Dubes Inggris : Papua Aman dan Kondusif
Jayapura,- Meningkatkan berbagai isu di Papua, baik isu politik, sosial ekonomi hingga keamanan menyusul tertangkapnya pimpinan kelompok keras kemerdekaan Danny Kogoya disoroti pemerintah Kerajaan Inggris.Buktinya, Duta Besar Kerajaan Inggris, H.E. Mr. Mark Canning didampingi Julia Shand (Second Secretary Political), Benny Sastranegara (Political Analyst), Euan Ribbeck (Close Protection Team Leader), melakukan kunjungan kerja di Markas Kodam XVII/Cenderawsih, Selasa (18/9) kemarin.
Dalam kunjungan singkatnya, yang diterima Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri, didampingi Kasdam XVII/Cenderawasih di ruang Cycloops Makodam XVII/Cenderawasih, mereka menanyakan berbagai isu terkait perkembangan politik, perkembangan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Papua dan keamanan di Papua saat ini.
Pangdam dalam paparannya menyampaikan bahwasabta pihak kepolisian lebih mengetahui perkembangan tersebut, sedangkan Kodam hanya membantu tugas kepolisian apabila dibutuhkan. ”Kodam XVII/Cenderawasih hanya melaksanakan Tugas pokoknya, disamping itu juga melaksanakan pembinaan Teritorial, diantaranya pembinaan masyarakat,” jelas Pangdam di hadapan Dubes Kerajaan Inggris.
Terkait pertanyaan dari Dubes, Mr. Mark Canning tentang Program UP4B, Pangdam menjelaskan bahwa Kerajaan Inggris belum banyak melihat pemberdayaan masyarakat Papua. Karena pemberdayaan masyarakat dapat sinergis dan UP4B tidak semata-mata meningkatkan ekonomi di masyarakat, akan tetapi juga meningkatkan pemberdayaan sosial dan budaya sehingga masalah di Papua dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan itu, Dubes Mark Canning juga menanyakan tantangan dalam penanganan perbatasan, dimana menurut penjelasan Pangdam, hanya kelompok kecil Sparatis yang Warga Negara PNG dan mereka memanfaatkan daerah Abu-abu untuk pergerakannya.
”Mereka tidak punya. Hanya senjata rakitan dan senjata hasil rampasan. Gerakan mereka sangat kecil dan memaksa masyarakat di pedalaman dengan paksaan, ancaman, ditakut-takuti akan ditembak TNI jika tidak ikut kemauan mereka,” jelas Pangdam menjawab pertanyaan Dubes mark terkait Untuk pertanyaan terakait apakah mereka (kelompok separatis) mempunyai senjata khusus.
Mendengar jawaban Pangdam, Dubes Kerajaan Inggris berpendapat, “sulit” bagi Militer untuk menangani masalah di Papua dengan menggunakan Hard power, sehingga harus menggunakan Soft power. Hanya saja, menurut Pangdam, dalam penerapan pihaknya telah menerapkan Soft power.
Dimana, sambung Pangdam, langkah pertama, pihaknya telah mengajak secara persuasif orang-orang yang berpandangan lain untuk kembali ke NKRI.
Kedua, mengajak lewat para pendeta supaya membujuk orang yang mengangkat senjata, agar sadar dan tidak mengangkat senjata kembali. Meski8 demikian, diakui Pangdam, masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya yaitu pertama apabila mereka kembali mereka mengajukan syarat untuk dibuatkan rumah dan kebun. “Selain itu, bila mereka kembali maka mereka minta dijadikan Bupati/ Kepala Daerah,” katanya.
Tak hanya persoalan kelompok separatis, Dubes Mark juga menanyakan jangka waktu rotasi Pamtas (pengamanan perbatasan). Dalam penjelasannya, Pangdam mengutarakan bahwa rotasi dilaksanakan 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Pamtas ini juga diperkuat oleh pasukan Pam Rahwan tetapi lebih pada tugas Teritorial dimana tugas tersebut sangat dibutuhkan masyarakat.
Dihadapan Pangdam dan perjabat utama Kodam XVII/Cenderawasih, Dubes Mark mengaku sangat terkesan dengan pembebasan sandera yang dilaksanakan oleh Kopassus pada tahun 1996 dan seluruh sandera warga Negara Inggris dapat dibebaskan tanpa luka sedikitpun. Hal itu juga menambah hubungan Inggris dan Indonesia terjalin baik.
”Tahun ini adalah tahun yang special, karena Perdana Menteri (PM) Inggris pada April lalu melaksanakan kunjungan ke Jakarta dan pada November nanti Peresiden SBY akan melaksanakan kunjungan kenegaraan ke Inggris yang akan diterima oleh Ratu Kerajaan Inggris dengan agenda pembicaraan peningkatan hubungan ekonomi, pendidikan serta kerja sama di bidang pertahanan,” ujar Dubes Mark Canning
Dubes Mark Canning mengakui, Beni Wenda, salah satu tokoh yang masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Pemerintah Indonesia, pada tahun 2000 mengajukan suaka politik kepada Kerajaan Inggris, akan tetapi polisi Indonesia tidak melaksanakan prosedur ke Interpol untuk melaksanakan pemeriksaan kepada yang bersangkutan.
Ia (Dubes) membeberkan bahwasanya banyak orang di Kerajaan Inggris yang beranggapan Papua tidak aman, akan tetapi anggapan tersebut keliru, setelah melakukan kunjungan langsung di Papua. ”Papua, wilayah yang aman dan kondusif,” kata Mark
Sekedar diketahui. Mengakhiri kunjungan H.E. Mr. Mark Canning, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Moh. Erwin Syafitri memberikan cindera mata kepada Duta dan melakukan foto bersama. Dalam pertemuaan itu, Pangdam juga didampingi Danrem 172/PWY, Pa Ahli Bidang Hukum dan HAM, Asintel Kasdam XVII/Cenderawasih, Asops Kasdam XVII/Cenderawasih, Aster Kasdam XVII/Cenderawasih, Kakumdam XVII/Cenderawasih, dan Kapendam XVII/Cenderawasih. (Syaiful)
Sumber: pasificpost
0 komentar:
Post a Comment