Kondisi ekonomi yang dialami Perancis saat ini, khususnya tingginya angka pengangguran memaksa pemerintah sosialis pimpinan Francois Hollande untuk menggenjot ekspor negaranya. Di antara komoditi ekspor yang menjadi andalan Perancis adalah produk militer mengingat industri militer negara ini cukup maju. Oleh karena itu, Departemen Pertahanan Perancis mulai melakukan usaha besar untuk mensukseskan kontrak senjata dengan negara lain. Namun demikian Perancis rupanya gagal menjual pesawat tempurRafale ke Uni Emirat Arab (UEA).
Terkait masalah ini, Majalah Le Nouvel Observateur cetakan Perancis menulis, strategi Paris dalam meningkatkan kerjasama militer dengan Emirat di penjualan senjata khususnya pesawat tempur Rafale gagal. Di lamannya, majalah ini mengutip statemen Menteri Pertahanan, Jean-Yves Le Drian usai lawatannya ke Emirat menyebutkan, hubungan bilateral Paris-Abu Dhabi menurun drastis.
Usai melawat Dubai Drian dalam sebuah wawancara menyatakan, Emirat sebelumnya memenuhi kebutuhan militernya sekitar 70 persen dari Perancis, namun saat ini hanya tercatat 60 persen yakni turun 10 persen. Terkait upayanya untuk memperbaiki kondisi ini, Drian mengatakan, tugas seorang menteri adalah menciptakan peluang dan kondisi serta rasa percaya kepada pihak lain, namun sektor industri juga harus memainkan peran dengan memberikan usulan menarik. "Kedua masalah ini tidak seharusnya saling dikaitkan," ungkap Drian.
Menurut Drian, jika Perancis hingga kini belum berhasil menjual pesawat Rafale ke negara lain, mungkin hal ini disebabkan kami telah menggabungkan peran masing-masing pihak, namun saya pergi ke Emirat bukan untuk mengadakan kontrak penjualan pesawat ini. Majalah Le Nouvel Observateur menulis, statemen Drian ini menunjukkan bahwa misinya untuk meyakinkan Emirat yang beberapa waktu lalu berminat membeli pesawat Rafale guna menggantikan 60 unit pesawat Mirage telah gagal dan Paris kecewa dengan kondisi ini.
Kegagalan di Emirat tak membuat putus asa Paris. Dengan memberi konsesi besar kepada India, akhirnya Perancis berhasil menjual 120 jet tempur Rafale ke New Delhi. Penjualan ini tak menurunkan posisi urgen Timur Tengah sebagai pasar besar senjata bagi Perancis, khususnya Emirat sebagai pelanggan tetap peralatan militer Paris. Sejak tahun 1990 hingga kini Perancis telah menjual sebagian besar kebutuhan militer Emirat mulai dari jet tempur Mirage, tank LeClerc, sejumlah kapal perang, sistem anti rudal serta peralatan militer lainnya.
Seiring dengan persaingan besar pasar senjata di Timur Tengah, Emirat mulai melirik pelaku lain seperti Amerika Serika, Italia, Jerman dan Rusia untuk memenuhi kebutuhan militernya. Mungkin salah satu alasan kegagalan Perancis dalam menjual senjatanya ke Emirat adalah adanya tawaran yang lebih baik serta jet-jet tempur lain yang memiliki kemampuan lebih baik serta nilai tawar yang lebih.
Sepertinya ketidakmampuan Perancis menjual pesawat Rafale menjadi pukulan berat bagi industri senjata negara ini serta membuat posisi Paris di pasat senjata internasional kian lemah. Perancis pun gagal menjual pesawat Rafale ke Brasil.
(IRIB Indonesia/MF)
0 komentar:
Post a Comment