Korea Utara pamer kekuatan militer. ©AFP PHOTO/Ed Jones
PHYONGYANG:(DM) - Pemerintah Korea Utara memberi ultimatum kepada Korea Selatan agar menghentikan provokasi di kawasan perbatasan. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, maka militer negara sosialis paling tertutup sedunia itu segera menggelar serangan lebih serius ke wilayah Negeri Ginseng.
Ancaman ini dikeluarkan Pyongyang setelah beberapa jam usai tentara kedua negara terlibat tembak menembak di kawasan zona demiliterisasi (DMZ) di Gyeonggi, Kamis (20/8) siang waktu setempat. Warga sipil langsung diperintahkan menutup toko atau meninggalkan rumah, menuju bunker. Korut menembakkan beberapa rudal kecil berukuran 155 mm.
Surat tuntutan dari Korut sudah diterima Kementerian Pertahanan Korsel. Provokasi yang dimaksud adalah siaran propaganda bernada menghina Korut yang diputar pengeras suara di area tentara Korsel yang sedang menjaga perbatasan.
"Rekaman yang diputar itu jelas wujud tantangan pada kedaulatan Korea Utara. Bila siaran ini tidak dihentikan dalam jangka 48 jam, maka militer kami akan mengambil tindakan serius," tulis pernyataan Korut seperti dilansir the Washington Post, Jumat (21/8).
Tembak menembak kemarin merupakan insiden pertama kalinya setelah lima tahun yang relatif damai. Rekaman dan speaker yang jadi biang kerok itu diputar pada pukul 07.00 waktu setempat.
Merasa terhina dengan siaran propaganda Korsel, beberapa tentara Korut melancarkan tembakan ke arah negara tetangganya. Sebagian laporan menyatakan rudal kecil, sekelas bazoka, ikut ditembakkan ke wilayah Korsel.
Terpancing, tentara Korea Selatan balas menembak ke wilayah utara beberapa kali dengan senapan mesin. Belum ada laporan jatuhnya korban maupun kerusakan berarti di antara kedua kubu. Panasnya Semenanjung Korea mengkhawatirkan negara lain di Asia Timur. Apalagi Korut yang miskin bisa bertindak nekat dengan rudal berhulu ledak nuklir yang mereka miliki.
Kemarin sore, Presiden Korsel Park Geun-hye menyatakan akan menindak tegas Korut jika ada manuver militer yang membahayakan warga Korea Selatan.
Konflik kali ini sudah terpicu sejak pekan lalu, Korsel mengumumkan akan menggelar latihan perang bersama Amerika Serikat pada 28 Agustus mendatang. Latihan diberi sandi 'Ulchi Freedom' itu, menurut media Korut, sebagai provokasi serius terhadap stabilitas semenanjung Korea. Ada 50 ribu tentara Korsel terlibat di dalamnya, bersama 30 ribu pasukan AS.
Korut dan Korsel, walaupun sebagian warganya saling bersaudara dan berasal dari etnis yang sama, terpisah akibat Perang Korea pada 1950-1953. Selepas agresor Jepang angkat kaki dari Semenanjung Korea usai Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet berebut pengaruh.
Hasilnya, warga sisi utara membentuk negara sosialis di bawah komando Kim Il-sung, kakek dari Kim Jong-un yang kini berkuasa sebagai pemimpin absolut Korut. Sedangkan warga belahan selatan membentuk republik demokratis, dipimpin I Seungman.
Kedua negara secara de facto masih dalam situasi perang. Itu sebabnya seluruh warga laki-laki Korsel yang beranjak dewasa mengikuti wajib militer, demikian pula sebaliknya di Korut.
[ard] Merdeka
0 komentar:
Post a Comment