Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) sedang mempertimbangkan tawaran
penyewaan hingga 18 Jet Tempur JAS39 Gripen dari Swedia sebagai bagian
dari program Multi-Role Combat Aircraft (MRCA) Malaysia. Kepala TUDM Tan
Sri Rodzali Daud mdngatakan kepada Thesun bahwa penyewaan Gripen
merupakan solusi yang murah dalam pertimbangan besarnya modal belanja
yang dibutuhkan untuk pengadaan jet tempur baru.
"Jet tempur Gripen telah disewakan untuk angkatan-angkatan udara di Eropa, jadi tidak ada hal baru dalam kesepakatan. Pesawat ini juga memenuhi semua persyaratan MRCA kami meskipun saya akui pesawat ini tidak begitu cepat dan jarak tempuhnya tidak jauh serta ukurannya kecil," katanya ketika dimintai komentar tentang penawaran opsi sewa-beli jet tempur Gripen dari Swedia oleh seorang sumber di pertahanan.
"Jet tempur Gripen telah disewakan untuk angkatan-angkatan udara di Eropa, jadi tidak ada hal baru dalam kesepakatan. Pesawat ini juga memenuhi semua persyaratan MRCA kami meskipun saya akui pesawat ini tidak begitu cepat dan jarak tempuhnya tidak jauh serta ukurannya kecil," katanya ketika dimintai komentar tentang penawaran opsi sewa-beli jet tempur Gripen dari Swedia oleh seorang sumber di pertahanan.
Gripe |
Sumber mengatakan kepada Thesun bahwa tawaran itu diajukan setelah
Gripen dan Sukhoi Su-30MKM tersingkir dari program MRCA Malaysia setelah
evaluasi teknis oleh pilot uji TUDM. Mereka mengatakan bahwa Boeing F/A-18 Super Hornet, Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon-lah
yang akan bersaing untuk keputusan tahap akhir program ini. Pemilihan
pemenang program ini juga mengevaluasi paket transfer teknologi dan off-set yang ditawarkan masing-masing kompetitor.
Namun Rodzali membantah bahwa Gripen dan Sukhoi tidak lagi dipertimbangkan untuk program MRCA dengan mengatakan "kami masih mengevaluasi semua pesawat." Dia juga membantah bahwa TUDM telah membuat keputusan dalam evaluasi teknisnya. Sebaliknya, lanjutnya, kelebihan dan kekurangan pesawat akan dievaluasi lebih lanjut.
Menurutnya, salah satu faktor penting untuk seleksi akhir adalah biaya pengadaan dan operasional yang rendah. "Jika Super Hornet dipandang sebagai favorit, itu karena kami sudah memiliki 8 unit Hornet dalam layanan." Ditanya tentang berapa banyak Gripen yang akan disewakan jika penawaran Swedia itu diterima, ia mengatakan "sebaiknya tetap 18 pesawat seperti yang ditentukan dalam MRCA."
Namun Rodzali membantah bahwa Gripen dan Sukhoi tidak lagi dipertimbangkan untuk program MRCA dengan mengatakan "kami masih mengevaluasi semua pesawat." Dia juga membantah bahwa TUDM telah membuat keputusan dalam evaluasi teknisnya. Sebaliknya, lanjutnya, kelebihan dan kekurangan pesawat akan dievaluasi lebih lanjut.
Menurutnya, salah satu faktor penting untuk seleksi akhir adalah biaya pengadaan dan operasional yang rendah. "Jika Super Hornet dipandang sebagai favorit, itu karena kami sudah memiliki 8 unit Hornet dalam layanan." Ditanya tentang berapa banyak Gripen yang akan disewakan jika penawaran Swedia itu diterima, ia mengatakan "sebaiknya tetap 18 pesawat seperti yang ditentukan dalam MRCA."
Super Hornet |
[Foto:Wikipedia]
Dia mengatakan meskipun TUDM memiliki keterbatasan anggaran, program MRCA akan terus berjalan, seperti rencana TUDM untuk mempensiunkan 10 MiG-29N Fulcrum air superiority fighters pada tahun 2015. "Kami mungkin memerlukan anggaran khusus, yang akan mencakup tiga rencana Malaysia," tambahnya.
Dia mengatakan meskipun TUDM memiliki keterbatasan anggaran, program MRCA akan terus berjalan, seperti rencana TUDM untuk mempensiunkan 10 MiG-29N Fulcrum air superiority fighters pada tahun 2015. "Kami mungkin memerlukan anggaran khusus, yang akan mencakup tiga rencana Malaysia," tambahnya.
"Hungaria dan Ceko mengoperasikan Gripen dari hasil kontrak sewa-beli 10 tahun, pertahunnya sekitar 129 juta dolar"
Rodzali menolak untuk mengkonfirmasi alokasi anggaran untuk program MRCA
namun sumber mengatakan kepada Thesun bahwa Tentera Udara Diraja
Malaysia (TUDM) hanya bisa mendapatkan 12 jet jika pilihan jatuh kepada
Super Hornet, Rafale atau Typhoon. Hungaria dan Ceko mengoperasikan
Gripen dari hasil kontrak sewa-beli 10 tahun, pertahunnya sekitar 129
juta dolar, yang meliputi latihan dan layanan. Rodzali membantah isu
apapun tentang kesepakatan pesawat apa yang nantinya akan menang dalam
program MRCA.
"Alasan kami untuk mencari jet tempur baru adalah karena kesenjangan kemampuan udara kami, dan kami perlu untuk setara dengan bangsa lain."
"Alasan kami untuk mencari jet tempur baru adalah karena kesenjangan kemampuan udara kami, dan kami perlu untuk setara dengan bangsa lain."
0 komentar:
Post a Comment