Ilustrasi fly pass pesawat tempur TNI AU (foto : tempo.co)
JAKARTA:(DM) - Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu
Dunia usai upacara Peringatan ke-67 Hari Bhakti TNI Angkatan Udara di
Kesatrian AAU Yogjakarta, Kamis (7/8/2014) menyatakan bahwa pada
peringatan HUT RI ke-69 tanggal 17 Agustus 2014, TNI AU akan melakukan fly pass (terbang lintas) diatas panggung kehormatan.
Fly Pass akan dilakukan oleh 32 pesawat
TNI AU dalam dua formasi besar. Flight kesatu terdiri dari formasi 10
pesawat tempur latih T-50 Golden Eagle asal Korea dan 6 pesawat tempur
ringan Hawk 100/200. Sementara flight kedua terdiri dari 8 pesawat
F-16 versi lama dan termasuk 3 pesawat yang baru tiba, hibah dari
pemerintah AS, F16 blok C/D 52ID, juga gabungan dari 8 pesawat
Sukhoi-27/30. Dengan demikian maka masing-masing flight akan terdiri
terdiri dari 16 pesawat, dimana jumlah masing-masing formasi merupakan
kekuatan satu skadron udara.
Terbang lintas tersebut merupakan sebuah
pertanggung jawaban TNI AU sebagai abdi negara dalam mempertahankan
kedaulatan di udara. Dimana pemerintahan Presiden SBY telah menambah
kekuatan pesawat latih dan tempur udara. Dalam fly pass akan ditampilkan
berbagai pesawat produk dari empat negara. Pesawat T-50 tempur taktis
adalah pesawat terbaru buatan Korea Selatan, pesawat Hawk 100/200
buatan Inggris, pesawat F-16 buatan Amerika Serikat dan pesawat Sukhoi
27/30 buatan Rusia. Dengan demikian maka dari pengalaman
pahit di masa lalu soal embargo, kini TNI AU menjadi lebih fleksibel dan
akan selalu mampu melaksanakan pertahanan udara apabila terulang
kembali kasus embargo.
Terkait dengan datangnya alutsista TNI
AU yang baru dan kesiapan penerbangnya, Kasau mengatakan, paralel dengan
penambahan pesawat sudah disiapkan dan di programkan jumlah pesawat
serta penerbang dan pelatihnya sehingga pesawat yang ada akan siap
operasional, paling tidak 75 persen harus siap operasi dan 25 persen
untuk perawatan.
Kasau mengharapkan, paling tidak 40 penerbang dapat
dihasilkan dari setiap angkatan sekolah penerbang dengan masukan dari
sekolah penerbang PSDP dan AAU serta lulusan sekolah penerbang dari
negara sahabat di luar negeri seperti Amerika Serikat.
Menyiapkan seorang penerbang tempur
bukanlah pekerjaan mudah, jenjang pendidikannya bertingkat dan selalu
seorang penerbang harus siap baik dalam masalah kesehatan, skill maupun
sikap mentalnya. Semakin canggih sebuah pesawat tempur, maka dibutuhkan
skill penerbang yang semakin tinggi. Oleh karena itu dengan penambahan 102 pesawat bermacam jenis dalam dua renstra, maka kebutuhan penerbang sekaligus para ground crew menjadi tugas berat dan mutlak yang sukses disiapkan oleh para pimpinan TNI AU.
Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II
dibawah Presiden SBY yang memutuskan meningkatkan kemampuan militer
(TNI) dalam konsep MEF yang akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5
tahunan. Kementerian Pertahanan optimis pencapaian kekuatan pokok
minimal (MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan.
Jika awalnya pencapaian MEF akan tercapai pada 2024, Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro yakin MEF bisa tercapai pada 2019. “Awalnya
pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024).
Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019),” kata
Menhan.
Walaupun jumlah skadron
masih dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan pertahanan secara penuh
dibandingkan dengan luas wilayah, tetapi dengan penambahan kekuatan
pesawat tempur unggulan, TNI AU sudah mampu melindungi wilayah
kedaulatan dari penerbangan gelap serta ancaman udara. Penggelaran kekuatan dapat dilakukan merata baik di wilayah Indonesia Barat, Tengah maupun Timur.
Kini Indonesia sudah dalam taraf
selangkah lebih maju, bangkit berdiri tegak sejajar dengan negara
tetangga. TNI AU sudah memiliki Flanker Family, SU-27SKM dan SU-30MK2
disamping Fighting Falcon F-16. Untuk Su-27 dirancang sebagai pesawat
interceptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, masuk
generasi ke-4, menjadi saingan utama pesawat tempur buatan Amerika
Serikat (F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18
Hornet). Sementara Sukhoi-30 (Flanker C) adalah pesawat tempur
multifungsi generasi ke-4+, yang efektif dipakai sebagai pesawat serang
darat.
Dari pengalaman perbandingan kekuatan,
kini TNI AU bisa berbangga diri, dimana alutsista tempur yang dimiliki
telah mampu mengimbangi negara-negara tetangga, dan bahkan dalam kondisi
terkini Sukhoi TNI AU sempat membuat kejutan di Australia.
Saat TNI AU mengikuti latihan bersama Pitch Black 2012, pemerintah
Australia, khususnya RAAF merasakan kegundahan dan keterkejutan, dimana Su-30 TNI AU ternyata lebih unggul dibandingkan F-18F Super Hornet hampir disemua lini. Dari hasil latihan tersebut, Australia kini telah memutuskan akan membeli 58 buah pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter.
Dari keputusan tersebut, ternyata The
Business Spectator, media di Australia masih tetap juga meragukannya.
Dikatakan, bahwa Indonesia bisa sewaktu waktu membeli Su-35 atau juga
nanti pesawat tempur generasi kelima PAK-FA T-50. Apabila tidak membeli
F-35, maka Australia akan menjumpai masalah besar. Para pengamat militer
di Australia menyatakan bahwa dalam memegang slogan RAAF (first look, first shoot, first kill), para pejabat Australia harus berjuang keras.
Lebih jauh analis Bisnis Spectator menyatakan, “Sebagai
contoh, F-35 JSF (Joint Srike Fighter) dapat beroperasi secara efektif
hanya untuk ketinggian maksimal sekitar 40.000 feet (walau masih bisa
beroperasi lebih tinggi tetapi kalah di tingkat yang lebih tinggi).
Sebaliknya, Sukhoi dapat beroperasi pada kapasitas penuh di tingkat yang
jauh lebih tinggi dan dengan kelebihan dan keuntungan, mereka memiliki
sistem dan senjata yang bisa meruntuhkan sebuah JSF Australia sebelum
mereka memiliki kesempatan menerapkan slogannya.”
Ditegaskan oleh BS bahwa tidak ada pertempuran udara yang diperlukan.
Pesawat Australia sudah runtuh sebelum bertempur, karena disergap jauh
sebelum dia menyadarinya.
Jalan keluar terbaik yang disarankan
adalah apabila Australia (RAAF) memiliki F-22 Raptor atau teknologi
Raptor yang diterapkan pada pesawat tempur pilihan yang dipilih. Yang
menjadi masalah, Amerika tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara
lain selain untuk kepentingan pertahanan dalam negerinya. Dengan
demikian walau kini Australia akan membeli 58 buah F-35 yang akan
diterima pertama tahun 2018, BS masih meragukan, karena tinggal
selangkah lagi Indonesia bisa memiliki Sukhoi-35.
Karena belum adanya pilihan lain, mengingat Indonesia kini sudah memiliki Sukhoi yang mampu mendikte Super Hornet mereka,
pemerintah Australia meyakinkan masyarakatnya. PM Abbott saat
mengumumkan keputusan pembelian F-35 menurut SMHU (23/4/2014)
menyatakan, “The fifth-generation F-35 is the most advanced fighter
in production anywhere in the world and will make a vital contribution
to our national security.” Diberitakan juga keyakinan pemerintah Australia, bahwa pesawat
F-35 yang akan beroperasi bersama-sama dengan pesawat tempur Super
Hornet serta pesawat electronic warfare Growler akan memastikan
Australia mampu mempertahankan keunggulan udara di kawasan regional.
Selain itu Australia juga memutuskan
akan membeli tujuh pesawat tanpa awak (drones/UAV) Triton MQ-4C buatan
pabrik Northrop Grumman, seperti yang kini dipergunakan oleh US Navy.
Menteri Pertahanan Australia David Johnston kini sedang berjuang keras
untuk mendapat persetujuan kabinet agar kebutuhan pengadaan tujuh Triton
sebesar US$2,5 milyar dapat terpenuhi. Triton adalah satu-satunya UAV
yang bisa terbang di 20.000 meter (60.000 feet) selama 30 jam dan dapat
memantau hingga seluas 40.000 kilometer persegi lautan dalam misi
tunggalnya .
Triton memiliki lebar sayap 40 meter dan
sensor suite akan mencakup radar 360 derajat yang kuat , seluruh
elektro optik dan kamera infra merah , pelacakan sasaran dan auto motion
video penuh . Versi Global Hawk juga telah digunakan sebagai simpul
komunikasi untuk suara dan data untuk pasukan AS atas Afghanistan dan
menurut Northrop Grumman, sebuah Triton tunggal bisa menutupi area yang
sama dengan 14 sampai 21 UAV lain .
Mengapa pemikiran balance of power dengan Australia? Karena dari beberapa negara tetangga, Australia salah satu negara yang sangat paranoid
apabila Indonesia meningkatkan kemampuan alutsistanya, dengan pemahaman
balance of power. Australia yang menurut pengamat militer, selalu
merasa sebagai Deputy Sherif AS di kawasan Asia Tenggara, selalu
menaruh curiga kepada Indonesia. Dalam buku putih pertahanannya, sebagai
dasar pijakan pertahanan, disebutkan bahwa musuhnya akan datang dari Utara, berarti jelas dari wilayah Indonesia.
Australia beberapa waktu lalu terbukti
bersama-sama Amerika telah melakukan operasi penyadapan kepada pejabat
Indonesia (termasuk Presiden SBY dan Ibu negara). Berarti memang
apabila militer strategis dan pertahanan udara kita lemah seperti saat
Operasi Seroja, maka Australia kembali akan mengacak-acak wilayah
Indonesia. Mereka saat itu bebas merdeka membantu Fretilin dengan
melalui unsur udara tanpa terlacak. Tetapi kini TNI AU telah dilengkapi
dengan Radar di wilayah Timur, yang berarti dari Barat ke Timur sudah di
cover radar Kohanudnas. Australia sudah tidak bisa bebas bermain-main
seperti dahulu lagi.
Dari sejarah konflik militer, Australia
pernah sangat gundah saat Indonesia mempunyai TU-16 pada tahun 1961
(Operasi Trikora). Kemampuan udara strategis TNI AU mampu melintasi
wilayah udaranya dan juga wilayah udara Singapura dan Malaysia. Kekuatan
pembom strategis TNI AU membuat Belanda tanpa banyak ribut melepaskan
Irian Barat (kini Papua). Semua adalah atas saran AS sebagai sekutunya,
yang melakukan pengintaian dengan pesawat mata-mata U-2, membenarkan
bahwa di Lanud Iswahyudi, Madiun terparkir pembom berat itu. Jadi
kekuatan udara yang canggih bisa dipergunakan untuk kepentingan
diplomasi, lebih efektif karena adanya unsur “pressure” disitu.
Dari pembahasan singkat diatas, penulis
menyarankan, dalam waktu beberapa bulan lagi akan terjadi pergantian
pemerintahan. Pemikiran akan pentingnya kepemilikan alutsista yang agak
mengimbangi negara tetangga sangatlah diperlukan. Upaya untuk mencapai
kekuatan pokok minimum, MEF (Minimum Essential Force)
pertahanan yang kini baru tercapai sekitar 40 persen penulis harapkan
masih menjadi fokus kebijakan pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI ke
depan. Kita membutuhkan kekuatan tempur handal, tanpa itu
maka negara ini tidak mempunyai bargaining power, lebih khusus lagi kita
tidak punya bargaining position. Kira-kira kesimpulannya, dibutuhkan
kesinambungan kebijakan.
Inilah Pesawat-pesawat yang akan melakukan Fly passs Pada 17 Agustus 2014 :
Pesawat tempur F-16
merupakan salah satu tulang punggung Pertahanan Udara Indonesia,
tergabung di Skadron 3 (Lanud Iswahyudi, Madiun) dan Skadron-16 Lanud
Rusmin Nuryadin, Pekanbaru. Kedua Skadron akan diperkuat F-16 A/B-15OCU
(versi terdahulu TNI AU) dan F-16 C/D-52ID (versi upgrade) yang baru
tiba dari AS.
F-16 ID yang baru di upgrade mampu
menggotong persenjataan kanon 20mm, bomb standar MK 81/82/83/84, Laser
Guided Bomb Paveway, JDAM (GPS Bomb), rudal AGM-65 Maverick, AGM-84
Harpoon antikapal, AGM-88 HARM antiradar, AIM-9 Sidewinder
L/M/X, AIM-120 AMRAAM-C untuk penembakan “Beyond Visual Range”.
ACMI Pod serta mampu menggunakan
navigation dan targeting pod untuk operasi malam hari serta misi
Suppression Of Enemy Air Defence (SEAD), yaitu menghancurkan pertahanan
udara musuh.
Sukhoi Su-27 (kode
NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni
Soviet, dan dirancang oleh Biro Desain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan
untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat
(yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18
Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang
berat, dan kelincahan yang tinggi. Sukhoi TNI AU adalah Su-27 MKM
sebanyak 10 buah di Skadron-11, dengan dislokasi di Lanud Hasanudin,
Makassar. Bentuk Su-27 dan Su-30 hampir mirip karena itu hanya satu yang
ditayangkan (perbedaan utama pada warna lorengnya, Su-27 Abu-abu, Su-30
Biru).
Sukhoi Su-30 (kode
NATO: Flanker-C) adalah pesawat tempur yang dikembangkan oleh Sukhoi
Rusia pada tahun 1996. Pesawat ini adalah pesawat tempur multi-peran,
yang efektif dipakai sebagai pesawat serang darat. Pesawat ini bisa
dibandingan dengan F/A-18E/F Super Hornet and F-15E Strike Eagle Amerika
Serikat, (unggul dari Super Hornet saat latihan Pitch Black 2012).
Pesawat ini adalah pengembangan dari Su-27UB, dan memiliki beberapa
varian. Seri Su-30K dan Su-30MK telah sukses secara komersial.
Varian-varian ini diproduksi oleh KNAAPO dan Irkut, yang merupakan anak
perusahaan dari grup Sukhoi. KNAAPO memproduksi Su-30MKK dan Su-30MK2.
Enam buah Su-30 MK2 kini memperkuat Skadron 11, Wing-5 Koopsau-II.
Persenjataan Sukhoi TNI AU adalah peluru kendali (rudal) Zvezda Kh-31P atau sandi NATO, AS-17 Krypton dikenal sebagai mediun range air to surface missile.
Rudal Krypton buatan Rusia ini dilengkapi sensor hybrid active-pasive
guidance untuk menyergap sasaran darat maupun udara, misalnya sistem
pertahanan musuh atau pesawat mata-mata seperti AWACS. Rudal anti-radar
ini bisa mematikan penjejaknya saat diserang.
Komponen tercanggih rudal Kh-31P adalah
kombinasi 5 roket, booster dan ramjet, yang dipadukan pada sistem
roket pendorongnya (propulsi ganda). Pada tahap awal rudal ini
berakselerasi menggunakan solid-fuel rocket engine, untuk mendapatkan
kecepatan 1,8 mach. Setelah itu mesin pendorong pertama dilepas,
digantikan 4 mesin jet pendorong, hingga mencapai kecepatan 3,5 mach.
Kecepatan tinggi ini berguna untuk mengurangi resiko rudal disergap oleh
anti rudal, termasuk apabila harus menerobos sistem pertahanan musuh
untuk menghancurkan radar penjejak (air search radars) dan (fire control radar).
Krypton memiliki kecepatan
hingga Mach 3,5, mampu terbang sejauh 110 Km. Memiliki kemampuan sea
skimming, dan bisa mematikan penjejaknya. Krypton yang termasuk ke dalam
keluarga ARM (Anti Radiation Missile), dapat diluncurkan dari
pesawat Sukhoi-27, dan Sukhoi-30 TNI AU. Pada tahun 1988 Krypton
dikembangkan sebagai jawaban terhadap pengembangan sistem pertahanan
udara Patriot dan Aegis dari AS.
Krypton memiliki panjang 5, 2 meter
dengan berat 600 Kg, tidak dibebani hulu ledak besar hanya 90 Kg
(Blast Frag). Karena rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan kapal
perang, fasilitas radar, drone , ataupun pesawat mata-mata. Karena itu
maka Krypton mendapat julukan “ The AWACS killer”.
Untuk varian Kh-31P yang dimiliki TNI AU
menggunakan pemandu radar pasif untuk sistem rudal anti radiasi. Bila
pada versi Kh-31A jarak tembak hanya 50 km, maka pada versi Kh-31P jarak
tembak ditingkatkan hingga 110 km, type Kh-31PKM jarak tembaknya 200km.
Hingga kini KH-31P masih diandalkan oleh AU Rusia, Cina, India,
Venezuela, Kuba, Suriah, Vietnam dan kini Indonesia. Ini hanyalah adalah
salah satu senjata Sukhoi yang diketahui, masih ada beberapa lagi yang
tidak dipublikasikan.
Pesawat T-50i Golden
Eagle memberikan total sistem pelatihan lanjutan yang akan menjembatani
kesenjangan antara pelatihan terbang dasar kepada pesawat tempur dengan
kinerja tinggi. Ini adalah pesawat latih yang akan memperkenalkan kepada
para penerbang generasi baru pesawat tempur yang modern dan canggih.
T-50 adalah pesawat
produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) yang dalam proses
pembuatannya pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh Lockheed Martin (AS)
, 17 persen oleh KAI dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh
pemerintah Korea Selatan. T-50 telah dikembangkan lebih lanjut menjadi
pesawat aerobatic (T-50B, digunakan tim aerobatik AU Korea Selatan/
ROKAF).
Varian T-50A untuk latih lanjut, T-50B
untuk LIFT (lead-in fighter trainer) yang disebut juga FA-50 oleh
Republic of Korea Air Force (RoKAF), yaitu multirole fighter mirip
dengan multirole KF-16 (F-16 versi Korsel). Negara lain yang memesan
T-50A adalah Irak, Polandia, Spanyol dan Philipina.
Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal
dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan
diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (ROKAF). Pesawat latih
supersonik seharga US $21 juta dolar (tahun 2008) ini menjanjikan banyak
fitur canggih didalamnya. Pesawat ini juga sebagian akan dipergunakan
sebagai pesawat aerobatic, (Jupiter Aerobatic Team). Dalam kondisi
khusus, Golden Eagle juga akan dipergunakan sebagai pesawat serang
ringan.
Pesawat ini dilengkapi dengan sistem avionik canggih seperti Active Electronically Scanned Array (AESA)
radar, dilengkapi dengan engine General Electric F404-102 tunggal
mesin turbofan lisensi diproduksi oleh Samsung Techwin, di upgrade
dengan Full Authority Digital Engine Control (FADEC) sistem
yang dikembangkan bersama oleh General Electric dan Korea Aerospace
Industries. T-50 juga dilengkapi dengan Honeywell H-764G embedded
global positioning/ inertial navigation system dan HG9550 radar
altimeter. Ini adalah pesawat latih pertama yang memiliki fitur digital
triple kontrol fly-by-wire yang maju.
T-50 juga dilengkapi dengan
persenjataan General Dynamics A-50, 20 mm meriam internal. Meriam
versi tiga laras dari Vulcan M61 dengan 205 butir amunisi linkless.
Misil AIM-9 Sidewinders dapat dipasang pada wing tip (ujung sayap), dan
senjata tambahan lainnya dapat dipasang pada underwing. Kompatibel
peluru kendali air to ground, RUPS-65 Maverick, Hydra 70 dan peluncur
roket LOGIR, CBU-58 dan MK-20 kluster bom , Mk-82, -83, dan -84 general
purpose bombs.
Pesawat
Tempur Hawk 100/200, yang dioperasikan TNI AU, oleh pabrik pembuatnya
British Aerospace (BAe) diberi kode tambahan angka 9 hingga dikenal
dengan seri Hawk 109/209. Hawk 109 adalah jet tempur latih advance
trainer / LIFT (Lead In Fighter Trainer). Dengan pesawat ini, pendidikan
bagi pilot tempur akan lebih singkat, karena teknologi dan kemampuannya
mendekati kemampuan jet tempur sejati.
Hawk 209 TNI AU yang berkursi tunggal
telah dilengkapi dengan avionic yang lebih canggih ini adalah pesawat
tempur ringan yang berkemampuan multirole. Karena sudah sangat mendekati
fungsi tempur sesungguhnya, pihak pabrik menambah radar APG 66H
adalah buatan Northrop Grumman, yang juga digunakan pada pesawat
F-16A/B, serta dilengkapi dengan air refuelling probe. Selain itu
pesawat latih ini dilengkapi dengan sistem navigasi LINS 300 Ring Laser
Gyroscope, Air Data Sensor dan Display Processor and Mission Computer.
Sebagai jet tempur, Hawk 209 dilengkapi
berbagai persenjataan. Kombinasi senjata untuk misi combat air patrol
adalah gabungan dari kanon ADEN 30mm dan dua rudal AIM-9 P4 Sidewinder yang dipasang
pada wingtip. Pesawat ini juga dapat membawa peluru kendali (rudal)
udara ke darat AGM-65 Maverick, udal anti kapal Sea Eagle, Torpedo,
serta berbagai macam jenis bom. Khusus untuk kanon ADEN dipasang diluar
tubuh pada cantelan bagian tengah. Selain itu, karena fisiknya yang
kecil, radius tempur jet ini juga terbatas. Kelemahan ini bisa diatasi
dengan dukungan pesawat tanker KC-130B
Pada awal kedatangannya, Hawk 109/209
berjumlah 40 pesawat yang terdiri dari 8 pesawat Hawk 109, 32 pesawat
Hawk 209 dan ditempatkan di Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa Lanud
Supadio, Pontianak dan Skadron Udara 12 Black Panthers, Lanud Roesmin
Nuryadin, Pekanbaru, Riau.
Demikian gambaran singkat serta beberapa
informasi dengan data dari beberapa jenis pesawat tempur kebanggaan TNI
AU yang akan melakukan terbang lintas pada saat peringatan detik-detik
proklamasi Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-69, tanggal 17
Agustus 2014. Fly Pass semacam ini juga pernah dilakukan pada peringatan
HUT RI tahun lalu dan mendapat sambutan meriah, karena para putera
terbaik insan dirgantara yang terpilih menerbangkan pesawat tempur ini
juga merasa bangga memberikan bukti kepada bangsa, negara dan rakyat
Indonesia.
Inilah kami, bagian dari abdi negara
yang akan berjuang mempertahankan negara ini melalui wahana udara.
Selamat Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke-69, semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi Indonesia menuju cita-cita
mulianya, adil, makmur, sejahtera. Indonesia I Love You, sampai
kapanpun. (www.ramalanintelijen.net)
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net
0 komentar:
Post a Comment