Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

01 June 2012

R-Han 122

11:40 AM Posted by Unknown No comments


SEBANYAK 50 buah Roket Pertahanan (R-Han) 122 mm produksi Indonesia, berhasil diujicobakan dengan ditembakkan ke sasaran di udara di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, (28/3/2012). Peluncuran sendiri dimulai pukul 09.30 WIB. Selain Wamenhan Sjafrie Samsoeddin turut pula beberapa pejabat ikut menyaksikan uji coba roket R-Han 122 mm.

Sebanyak 50 buah Roket R-Han 122 mm diujicobakan sebagai hasil pengembangan konsorsium dari Kementerian Riset dan Teknologi dan komunitas iptek serta industri strategis, guna mendukung kemandirian roket 2014 bagi Kementerian Pertahanan. Roket R-Han 122 mm memiliki kecepatan maksimum 1,8 mach dan jarak tembak hingga 15 km.



Pantauan Sumatera Ekspres, peluncuran roket menggunakan dua kendaraan peluncur. Pertama, roket yang dilepas Wamenhan Sjafrie Samsoeddin meluncur, namun terlihat bergoyang. Penyebabnya, kendaraan peluncur ringan, punya bobot 2,5 ton. Namun, pada peluncuran roket berikut oleh Dankodiklat Letjen TNI Gatot Nurmantyo, roket meluncur dengan sangat mantap. Itu karena kendaraan peluncur memiliki berat 5 ton sehingga roket yang memiliki kecepatan 1,8 mach lebih stabil.

Roket R-Han 122 mm, punya spesifikasi teknis pada motor roket dengan tipe balistik tanpa kendali. Lalu, sirip melipat ke samping, propellan komposit bintang 8, dan memiliki kaliber 22 mm dengan panjang propellan 1.000 mm.


Lalu, panjang tabung 1.290, panjang roket 1.762, berat propellan 10,33 kg, dan berat roket total 38 kg. Percepatan maksimum 60 g, jarak jangkau 15 km dengan waktu terbang 63 detik.

Kemudian, pada hulu ledaknya memiliki tipe tajam, asap, dan inert. Panjang 475 mm, berat 15 Kg, tipe fuse impact, life setting on 16 g, dan pengamanan bertingkat dengan radius efektif 25 m. R-Han 122 mm berfungsi sebagai senjata dengan daya ledak optimal dengan sasaran darat ke darat. Jarak tembakan sendiri antara 11-15 meter.
Memiliki wilayah luas dengan belasan ribu pulau yang terpencar, Indonesia mengembangkan sistem pertahanan yang strategis untuk mengamankannya. Salah satu sarananya adalah roket. Kemandirian di bidang peroketan mulai dibangun dengan merintis pembuatan roket pertahanan R-Han 122.

Rancang bangun dan rekayasa roket pertahanan merupakan upaya Indonesia membangun kemandirian dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan. Rintisan dimulai lewat prototipe roket pertahanan sistem balistik berdiameter 122 milimeter disebut R-Han 122.


Roket pertahanan ini merupakan derivasi roket eksperimen rancangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), D230 tipe Rx 1210.


Roket eksperimen (Rx) dikembangkan untuk misi nonmiliter, seperti pemantauan cuaca, pemantauan pelayaran, pertanian, bencana, dan observasi untuk perencanaan tata ruang. Roket dimuati radio, kamera, dan sensor. Adapun roket untuk pertahanan (R-Han) dipas`ng bahan peledak, demikian paparan Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bidang Hankam.


Sebagai sarana yang dapat digunakan untuk tujuan militer, penguasaan teknologi peroketan tak mudah. Penyebarannya dipagari dengan beberapa aturan, antara lain, missile technology control regime dan center for information on security trade control.


Saat ini teknologi hankam tersebut hanya dimiliki negara tertentu. Di Asia negara yang tergolong maju dalam teknologi ini antara lain China, India, Korea Selatan, dan Korea Utara.


Kemampuan rekayasa dan rancang bangun peroketan sampai batas tertentu dimiliki oleh BPPT, Balitbang Kemhan, dan PT LEN Industri. Dengan kemampuan masing-masing lembaga, kata Gunawan Wibisono, Asisten Deputi Menristek Bidang Produktivitas Riset Iptek Strategis, terbentuk Konsorsium Roket Nasional tahun 2007.


Meski bentuk roket sederhana, tabung bermoncong lancip, pembuatannya tidak sederhana. Di dalamnya termuat berbagai komponen berteknologi mutakhir, seperti material maju, mekatronika, dan propulsi.


Dibandingkan roket generasi lama, R-Han 122 mengalami beberapa pengembangan desain dan material. Pada roket eksperimen menggunakan baja. Pada R-Han digunakan aluminium dan karbon yang dua kali lebih ringan. Bahan itu lebih tahan panas. Untuk menjaga kestabilan dan daya jangkau yang tinggi, material yang digunakan harus tahan terhadap suhu 3.000 derajat celsius, kata Ketua Program Penggabungan Roket Nasional Sutrisno.


Pengembangan lain pada konstruksi roket, pada versi terdahulu, roket menggunakan sirip tetap. Untuk meluncurkan, roket harus ditumpangkan pada peluncur dilengkapi rel. Pada roket generasi baru dipasang sirip lipat yang dilengkapi pegas yang akan menegakkan sirip secara otomatis setelah keluar dari tabung peluncur.


Pada roket terdahulu, tabung propelan diisi langsung dan terikat permanen di tabung roket. Kini tabung propelan dibuat terpisah dan diberi lapisan isolasi termal. Saat ini bahan propelan masih diimpor. Untuk membangun kemandirian, pabrik propelan akan dibangun PT Dahana.


Untuk wahana peluncur, dilakukan modifikasi kendaraan jip berbobot 2,5 ton dan truk berkapasitas 5 ton. Dirancang pula bangun unit peluncur yang memuat 16 roket dan mampu meluncurkan secara otomatis sejumlah roket tersebut dengan hanya menekan satu tombo
l.
  Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsoeddin (tengah) mendapat penjelasan dari Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek Teguh Raharjo (kanan) tentang roket R-Han 122 yang akan diuji coba di di Pusat Latihan Tempur TNI AD Baturaja, Sumsel, Rabu (28/3/2012)

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengaku puas atas pengembangan Roket R-Han 122 mm yang diproduksi bangsa Indonesia sebagai wujud kemandirian roket nasional.

Menurut Sjafrie usai uji coba Roket R-Han 122 di Puslatpur TNI AD di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel, Rabu (28/3), pengembangan roket ini diharapkan bisa terus ditingkatkan kemampuan jangkauannya dari puluhan menjadi ratusan kilometer.


"Berdasarkan hasil uji kali ini, kemandirian roket pada tahun 2014 optimis bisa tercapai," ujar Sjafrie.


‘’Peluncuran roket merupakan momen bersejarah sekaligus suatu kegiatan strategis. Keberhasilan ini, perjalanan maraton oleh Kabinet Indonesia Bersatu I dan II untuk membangun dan mengembangkan R-Han 122 mm,’’ ujar Sjafrie bangga.


Menurut Sj`frie, R-Han 122 mm telah dioperasionalkan oleh Arteri Medan AD dan Arteri Medan Marinir AL. Hanya, pada 2014 mendatang dengan menggunakan multi-loan rocket system daya jelajah roket ini harus menembus 3 digit. Tepatnya, di atas 100 km hingga secara resmi bisa digunakan TNI.



Pada uji coba penembakan roket itu, akurasi tembakan masih akan dilihat dari laporan peninjau. "Namun, perlu diketahui penembakan roket ini tidak melakukan sasaran titik sehingga tidak bisa terkena endas (kepala, Red),’’ katanya.

Ia menambahkan, Indonesia sekarang sudah mampu mencapai tahap kemandirian roket. Namun biaya teknologi ternyata cukup mahal. Terbukti, untuk satu roket yang diuji cobakan biayanya mencapai Rp 26 juta. “Karena mahal agar tidak dipergunakan secara sembarangan.”

Dijelaskan, keberhasilan menciptakan roket Han-122 mm merupakan hasil alih teknologi roket dari negara-negara sahabat. “Kita mampu melakukan kolaborasi antara teknokrat dengan pertahanan sebagai operasionalnya. Saat ini, produksi R-Han 122 mm mencapai 100 unit. Target hingga 2014, 1.000 unit dengan daya jelajah di atas 100 km.”

Budi Teguh Rahardjo, Deputi Menristek Bidang Produktivitas dan Relevansi Riset Iptek meyakini, 90 persen industri roket di Indonesia dapat berkembang dengan pesat dan masuk dalam ranah industri, serta mampu memasok alusista dalam jumlah yang besar.
Guna menuju kemandirian dalam pengadaan alutsista, sejak tahun 2007 lalu, Kementerian Riset dan Teknologi dalam konsorsium bersama komunitas iptek serta industri strategis, melakukan pengembangan roket yang kali ini kembali diujicobakan.

Ujicoba 50 roket ini merupakan hasil pengembangan yang terbaru Roket R-Han 122.
Kemampuan rekayasa dan rancang bangun peroketan sampai batas tertentu dimiliki oleh BPPT, Balitbang Kemhan, dan PT LEN Industri. Dengan kemampuan masing-masing lembaga maka terbentuk Konsorsium Roket Nasional tahun 2007.

Konsorsium terdiri dari Kementerian Ristek, Kementerian Pertahanan, TNI AL, lembaga riset (BPPT dan Lapan), perguruan tinggi (ITB, ITS, UI, UGM, dan Undip), serta industri strategis PT DI, Krakatau Steel, LEN Industri, Pindad, dan Perum Dahana. Konsorsium inti terdiri atas beberapa plasma yang menangani riset material, mekatronika, dan sistem kontrol atau kendali.

Konsorsium lainnya, Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendukung alat pemantau cuaca dan penentu posisi roket. Kemudian ITB sendiri berperan dalam penyediaan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar di lokasi target atau sasaran.

Kementerian Ristek menyediakan dana insentif untuk pembuatan prototipe roket. PT DI melaksanakan pengembangan struktur dan desain roket. PT Krakatau Steel menyediakan material untuk tabung dan struktur roket. PT Pindad yang mengembangkan peluncurnya (launcher), PT Dahana berperan dalam menyediakan propellant.

Bagian PT DI adalah membangun sarana peluncur roket dan sistem penembaknya dengan laras sebanyak 16. Kendaraan yang digunakan sebagai anjungan untuk peluncuran adalah jip GAZ buatan Rusia, Nissan Jepang, atau Perkasa buatan Tata, India.

Usai peluncuran, Wamenhan juga berkesempatan mengecek truck peluncur roket, dimana untuk selanjutnya akan terus dikembangkan sebagai bagian program kemandirian penyediaan alutsista nasional.
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro mengatakan dalam jangka waktu selama empat tahun ke depan Indonesia akan memiliki 500 roket sebagai pertahanan negara.

"Insya Allah nanti pada tahun 2014 paling sedikit ada 500 roket R-Han 122 yang akan masuk dalam jajaran pertahanan kita karena ini merupakan hasil karya anak negeri selama enam tahun," kata Menhan di Waytuba, Waykanan, Lampung.


R-Han 122, lanjut Menhan, berfungsi sebagai senjata yang berdaya ledak optimal dengan sasaran darat ke darat dengan jarak tembak antara 11 sampai dengan 15 km sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai Alutsista TNI yang selama ini masih tergantung dengan luar negeri.


"Selama ini Alustsista kita dibeli dari Amerika, namun karena kita sudah memiliki roket sendiri yang selama ini hanya diaplikasikan untuk kepentingan ilmiah atau sipil, diantaranya penginderaan jarak jauh, penelitian atmosfer, pemantauan cuaca atau peluncuran satelit, diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin, terlebih merupakan industri dalam negeri," ujarnya


R-Han 122 mm merupakan kerja keras anak-anak bangsa Indonesia selama enam tahun.


"R-Han 122 ini adalah hasil kerja keras selama enam tahun. Tiga tahun pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh intitusi LAPAN, Pindad, PT Dirgantara Indonesia, Kementerian Pertahanan dan Menristek dan pada tiga tahun selanjutnya telah dikolaborasikan," ujarnya.


Kebijakan pembangunan sarana pertahanan, lanjut Menhan, merupakan bagian terpadu dari kebijakan pembangunan kekuatan pertahanan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan kondisi geografi, demografi, sumber kekayaan alam buatan maupun kemampuan anggaran negara.


"Indonesia sebagai kepulauan yang luas membutuhkan sistem pertahanan yang lebih baik untuk mempertahankan wilayahnya," tegasnya.


Selain itu juga, lanjut dia, kebutuhan peralatan pertahanan dalam menghadapi era globalisasi semakin meningkat dan kompleks jenisnya sehingga memerlukan peningkatan fasilitas Alutsista penunjang.


"Alustita penunjang diantaranya adalah `prototype warhead` dan `impact fuze` pada roket caliber 122 mm yang perlu diintegrasikan sebagai Alutsista pertahanan," katanya.


Terkait daya jual R-Han 122, kata dia, tentu sangat memungkinkan jika teruji bagus sebagaimanan Anoa yang dibeli oleh Malaysia. "Anoa bisa kita jual ke Malaysia karena sudah kita pakai di Lebanon dan teruji bagus serta didukung oleh PBB," ujarnya.
Spesifiaksi R-HAN 122
Kaliber : 122 mm
Kecepatan Maksimum : 1,8 mach
Anggaran Riset : Rp 9 miliar (selama 6 tahun)
Proyek pengembangan : 2010 - 2014
Jumlah proyek : minimal 500 unit roket

0 komentar:

Post a Comment