Amerika Serikat telah membuat berang Angkatan Udara Perancis karena
mengingkari kontrak tahun 2010 untuk meng-upgrade empat pesawat E-3F
AWACS (Air Warning and Control System) Perancis. Biaya yang disepakati
pada kontrak pada kontrak 2010 adalah 466 juta dolar, namun kenyataannya
AS kini meminta tambahan dana sebesar 5 juta dolar untuk memastikan
teknologi yang dijanjikan bisa direalisasikan.
Ini semua berawal dari beberapa birokrat Amerika yang memutuskan bahwa
sebagian teknologi upgrade terlalu sensitif bagi Perancis dan harus
keluar dari teknologi upgrade yang dijanjikan. Akibatnya Perancis harus
membayar lebih untuk perubahan ini, namun Perancis tidak senang dengan
"ulah" AS ini. AS menegaskan bahwa perubahan tersebut diperbolehkan
dalam transaksi ini namun AS mengalami kesulitan untuk meyakinkan
Perancis.
Upgrade yang dimaksud akan menggantikan komputer sebelumnya (mainframe
based) dengan PC tipe hardware jaringan. Hal ini juga termasuk upgrade
untuk prosesor dan peralatan penyimpanan data baru. Software baru ini
akan menampilkan windows interface dan joystick. Ini sama
dengan upgrade yang dilakukan atas AWACS Amerika. Nantunya, AWACS
Perancis tetap dapat berkooperasi dengan tipe AWACS E-3 yang digunakan
negara-negara lain. Kebijakan restriksi baru Amerika yang terutama untuk
AWACS adalah upgrade software terbaru.
Pembangunan E-3 AWACS dimulai pada akhir 1960-an, dan prototipe pertama
terbang pada tahun 1970-an, dan masuk ke regular service pada tahun
1982. Terbang cukup jauh di dalam wilayah yang aman untuk menghindari
rudal anti-pesawat musuh, radar AWACS memiliki jangkauan antara 200 km
(untuk pesawat kecil atau rudal jelajah yang terbang dekat dengan tanah)
sampai 600 km (untuk pesawat besar yang terbang di ketinggian). Pesawat
AWACS mampu melacak beberapa ratus pesawat sekutu dan musuh sekaligus.
Pesawat AWACS bertindak sebagai pusat komando udara untuk pesawat
lainnya.
Pesawat-pesawat sekutu satu sama lain dijaga oleh AWACS (Sejak perang
Teluk tahun 1991, AWACS tidak pernah bekerja seperti ini lagi dan
merupakan penggunaan terbesar pertama dari E-3). Pesawat musuh yang
terdeteksi, diidentifikasi dan pesawat pencegat ditugaskan untuk
mengurus ancaman. Satu atau beberapa AWACS digunakan untuk mengendalikan
operasi udara dan masing-masing dapat beroperasi selama sebelas jam,
atau sampai 22 jam dengan pengisian bahan bakar ekstra dan kru tambahan.
Pesawat AWACS adalah platform radar kombinasi dan pusat komando.
AWACS saat misi di Afghanistan |
Selama perang Teluk tahun 1991, pesawat AWACS membuktikan kemampuannya,
bahkan seringkali dengan cara yang melebihi standar antisipasi.
Penggunaan lebih dari seratus kapal tanker untuk mengisi bahan bakar
pesawat tempur tidak akan mungkin terjadi jika tanpa AWACS berada di
sana yang secara efisien menghubungkan tanker dan pesawat yang butuh
bahan bakar.
Membentuk Wild Weasels (electronic warfare aircraft), dan koordinasi
penggunaannya dengan pesawat pembom yang mereka kawal, menjadi mudah
bila dilakukan dengan AWACS. Peralatan komunikasi onboard sebuah AWACS
memungkinkan informasi yang telah dikumpulkan dapat segera dikirim ke
AWACS lainnya, pesawat tempur serta unit darat dan laut lainnya secara
realtime. Dengan fungsi ini, menjadikan pemimpin angkatan darat, laut
dan udara terhubung dengan semua sensor dan komunikasi dari setiap
kapal, pesawat dan unit darat di wilayah tersebut.
Pengalaman AWACS selama perang Teluk juga dimanfaatkan selama perang di
Afghanistan, kemudian berlanjut ke perang Irak tahun 2003. Namun,
"kekuasaan" AWACS dalam dua perang ini tidak begitu menonjol.
0 komentar:
Post a Comment