BEIJING-(IDB) : China
mengancam akan memberi sanksi dagang terhadap Jepang terkait keputusan
Jepang membeli tiga pulau di Laut China Timur yang diklaim milik
China. China berharap Jepang menghentikan rencana tersebut.
Demikian
dikatakan juru bicara Partai Komunis China di Beijing, Senin
(17/9/2012). Selama ini hubungan dagang antara China dan Jepang terjalin
sangat erat. Tahun lalu, sejumlah perusahaan Jepang menginvestasikan
dana di China sebesar 342,9 miliar dollar AS. Akan tetapi, hubungan
tersebut kerap diwarnai ketegangan seperti yang terjadi saat ini.
Sanksi
ekonomi China tidak hanya akan mengguncang perekonomian Jepang, tetapi
juga akan berdampak serius terhadap perekonomian Asia, bahkan Barat.
Sebuah artikel komentar di surat kabar corong Pemerintah China, People’s Daily,
mengatakan, perekonomian Jepang melemah sejak tahun 1990 dan semakin
ambruk setelah krisis ekonomi serta gempa bumi 2011. Perekonomian Jepang
akan semakin parah jika China menjatuhkan sanksi dagang sebagai buntut
sengketa pulau yang disebut Senkaku oleh Jepang dan Diaoyu oleh China.
Di
Jakarta, Asisten Kementerian Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan,
China siap diajak berdialog secara damai jika Jepang menghentikan
langkah- langkah provokasinya. ”Semua ini bergantung pada Jepang karena
mereka yang memulainya,” ujarnya.
Pada
prinsipnya, lanjut Le, China tak akan mengalah menghadapi provokasi
Jepang. China akan terus melawan, termasuk dengan kemungkinan memberi
sanksi dagang.
Ia
menjelaskan, kepulauan tersebut sejak dulu masuk dalam teritori China.
Menurut Le, pada tahun 1895, Jepang mencuri dan mengklaimnya sebagai
milik mereka. Selepas Perang Dunia II, semestinya Jepang menyerahkan
kembali kepulauan tersebut kepada China.
Namun,
faktanya, Jepang tidak pernah melepaskan kepulauan itu sehingga
terjadi ketegangan dengan China. ”Kalau Jepang baik, kami juga baik,”
ujar Le.
Menutup pabrik
Beberapa perusahaan Jepang menghentikan operasi pabrik- pabrik mereka di China. Perusahaan elektronik Panasonic menutup satu pabriknya di Qingdao, China utara, setelah dibakar massa. Perusahaan raksasa itu juga menyatakan akan segera menutup dua pabrik lainnya di China.
Menutup pabrik
Beberapa perusahaan Jepang menghentikan operasi pabrik- pabrik mereka di China. Perusahaan elektronik Panasonic menutup satu pabriknya di Qingdao, China utara, setelah dibakar massa. Perusahaan raksasa itu juga menyatakan akan segera menutup dua pabrik lainnya di China.
Hal
serupa dilakukan produsen kamera Canon. Mereka menutup perusahaannya
pada hari Senin dan Selasa guna menjamin keamanan para pekerja.
Para pekerja dan warga asal Jepang di China juga diimbau agar tidak keluar rumah guna menghindari amukan pengunjuk rasa.
Unjuk
rasa anti-Jepang terus meluas di lima kota besar di China. Para
pengunjuk rasa menyasar kantor dan bangunan perusahaan Jepang. Beberapa
bangunan dirusak dan dibakar pengunjuk rasa.
Puluhan ribu warga Jepang tinggal di China saat ini. Di Shanghai saja setidaknya terdapat 56.000 warga Jepang.
Perdana
Menteri Jepang Yoshihiko Noda, saat bertemu dengan Menteri Pertahanan
AS Leon Panetta, mendesak agar Pemerintah China melindungi warga
Jepang.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei menegaskan, Pemerintah
China akan melindungi warga dan perusahaan Jepang di China. Ia juga
mengimbau agar pengunjuk rasa mematuhi hukum.
Sementara
itu, Panetta mengajak agar Jepang dan China saling menahan diri dalam
menyelesaikan kasus perebutan kepulauan tersebut.
Menurut
dia, kasus ini menyangkut kepentingan banyak pihak. Oleh karena itu,
China dan Jepang harus mencari cara penyelesaian tanpa memicu eskalasi
ketegangan.
Masih
terkait sengketa teritorial, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa
mengatakan, tak ada jaminan tak akan ada masalah serius dalam
konferensi tingkat tinggi para pemimpin ASEAN, November mendatang.
Empat anggota ASEAN terlibat sengketa teritorial dengan China terkait
Kepulauan Spratly di Laut China Selatan.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Post a Comment