Tentara Nasional Indonesia (TNI) benar-benar ambisi untuk segera memiliki
segala macam alutsista modern yang kini ada di dunia. Penjajakan,
penelitian dan juga penelaahan secara mendalam oleh TNI terhadap
alutsista modern yang ada di belantara dunia ini telah dilakukan.
Pilihan-pilihan pun telah dijatuhkan oleh TNI untuk memiliki segera
semua alutsista yang canggih, modern dan yang pasti dapat menjadi armada
yang kuat.
Setelah melakukan pilihan terhadap 100 Tank Leopard 2, dan juga akan menjajaki pesawat intai tanpa awak (unmanned aero vehicle/UAV) asal Israel. Kini TNI pun berambisi untuk memiliki 12 kapal selam. Ambisi dalam hal positif itu perlu didukung untuk memperkuat pokok alat-alat persenjataan utama di Indonesia.
Luasnya lautan yang mengelilingi Indonesia membutuhkan dukungan alutsista yang cukup untuk menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedikitnya, negara kepulauan seperti Indonesia memerlukan 12 armada kapal selam.
“Kalau bicara kebutuhan, sudah pasti kami ingin memiliki banyak armada kapal selam, tetapi kami juga paham dengan kemampuan anggaran yang dimiliki pemerintah,” katanya Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, Senin (6/2) usai menyambut kedatangan kapal selam KRI Nanggala-402 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya. Seperti dikutip dari republika.co.id.
Di sini sekarang TNI telah mengungkapkan angka-angka ideal untuk memperkuat wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sangat jelasnya. Angka 12 dipilih dan disesuaikan dengan idealnya Indonesia memiliki 12 kapal selam guna mengamankan wilayah laut Indonesia. Namun Kasau mengakui kemampuan anggaran yang dimiliki pemerintah belum memungkinkan tercapainya kepemilikan 12 kapal selam dalam waktu dekat.
Untuk Tank Leopard 2, TNI Angkatan Darat dengan sangat terang benderang menjelaskan tentang rencana pembelian 100 tank kelas berat.
Angka 100 dipilih oleh TNI Angkatan Darat untuk memperkuat armada darat, atau dengan kata lain untuk memperkuat wilayah daratan Indonesia. Meskipun kita mengetahui, polemik dan perdebatan masih terjadi dalam pembahasan Tank Leopard 2, ataupun ada alternatif pilihan lainnya dari TNI Angkatan Darat untuk perkuat daratan.
Awal Februari 2012, Ketua Komisi I DPR Mahfud Siddiq melontarkan pernyataannya yang menolak dengan terang rencana Kementerian Pertahanan, yang dalam hal ini TNI Angkatan Udara untuk membeli pesawat intai tanpa awak dari Israel. Alasannya kata Mahfud, Israel merupakan negara yang terkait dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan juga Indonesia memiliki kerjasama diplomatis dengan Israel. Berbeda dari Kementerian Pertahanan yang mengatakan bahwa keputusan untuk membeli pesawat intai tanpa awak dari Israel belum final. Namun Kemhan berharap TNI bisa merealisasikan kebutuhan pesawat intai tanpa awak tahun 2012 ini.
TNI Angkatan Udara, dalam hal ini membutuhkan setidaknya sembilan (9) pesawat intai tanpa awak untuk mengawal perbatasan NKRI. Angka 9 dipilih karena melihat dari tiga wilayah perbatasan Indonesia baik di Papua, Kalimantan dan NTT yang rawan akan tindakan kejahatan trans-nasional dan juga untuk mengantisipasi ancaman dari negara lain. Setidaknya tiap-tiap wilayah perbatasan itu membutuhkan tiga pesawat intai tanpa awak untuk diawasi dari udara.
Pilihan angka 12, angka 100 dan angka 9 untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Udara merupakan suatu angka-angka yang dihitung dari luasnya wilayah NKRI yang teramat luas. Baik dari wilayah lautan, wilayah daratan maupun wilayah udara Indonesia.
Cakupan angka-angka itu dipilih adalah merupakan angka-angka yang dilihat idealnya bagi penguatan alutsista TNI yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan TNI untuk memperkuat sistem pokok alutsistanya. Angka-angka 12, 100 dan 9 menurut saya adalah merupakan angka yang dilakukan kajian secara konfrehensif untuk memperkuat sistem pertahanan dalam negeri.
Apapun pilihan TNI untuk perkuat alutsistanya. Tentu saja itu akan memperkuat sistem pertahanan negara, dan juga akan memperkuat sistem kedaulatan negara. Terus terang saya katakan kita mendambakan Indonesia memiliki armada tempur yang tangguh, kuat dan juga disegani negara-negara lain di dunia.
Setelah melakukan pilihan terhadap 100 Tank Leopard 2, dan juga akan menjajaki pesawat intai tanpa awak (unmanned aero vehicle/UAV) asal Israel. Kini TNI pun berambisi untuk memiliki 12 kapal selam. Ambisi dalam hal positif itu perlu didukung untuk memperkuat pokok alat-alat persenjataan utama di Indonesia.
Luasnya lautan yang mengelilingi Indonesia membutuhkan dukungan alutsista yang cukup untuk menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedikitnya, negara kepulauan seperti Indonesia memerlukan 12 armada kapal selam.
“Kalau bicara kebutuhan, sudah pasti kami ingin memiliki banyak armada kapal selam, tetapi kami juga paham dengan kemampuan anggaran yang dimiliki pemerintah,” katanya Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, Senin (6/2) usai menyambut kedatangan kapal selam KRI Nanggala-402 di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya. Seperti dikutip dari republika.co.id.
Di sini sekarang TNI telah mengungkapkan angka-angka ideal untuk memperkuat wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sangat jelasnya. Angka 12 dipilih dan disesuaikan dengan idealnya Indonesia memiliki 12 kapal selam guna mengamankan wilayah laut Indonesia. Namun Kasau mengakui kemampuan anggaran yang dimiliki pemerintah belum memungkinkan tercapainya kepemilikan 12 kapal selam dalam waktu dekat.
Untuk Tank Leopard 2, TNI Angkatan Darat dengan sangat terang benderang menjelaskan tentang rencana pembelian 100 tank kelas berat.
Angka 100 dipilih oleh TNI Angkatan Darat untuk memperkuat armada darat, atau dengan kata lain untuk memperkuat wilayah daratan Indonesia. Meskipun kita mengetahui, polemik dan perdebatan masih terjadi dalam pembahasan Tank Leopard 2, ataupun ada alternatif pilihan lainnya dari TNI Angkatan Darat untuk perkuat daratan.
Awal Februari 2012, Ketua Komisi I DPR Mahfud Siddiq melontarkan pernyataannya yang menolak dengan terang rencana Kementerian Pertahanan, yang dalam hal ini TNI Angkatan Udara untuk membeli pesawat intai tanpa awak dari Israel. Alasannya kata Mahfud, Israel merupakan negara yang terkait dengan kasus-kasus pelanggaran HAM dan juga Indonesia memiliki kerjasama diplomatis dengan Israel. Berbeda dari Kementerian Pertahanan yang mengatakan bahwa keputusan untuk membeli pesawat intai tanpa awak dari Israel belum final. Namun Kemhan berharap TNI bisa merealisasikan kebutuhan pesawat intai tanpa awak tahun 2012 ini.
TNI Angkatan Udara, dalam hal ini membutuhkan setidaknya sembilan (9) pesawat intai tanpa awak untuk mengawal perbatasan NKRI. Angka 9 dipilih karena melihat dari tiga wilayah perbatasan Indonesia baik di Papua, Kalimantan dan NTT yang rawan akan tindakan kejahatan trans-nasional dan juga untuk mengantisipasi ancaman dari negara lain. Setidaknya tiap-tiap wilayah perbatasan itu membutuhkan tiga pesawat intai tanpa awak untuk diawasi dari udara.
Pilihan angka 12, angka 100 dan angka 9 untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Udara merupakan suatu angka-angka yang dihitung dari luasnya wilayah NKRI yang teramat luas. Baik dari wilayah lautan, wilayah daratan maupun wilayah udara Indonesia.
Cakupan angka-angka itu dipilih adalah merupakan angka-angka yang dilihat idealnya bagi penguatan alutsista TNI yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan TNI untuk memperkuat sistem pokok alutsistanya. Angka-angka 12, 100 dan 9 menurut saya adalah merupakan angka yang dilakukan kajian secara konfrehensif untuk memperkuat sistem pertahanan dalam negeri.
Apapun pilihan TNI untuk perkuat alutsistanya. Tentu saja itu akan memperkuat sistem pertahanan negara, dan juga akan memperkuat sistem kedaulatan negara. Terus terang saya katakan kita mendambakan Indonesia memiliki armada tempur yang tangguh, kuat dan juga disegani negara-negara lain di dunia.
0 komentar:
Post a Comment