SEOUL:(DM) - Lembaga Program Akusisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan mengumumkan hari Kamis, 21/1/2016, bahwa Korea resmi memulai proyek ambisius KF-X untuk mengembangkan jet tempur buatan dalam negeri, untuk pertahanan wilayah udara Korea Selatan, dalam dekade berikutnya.
Meskipun terjadi kemunduran tahun lalu, karena persoalan akusisi beberapa teknologi kunci dari Amerika Serikat, DAPA meluncurkan timeline rinci untuk proyek pesawat kerjasama Korea Aerospace Industries (KAI) / Korea Fighter Experimental, ini.
“Proyek KF-X akan mengambil peran utama dalam pengembangan industri penerbangan kita,” ujar kepala DAPA, Chang Myoung-jin, Kamis. “Seperti yang diminta oleh Angkatan Udara kami, kami akan membuat semua jaminan bahwa jet tempur dengan kemampuan luar biasa ini , dapat digunakan pada waktu yang tepat danpengembangan jet tempur buatan lokal ini, akan membuat semua warga Korea bisa membanggakannya.”
DAPA dan KAI mengadakan pertemuan di kantor pusat kedirgantaraan di Sacheon, Gyeongsang Selatan, yang dihadiri oleh sekitar 200 pejabat pemerintah dan pakar industri. Ini termasuk pejabat militer dan anggota parlemen dari komite manajemen risiko proyek KF-X, serta mitra asing seperti perwakilan produsen pesawat AS Lockheed Martin dan pemerintah Indonesia.
Pada bulan November, pemerintah Indonesia yang menandatangani proyek, setuju untuk membayar 20 persen dari total biaya pembangunan. Mereka akan berpartisipasi dalam merancang dan menerima akses ke beberapa teknologi dan prototipe.
Pemerintah Korea mengalokasikan 8,5 triliun Won (6,67 juta USD) untuk pengembangan jet tempur tingkat menengah buatan dalam negeri, untuk menggantikan pesawat Angkatan Udara F-4 dan F-5 yang sudah kuno.
Dana lain sebesar 9,6 Triliun Won diperuntukkan untuk produksi fighter generasi 4.5 ini, yang diharapkan mengungguli pesawat KF-16 class. Total anggaran untuk proyek ini menjadi 18,1 triliun won.
KAI diharapkan mulai memproduksi KF-X pada tahun 2018, selesai merancang September 2019 dan datang dengan enam pesawat prototype pada tahun 2021, menurut anggota, DAPA. Ini akan menghabiskan empat tahun ke depan melakukan tes penerbangan untuk menyelesaikan pembangunan pada tahun 2026.
Setelah pembangunan selesai, 120 jet tempur diharapkan akan dibangun pada 2032.
“Kami akan memusatkan semua upaya kami untuk keberhasilan pengembangan KF-X,” kata CEO KAI, Ha Sung-Yong. “Dalam semangat menghadapi tantangan, kami akan bekerja menuju pengembangan industri kedirgantaraan dan memperluas ekspor dalam rangka memajukan perekonomian nasional.”
Pada bulan Maret 2015, KAI terpilih sebagai pemenang lelang untuk kesepakatan bernilai miliaran dolar bagi mengembangkan jet tempur buatan dalam negeri Korea Selatan.
Namun, proyek tersebut tertatih-tatih selama 10 tahun, oleh berbagai kemunduran. Kini, DAPA berjanji bahwa proyek ini akan dapat dapat diselesaikan tepat waktu.
“Kami bertujuan agar 65 persen dari komponen KF-X merupakan buatan lokal,” kata juru bicara KAI Lee Myung-hwan, “sekitar 90 item termasuk teknologi kunci.”
Pada bulan September 2014, pemerintah Korea menandatangani kesepakatan kontrak 7,34 triliun WON dengan Lockheed Martin untuk membeli 40 pesawat F-35A dan menerima dukungan teknis untuk proyek pembangunan jet tempur Korea Selatan, buatan negeri sendiri.
Korea awalnya meminta 25 teknologi dari kontraktor pertahanan AS. Washington telah menolak izin ekspor untuk empat teknologi inti yang berkaitan dengan jet tempur siluman F-35 mereka. Masih ada kekhawatiran mengenai apakah AS akan mentransfer sisa 21 teknologi secara tepat waktu dan beberapa keraguan apakah pengembangan dan pembangunan jet tempur akan layak dalam jangka waktu yang ketat, tidak lebih dari 10 tahun.
Oleh : SARAH KIM, Jeong YONG-SOO
koreajoongangdaily.joins.com/jkgr
koreajoongangdaily.joins.com/jkgr
0 komentar:
Post a Comment