Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Gennady Gatilov menyatakan, "Pelanggaran gencatan senjata dan serangan teror hari Jumat (26/10) di Damaskus telah membuktikan dengan jelas bahwa jalur yang ditempuh kelompok bersenjata adalah berlanjutnya instabilitas dan kekerasan."
Fars news (27/10) melaporkan, Gatilov dalam laman Twitternya menulis, "Negara-negara Barat di Dewan Keamanan PBB kembali mencegah kecaman terhadap aksi teror di Damaskus, dan kelompok bersenjata di Suriah tanpa ragu melanggar gencatan senjata ketika Hari Raya Idul Adha. Hal ini membuktikan bahwa mereka hanya menginginkan berlanjutnya instabilitas."
Sementara seorang panglima pasukan bersenjata anti-Damaskus mengklaim bahwa kegagalan segala bentuk gencatan senjata adalah pemerintah Suriah sendiri.
Di Dewan Keamanan PBB, Rusia mengusulkan kecaman terhadap aksi teror di Damaskus di hari pertama gencatan senjata, namun tidak disetujui.
Dalam draf statemen yang disusun oleh Rusia dan dibagikan kepada negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB itu, selain solidaritas terhadap para anggota keluarga korban, juga disebutkan kecaman terhadap aksi teror serta penekanan atas komitmen anggota Dewan dalam memberantas segala bentuk aksi teror.
Berdasarkan informasi yang diterima media, dalam sidang yang berlangsung tertutup itu, salah satu negara anggota Dewan (yang namanya tidak disebutkan) menentang draf usulan Rusia itu dengan alasan "tidak adanya informasi valid" mengenai insiden teror di Damaskus.
(IRIB Indonesia/MZ)
0 komentar:
Post a Comment