Foto : Militer Korsel di perbatasan (AP)
TOKYO:(DM) - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) meminta Rusia dan China untuk membantu mengendalikan Korea Utara (Korut) yang terlihat aktif melontarkan ancaman serangan ke Korsel. Korsel kembali menyinggung pengerahan misil balistik Korut ke pantai timur.
"Lewat koordinasi yang erat dengan China dan Rusia, Pemerintah Korsel melanjutkan tindakan untuk membujuk Korut mengubah sikapnya," ujar Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-se, di depan parlemen, seperti dikutip Reuters, Rabu (10/4/2013).
"Menurut informasi intelijen yang kami dapatkan, kemungkinan mengenai peluncuran misil yang dilakukan Korut sangat tinggi," imbuhnya, sambil membahas eksistensi misil Musudan di pantai Timur yang bisa menghantam Korsel.
Yun mengingatkan kembali, misil Musudan yang bisa menghantam target sejauh 3.500 kilometer jelas bisa menjangkau basis militer Amerika Serikat (AS) di Guam. Oleh karena itulah Korsel meminta koordinasi antar pejabat tinggi di Rusia dan China.
Sementara itu di Washington, AS juga mengutarakan hal yang sama seperti yang dinyatakan Yun. AS meminta China dan Rusia menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan langkah Korut yang provokatif.
"Kami mendesak China dan Rusia menggunakan pengaruhnya terhadap Korut agar mereka menghentikan sikapnya yang provokatif," ujar juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Sejauh ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berpendapat bahwa bila perang antara Korsel dan Korut terjadi, perang itu akan menjadi peristiwa yang jauh lebih buruk ketimbang tragedi bencana nuklir Chernobyl 1986. Sementara itu, Presiden China Xi Jinping menegaskan, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang diizinkan mengacaukan negara-negara di kawasannya.
Xi memang tidak menyebut nama Korut secara langsung dalam pidatonya. Namun pernyataan itu memang sengaja ditujukan ke Korut karena China mulai kecewa dengan mitranya di Asia itu.
okezone
TOKYO:(DM) - Pemerintah Korea Selatan (Korsel) meminta Rusia dan China untuk membantu mengendalikan Korea Utara (Korut) yang terlihat aktif melontarkan ancaman serangan ke Korsel. Korsel kembali menyinggung pengerahan misil balistik Korut ke pantai timur.
"Lewat koordinasi yang erat dengan China dan Rusia, Pemerintah Korsel melanjutkan tindakan untuk membujuk Korut mengubah sikapnya," ujar Menteri Luar Negeri Korsel Yun Byung-se, di depan parlemen, seperti dikutip Reuters, Rabu (10/4/2013).
"Menurut informasi intelijen yang kami dapatkan, kemungkinan mengenai peluncuran misil yang dilakukan Korut sangat tinggi," imbuhnya, sambil membahas eksistensi misil Musudan di pantai Timur yang bisa menghantam Korsel.
Yun mengingatkan kembali, misil Musudan yang bisa menghantam target sejauh 3.500 kilometer jelas bisa menjangkau basis militer Amerika Serikat (AS) di Guam. Oleh karena itulah Korsel meminta koordinasi antar pejabat tinggi di Rusia dan China.
Sementara itu di Washington, AS juga mengutarakan hal yang sama seperti yang dinyatakan Yun. AS meminta China dan Rusia menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan langkah Korut yang provokatif.
"Kami mendesak China dan Rusia menggunakan pengaruhnya terhadap Korut agar mereka menghentikan sikapnya yang provokatif," ujar juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Sejauh ini, Presiden Rusia Vladimir Putin berpendapat bahwa bila perang antara Korsel dan Korut terjadi, perang itu akan menjadi peristiwa yang jauh lebih buruk ketimbang tragedi bencana nuklir Chernobyl 1986. Sementara itu, Presiden China Xi Jinping menegaskan, tidak ada satu negara pun di dunia ini yang diizinkan mengacaukan negara-negara di kawasannya.
Xi memang tidak menyebut nama Korut secara langsung dalam pidatonya. Namun pernyataan itu memang sengaja ditujukan ke Korut karena China mulai kecewa dengan mitranya di Asia itu.
okezone
0 komentar:
Post a Comment