Warga Tokyo di Jepang, melihat rudal Patriot dipasang di halaman.
JAPAN:(DM) - Warga
Tokyo di Jepang, terutama yang tinggal di sekitar Kementerian
Pertahanan, kembali melihat pemandangan yang baru disaksikan tiga kali
sejak 2009.
Peluncur rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3) ditempatkan di halaman, dipasang untuk menangkis serangan rudal Korea Utara.
Sejak Kim Jong-un melancarkan ancaman-ancamannya beberapa minggu terakhir, memang Jepang adalah salah satu negara yang ikutan gerah. Betapa tidak, negara mereka tepat berseberangan dengan kedua Korea. Salah koordinat sedikit saja, atau ada kesalahan teknis, rudal Korut yang seyogyanya mengincar Korsel bisa nyasar ke Jepang.
Sudah tiga kali Jepang menggelar kewaspadaan macam ini. Dua kali sebelumnya juga dilakukan lantaran Korut menggelar uji rudal. Kali ini, Jepang melakukannya untuk hal yang sama. Korea Selatan dan Amerika Serikat mensinyalir, Korut akan melakukan lagi uji rudal ketiga.
Sejak Kim Jong-un melancarkan ancaman-ancamannya beberapa minggu terakhir, memang Jepang adalah salah satu negara yang ikutan gerah. Betapa tidak, negara mereka tepat berseberangan dengan kedua Korea. Salah koordinat sedikit saja, atau ada kesalahan teknis, rudal Korut yang seyogyanya mengincar Korsel bisa nyasar ke Jepang.
Sudah tiga kali Jepang menggelar kewaspadaan macam ini. Dua kali sebelumnya juga dilakukan lantaran Korut menggelar uji rudal. Kali ini, Jepang melakukannya untuk hal yang sama. Korea Selatan dan Amerika Serikat mensinyalir, Korut akan melakukan lagi uji rudal ketiga.
Dua PAC 3 ditempatkan di pusat kota Tokyo, dua lagi di pangkalan militer pinggiran ibukota. Selain itu, Kementerian Pertahanan Jepang juga telah menurunkan kapal perang yang dilengkapi radar Aegis dan interseptor anti rudal. Kapal perang ini akan jadi tameng Jepang di lautan.
Pangkalan Amerika Serikat di Okinawa juga telah menyiagakan anti rudal Patriot mereka. Pangkalan ini dihuni 50.000 pasukan militer AS yang bertugas di kawasan.
Langkah cepat Jepang dilakukan setelah laporan intelijen Korsel dan AS menangkap adanya pergerakan di wilayah Korut. Ada dugaan kuat, Korut akan menggelar lagi uji rudal balistik, waktu dan tempat belum diketahui.
Berdasarkan hasil pantauan satelit Pentagon selama satu minggu, diduga rudal itu masih ditempatkan setengah jalan dari Pantai Timur Korut, sekitar 16 kilometer dari pesisir. Namun AS mewanti-wanti, uji rudal Korut bisa dilakukan kapan saja.
Situasi semakin berbahaya karena tidak ada yang tahu isi kepala pemimpin Korut Kim Jong-un. Jenderal karbitan ini boleh saja dianggap banyak membual dan hanya menggertak. Namun, bagaimana jika ancamannya ternyata terjadi? Inilah yang berusaha diantisipasi oleh negara-negara tetangga.
Korsel telah lebih dulu memasang tameng anti rudalnya. AS turut membantu, dengan menurunkan perangkat perang tercanggihnya ke Semenanjung Korea. Di antaranya adalah kapal perang USS John S McCain, kapal radar air SBX-1, pesawat siluman B-2 dan jet tempur F-22.
Selain itu, AS dan Korsel juga telah menurunkan lebih banyak lagi agen intelijen dan pengawasan citra satelit mereka terhadap Korut. Amerika Serikat juga telah mengoperasikan sistem intersepsi serangan di pulau terluarnya, yaitu Guam. Konon, rudal jarak jauh Korut mampu mencapai jarak hingga lebih dari 6.000 kilometer.
Tidak hanya Jepang, AS dan Korsel, negara-negara sekutu Korut seperti China dan Rusia juga mulai risih dengan ancaman-ancaman Kim Jong-un. China telah dua kali memperingatkan Korut untuk menghentikan rencana uji rudal mereka, hal serupa disampaikan Rusia, namun belum ditanggapi.
Saking seriusnya, masalah ini akan turut menjadi pembahasan utama dalam pertemuan delapan negara-negara maju dunia atau G8 hari ini di London, Inggris. Isu ancaman Korut disandingkan dengan bencana kemanusiaan pada perang saudara di Suriah pada pertemuan nanti.
Jangkauan Rudal Korut
Walaupun dikenal sebagai negara pariah yang terbelakang, namun militer Korut patut diperhitungkan. Dengan tentara aktif berjumlah 1,2 juta orang, militer Korut adalah yang terbesar keempat di dunia.
Ini semua berkat doktrin yang Stalinisme yang diterapkan oleh pendiri Korut Kim Il-sung. Lelaki yang didewakan oleh rakyat Korut ini menerapkan kebijakan military-first alias militer di atas segalanya.
Kemajuan Korut di bidang teknologi rudal juga sangat pesat. Data CNN yang diambil dari penelitian Federation of American Scientists, Council on Foreign Relations dan IHS Jane's Defense & Security Intelligence and Analysis, mencatat ada enam rudal yang menjadi ancaman bagi negara tetangga.
Rudal-rudal ini memiliki jarak jangkauan bervariasi, mulai dari 700 km hingga 10.000 km.
Rudal dengan jarak terdekat adalah rudal Scud tipe D. Rudal warisan Soviet yang dimodifikasi ini mencakup jarak 700 km, mencapai Korea Selatan dan bagian baratdaya Jepang.
Rudal berikutnya adalah
Nodong yang dapat mencapai jarak hingga 1.000 kilometer, mencakup
seluruh Korsel, wilayah tenggara China, dan Jepang bagian tengah,
termasuk beberapa pangkalan AS di Pasifik. Jika diluncurkan, bisa sampai
ke wilayah Tokyo dalam waktu antara 5-10 menit.
Rudal Taepodong 1 milik Korut mampu melesat hingga jarak 2.200 km, mencakup sebagian Jepang, Rusia, Asia Tengah dan pangkalan AS di Pasifik. Namun, rudal ini belum pernah terlihat diterbangkan atau didemonstrasikan.
Rudal berikutnya adalah Taepodong X atau yang juga disebut Musudan, yang mampu mencapai jarak hingga 4.000 km. Rudal ini juga belum diujikan, namun jika diluncurkan bisa mencapai India, Asia Tengah, Filipina dan pangkalan AS di Pasifik.
Rudal andalan Korut lainnya adalah Taepodong 2 yang bisa mencapai jarak 6.700 km. Lagi-lagi rudal ini belum pernah didemonstrasikan peluncurannya. Taepodong 2 mampu melesat hingga ke Australia, Guam, Alaska atau Hawaii.
Rudal terakhir adalah UNHA-3 yang mampu mencapai jarak 10.000 kilometer. Rudal ini yang diluncurkan Korut pada uji coba April tahun lalu. Korut berdalih UNHA-3 adalah roket yang membawa satelit cuaca ke orbit. Namun Barat menduganya adalah rudal yang tengah diujicobakan.
Jika diluncurkan, UNHA-3 mampu mencapai daratan Amerika Serikat dan sebagian besar wilayah Kanada.
Para ahli menduga, rudal yang akan diujicoba dalam waktu dekat ini adalah Musudan atau Taepodong X. Kantor berita Yonhap menuliskan, dua rudal jenis ini telah ditempatkan di mobil peluncur dan disembunyikan di suatu tempat di pesisir timur, dekat Jepang dan perairan barat Samudera Pasifik.
Musudan diyakini dibuat berdasarkan teknologi rudal balistik kapal selam (SLBM) milik Uni Soviet. Diperkirakan, Pyongyang memiliki sekitar 50 buah rudal seperti ini. Musudan pertama kali dipamerkan pada parade militer tahun 2010.
Profesor Narushige Michishita dari National Graduate Institute of Policy Studies di Tokyo mengatakan rudal sebesar 1-1,25 ton ini bisa mencapai Guam, tapi tidak sampai ke Hawaii. Konsultan pertahanan IHS Jane's Defense & Security Intelligence and Analysis mengatakan Musudan mampu ditembakkan dalam 15 menit setelah peluncurnya diposisikan.
Panglima Militer AS untuk Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel Locklear, kepada Reuters, mengatakan bahwa Amerika bisa saja melumpuhkan rudal Korut, bahkan sebelum diluncurkan. Namun, hal ini tidak akan dilakukan jika dianggap bukan ancaman.
Atsushi Miyata, mantan anggota Pasukan Pertahanan Jepang yang kini menjadi ahli soal Korut, meragukan Korut akan menembakkan rudal tersebut. Menurutnya, Korut memberikan bocoran uji coba rudal hanya untuk menambah ketegangan dan menaikkan daya tawar mereka di mata internasional.
"Ini hanya bagian dari langkah-langkah yang Korut untuk memprovokasi AS. Jelas Korut tidak akan diuntungkan dengan menyerang langsung Amerika," kata Atsushi, kepada Wall Street Journal. (eh)
Rudal Taepodong 1 milik Korut mampu melesat hingga jarak 2.200 km, mencakup sebagian Jepang, Rusia, Asia Tengah dan pangkalan AS di Pasifik. Namun, rudal ini belum pernah terlihat diterbangkan atau didemonstrasikan.
Rudal berikutnya adalah Taepodong X atau yang juga disebut Musudan, yang mampu mencapai jarak hingga 4.000 km. Rudal ini juga belum diujikan, namun jika diluncurkan bisa mencapai India, Asia Tengah, Filipina dan pangkalan AS di Pasifik.
Rudal andalan Korut lainnya adalah Taepodong 2 yang bisa mencapai jarak 6.700 km. Lagi-lagi rudal ini belum pernah didemonstrasikan peluncurannya. Taepodong 2 mampu melesat hingga ke Australia, Guam, Alaska atau Hawaii.
Rudal terakhir adalah UNHA-3 yang mampu mencapai jarak 10.000 kilometer. Rudal ini yang diluncurkan Korut pada uji coba April tahun lalu. Korut berdalih UNHA-3 adalah roket yang membawa satelit cuaca ke orbit. Namun Barat menduganya adalah rudal yang tengah diujicobakan.
Jika diluncurkan, UNHA-3 mampu mencapai daratan Amerika Serikat dan sebagian besar wilayah Kanada.
Para ahli menduga, rudal yang akan diujicoba dalam waktu dekat ini adalah Musudan atau Taepodong X. Kantor berita Yonhap menuliskan, dua rudal jenis ini telah ditempatkan di mobil peluncur dan disembunyikan di suatu tempat di pesisir timur, dekat Jepang dan perairan barat Samudera Pasifik.
Musudan diyakini dibuat berdasarkan teknologi rudal balistik kapal selam (SLBM) milik Uni Soviet. Diperkirakan, Pyongyang memiliki sekitar 50 buah rudal seperti ini. Musudan pertama kali dipamerkan pada parade militer tahun 2010.
Profesor Narushige Michishita dari National Graduate Institute of Policy Studies di Tokyo mengatakan rudal sebesar 1-1,25 ton ini bisa mencapai Guam, tapi tidak sampai ke Hawaii. Konsultan pertahanan IHS Jane's Defense & Security Intelligence and Analysis mengatakan Musudan mampu ditembakkan dalam 15 menit setelah peluncurnya diposisikan.
Panglima Militer AS untuk Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel Locklear, kepada Reuters, mengatakan bahwa Amerika bisa saja melumpuhkan rudal Korut, bahkan sebelum diluncurkan. Namun, hal ini tidak akan dilakukan jika dianggap bukan ancaman.
Atsushi Miyata, mantan anggota Pasukan Pertahanan Jepang yang kini menjadi ahli soal Korut, meragukan Korut akan menembakkan rudal tersebut. Menurutnya, Korut memberikan bocoran uji coba rudal hanya untuk menambah ketegangan dan menaikkan daya tawar mereka di mata internasional.
"Ini hanya bagian dari langkah-langkah yang Korut untuk memprovokasi AS. Jelas Korut tidak akan diuntungkan dengan menyerang langsung Amerika," kata Atsushi, kepada Wall Street Journal. (eh)
VIVAnews
0 komentar:
Post a Comment