Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

24 September 2012

Pengamat: Indonesia Tak Konsisten Bangun Pertahanan

4:15 PM Posted by Unknown No comments

AH-64D Apache Longbow dan AH-6J Little Bird Yang Ditawarkan AS ke Indonesia (Foto: Istimewa)AH-64D Apache Longbow dan AH-6J Little Bird Yang Ditawarkan AS ke Indonesia (Foto: Istimewa)

itoday
- Pengamat pertahanan Muradi menilai ada lima alasan mengapa pemerintah berminat mengakuisi helikopter serang AH-64D Apache Block III Longbow dari Amerika Serikat (AS) senilai US$ 1,4 miliar.

“Pertama, Indonesia selalu berpikiran American Minded, dimana pengadaan senjata selalu dari rezim AS dan sekutunya, “ ujar Muradi ketika dihubungi itoday, Senin (24/9).


Ditambahkannya, padahal Indonesia sudah memiliki helikpoter sekelas Apache dari Rusia. Muradi justru mempertanyakan mengapa produk yang ada sekarang tidak ditambahkan terlebih dahulu, minimal menggenapkannya menjadi satu skadron, lalu dikembangkan.

Alasan kedua, pemerintah selalu beralasan pembelian persenjataan di luar AS dan sekutunya harus selalu cash, dan itu dianggap sebagai masalah karena anggaran pertahanan Indonesia terbatas.

Ketiga, dosen FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung ini menilai, Indonesia tidak memiliki perencanaan yang matang mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista).

Hingga detik ini, Muradi menuturkan, jika membahas RUU Industri Pertahanan, pemerintah dan dpr hanya membahas sebatas regulasi saja, tidak kepada bagaimana Indonesia memiliki visi ke depan untuk melakukan modernisasi Alutsista.

Keempat, ada keengganan dari DPR, karena jika pembelian bersifat G to G maka akan terjadi monopoli.

“KKIP seolah-olah menjadi broker yang diformalkan. Mereka yang dekat dengan KKIP maka akan bisa menjadi kepanjangan tangan KKIP, “ ujarnya.

Sedangkan alasan kelima, adalah mengenai adanya ketakutan AS dan sekutunya terhadap potensi yang dimiliki Indonesia.

Menurut Muradi, seharusnya hal ini dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dengan rezim senjata di luar AS. Karena jika hal tersebut dimaksimalkan, maka akan Indonesia berkesempatan membangun potensi yang dimiliki saat ini.

“Jika indonesia terus loyal kepada AS, maka Indonesia tidak akan bisa mengembangkan potensi pertahanan Indonesia agar menjadi lebih besar dari Singapura, “ jelasnya.

“Singapura selalu mendapatkan barang baru dengan kualitas terbaik, sedangkan Indonesia mendapatkan barang bekas saja susah, “ sambung Muradi.

Dari kelima alasan itu, Muradi melihat jika Indonesia tidak siap untuk konsisten melakukan pengembangan pertahanan, sebab banyak komprador yang menghamba kepada uang dan American Minded.

“Jika itu terus terjadi, maka lima hingga dua puluh tahun ke depan Indonesia tidak akan berkembang, “ pungkasnya.*

ITODAY

0 komentar:

Post a Comment