Israel, sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan bahwa negara Yahudi itu mungkin secara sepihak bisa menyerang fasilitas nuklir Iran, yang diduga sedang membangun senjata nuklir.
Hajizadeh mengatakan tidak ada serangan Israel bisa terjadi tanpa dukungan dari sekutu utamanya AS. Dengan demikian melegitimasi semua pangkalan AS menjadi sasaran serangan. Masalah program nuklir Iran telah meningkatkan kemungkinan konflik lebih luas antara Iran-Israel hingga memaksa negara-negara lain ikut terlibat.
“Untuk alasan ini, kami akan memasuki sebuah konfrontasi dengan kedua belah pihak, dan pasti akan berperang dengan pangkalan-pangkalan militer Amerika. Tidak akan ada negara netral di kawasan ini, bagi kami pangkalan-pangkalan militer sama dengan tanah AS,” ucap Hajizadeh.
AS memiliki pangkalan militer di Bahrain, sekitar 200kilometer dari Iran, dan berada dalam jangkauan rudal Iran. AS juga memiliki kehadiran militer sangat besar di Afghanistan. Salah seorang Komandan Garda Revolusi, Jenderal Mohammad Ali Jafari meyakini AS tidak akan menyerang Iran karena pangkalan militernya di Timur Tengah berada dalam jangkauan rudal Iran.
Iran telah memperingatkan bahwa pengiriman minyak melalui Selat Hormuz bisa terganggu bila perang pecah antara Iran dan AS. Otoritas Iran telah mengancam akan menutup Hormuz, perairan strategis yang merupakan rute seperlima pasokan minyak dunia.
Teheran telah berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai. Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon bertemu dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, ketika menghadiri Majelis Umum PBB dengan salah topik utamanya membahas program nuklir Iran, di New York, AS, Minggu (23/9).
Ban mendesak Iran untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk membangun kepercayaan internasional terkait sifat eksklusif program nuklir damai Iran.
Ketegangan antara Iran dan Israel terus meninggi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan upaya diplomatik internasional dan sanksi ekonomi terhadap Iran telah gagal untuk mencegah ambisi nuklir Iran. Dia mendesak Presiden AS Barack Obama untuk menetapkan “garis merah” yang akan mendasari serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Obama telah menolak tuntutan itu dengan mengatakan diplomasi dan sank-sanksi harus diberikan lebih banyak waktu, dan bahwa Iran tidak akan diizinkan untuk memperoleh senjata nuklir.
Washington telah menekan Israel untuk tidak menyerang Iran secara sepihak karena itu bisa memicu kekacauan. Pada saat bersamaan Inggris, Prancis, dan Jerman secara resmi menyerukan sanksi baru Uni Eropa terhadap Iran guna menekan Iran menghentikan program nuklirnya. Para menteri luar negeri dari ketiga negara itu telah menulis kepada kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton, mendesak tindakan lebih keras terhadap Iran.
“Adalah penting bahwa kita mempertajam sanksi. Kami pikir masih ada waktu untuk solusi politik, sebuah solusi diplomatik, dan ini adalah apa yang kami kerjakan. Akan tetapi kami tidak bisa menerima senjata nuklir berada di tangan Iran,” kata seorang pejabat Uni Eropa tanpa menyebut namanya. [AP/AFP/D-11]
0 komentar:
Post a Comment