, Canada, Denmark, Norwegia, dan Turki, Security Cooperative Participants: Israel dan Singapura.

Konsorsium Perusahaan pembuat JSF F35

Perkembangan program KFX/IFX dengan pendanaan Indonesia 20% dan Korea 80% hingga saat ini masih terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan penundaan. Kasus yang ada kaitannya dengan KFX/IFX bermula saat 50 delegasi utusan Presiden SBY yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa tiba di Seoul untuk kunjungan 3 hari. Mereka juga melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak dan berdiskusi tentang perluasan kerjasama ekonomi dan militer bilateral, termasuk rencana Korea Selatan untuk menjual pesawat latih tempur T-50 Golden Eagle. Pencurian terjadi disela-sela acara. Pencurian Laptop Staf Menperin ini ada yang mengkaitkan dengan penjualan T-50 Golden Eagle, namun ada pula yang mengkaitkannya dengan rencana bilateral kerjasama KFX/IFX. Pelaku pencurianpun ada yang menyangka dilakukan intelijen Korea Utara namun Jakarta telah mengetahui adanya keterlibatan NIS (Badan Intelijen Korsel).

image007


Salah satu faktor penghambat kelanjutan proyek KFX/IFX berikutnya adalah adanya alasan pergantian pemerintahan di Korsel. Saat ini seharusnya sudah memasuki Fase EMD (Enginering Manufacturing Design) Project KFX/IFX, namun tertunda sejak awal tahun 2013, hal ini dikarenakan pergantian pemerintah baru di Korea Selatan dan adanya pemotongan anggaran proyek yang masih menunggu persetujuan parlemen Korea Selatan. Sementara Fase Technical Development (TD Fase) telah diselesaikan tim gabungan Indonesia dan Korea Selatan pada akhir tahun 2012. Tantangan kendala berikutnya adalah anggaran untuk Full Scale Development Project jet tempur KFX/IFX sebenarnya sudah disetujui oleh Departemen Keuangan Korea Selatan senilai 8.6991 trillion won ($7.9171 billion).

Meski sudah mendapatkan persetujuan dari departemen Keuangan Korea Selatan, anggaran tersebut baru bisa digunakan setelah mendapat persetujuan dari parlemen Korea Selatan. Sayangnya rumor yang beredar parlement Korea Selatan belum memberikan persetujuan dan baru bisa memberikan persetujuan pada bulan Desember 2015 nanti, artinya harus menunggu sekitar 12 bulan lagi.

Saab Gripen

Belum juga selesai masalah terkait pencairan anggaran dimaksud baru-baru ini muncul lagi permasalahan peserta tender yang menurut Peraturan UU di KORSEL dalam satu tender pengadaan wajib diikuti minimal 2 peserta. Penentuan pemenang Tender ini diharapkan dapat selesai pada akhir bulan Juni 2015. Pemenang tender ini akan menjadi kontraktor utama pengembangan project KFX/IFX dan akan menanggung 20% biaya pengembangan dimana sisanya akan ditanggung 60% oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah Indonesia. Pada akhirnya peserta tender diharapkan berasal dari Airbus Military dan Korean Airlines bersatu untuk bersaing dengan Lockheed Martin yang menggandeng Korea Airspace Industries (KAI) sebagai partner lokalnya.

Airbus Military dan Korean Airlines dikabarkan sempat akan menggandeng Boeing dan mengajukan Advanced Super Hornet sebagai basis project jet tempur KFX/IFX, sementara Lockheed Martin – KAI yang mengusung design KFX model C-103. Pesawat ini direncanakan akan menggunakan mesin ganda dimana kandidatnya adalah mesin General Electric F-414 yang dipakai Super Hornet dan Eurojet EJ-200 yang dipakai Eurofighter Typhoon. Sesuai kesepakatan Project KFX/IFX ini sendiri akan dikembangkan dalam 3 block. Indonesia dan Korea Selatan akan bekerjasama untuk memproduksi KFX/IFX Block 1, dan untuk selanjutnya pengembangan KFX/IFX Block 2 dan 3 direncanakan akan dikembangkan oleh masing-masing negara.

Mesin EJ200 Eurofighter Typhoon Fighter Jet

Informasi terakhir bahwa kandidat pengganti pesawat tempur F5 hanya tersisa Sukhoi 35 karena faktor deterrence, dan Gripen atau Eurofighter Typhoon karena dengan pembelian minim bersedia berbagi ToT sesuai kemampuan Industri pesawat terbang di negara pembeli dan terkait kelanjutan Proyek IFX block 2 dan 3 sementara Rafale tidak masuk karena faktor pemberian ToT. Pesawat Jet Tempur Turki (TFX) juga direncanakan menggunakan mesin EJ200. Kemandirian Bangsa Indonesia dalam bidang kedirgantaraan pernah mati suri bahkan hampir dimusnahkan.

Di tahun 1992 IMF menginstruksikan kepada Presiden Soeharto agar menghentikan pemberian dana operasional kepada IPTN, sehingga pada saat itu IPTN mulai memasuki kondisi kritis. Langkah IMF ini sebenarnya terkait rencana BJ Habibie yang akan membuat satelit sendiri, pesawat sendiri, serta peralatan militer sendiri. Rencana ini didukung dengan 40 orang tenaga ahli Indonesia yang memiliki pengalaman kerja di perusahaan pembuat satelit Hughes Amerika akan ditarik pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri teknologi tinggi di Indonesia.

Jika hal ini terwujud, maka akan mengancam industri teknologi Amerika dan Eropa, mengurangi pangsa pasar, sekaligus kekhawatiran kemampuan teknologi tinggi dan militer Indonesia. Maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air adalah diantara pelanggan Airbus dan Boeing, Negara kepulauan Indonesia dengan jumlah + 17.508 pulau membutuhkan pengawal angkasa yang mumpuni. Akhir kata jargon “Zero Enemy Thousand Friends” boleh saja dipakai namun masalah Kedaulatan dan Kesetaraan lebih utama.
Diposkan : Ayoeng -JKGR Biro Jambi jkgr

0 komentar:

Post a Comment