Keberadaan pasukan elit atau khusus yang dimiliki
Tentara Nasional Indonesia (TNI) diantaranya Kopassus (AD), Denjaka (AL)
dan Kopaskhas (AU), tidak diragukan lagi eksistensinya. Bahkan dunia
internasional pun sudah mengakui kemampuan pasukan Garuda kala mengemban
tugas negara, baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) – istilah di militer.
Namun seiring dinamika era, pertempuran tidak lagi
mululu secara fisik, tetapi berkembang menjadi peperangan yang
memanfaatkan jaringan komputer dan internet. Karenanya, orientasi
pengembangan kekuatan pertahanan (TNI) dalam menjaga kedaulatan negara,
perlu juga mengarah pada pembentukan pasukan khusus “tentara dunia maya”
atau “cyber army”.
Dasar pemikirannya sederhana saja. Sudah banyak
peristiwa melalui jaringan komputer dan internet yang terjadi, sebut
saja diantaranya ketika mencuatnya masalah Timor Timur sedang hangat
dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik Pemerintah
RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999).
Kemudian Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini beberapa waktu lamanya dan berikutnya, seorang Cracker
di Rusia dapat masuk ke sebuah server di Pentagon tanpa ijin. Bahkan
Australia, pemerintahnya menyatakan perang terhadap aksi serangan
kejahatan dunia maya yang dilakukan oleh intelijen asing di Internet,
karena mengidentifikasi 700 aksi ancaman pada instansi militer
Australia.
Belajar dari negara-negara yang sudah lebih dulu memiliki tentara dunia maya atau cyber army, seperti Australia dengan Cyber Security Operations Centre
nya yang bertugas memantau setiap lalu lintas data mencurigakan selama
24 sehari, dimana badan ini juga terhubung dengan data center di semua
badan pemerintahan, kemudian Cina dengan Blue Army, US Cyber Command Amerika Serikat, Cyber Security Operations Center Inggris, Korea dengan Korea Information Security Agency serta Unit 8200
Israel, yang konon pernah melumpuhkan radar Suriah sebelum melancarkan
serangan udaranya, menjadi bukti betapa keberadaan tentara dunia maya
menjadi bagian penting dan vital dalam satu operasi militer, sekaligus
tameng bagi sistem informasi maupun persenjataan yang berbasis
komputerisasi.
Patut disyukuri, Indonesia pun mulai mengarahkan
corong meriamnya ke arah pertempuran dunia maya. Terungkap beberapa
waktu lalu, Kementerian Pertahanan dan TNI dengan menggandeng sejumlah
institusi terkait, menggelar Sarasehan National Cyber Defense, di Jakarta, yang merumuskan konsep dan pembangunan awal atau Back Bound Cyber Defense yang komprehensif, karena sejauh ini pembangunan konsep Cyber Defense masih bersifat sektoral atau belum menyeluruh sebagai satu kesatuan National Cyber Defense. (http://www.dmc.kemhan.go.id/index.php?limitstart=10)
Muaranya, tentu saja diharapkan konsep National Cyber Defense
sebagai pencetus terbentuknya kekuatan pengganda dari kekuatan yang
sudah ada, dapat segera terealisasi. Karena sudah waktunya TNI memIliki
“tentara dunia maya” atau cyber army yang terampil dalam operasi militer cyber warfare.
0 komentar:
Post a Comment