Demikian dikatakan Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama DPP Front Pembela Islam (FPI) Habib Muchsin Ahmad Alatas kepada itoday, Jumat (16/11).
"Kerjasama Indonesia dengan Israel sebagai bentuk perselingkuhan karena mengkhianati UUD 45. Dalam Pembukaan UUD 45 secara jelas, bahwa bangsa Indonesia menolak bentuk penjajahan termasuk penjajahan Israel atas Palestina," ungkap Habib Muhsin.
Menurut Habib Muhsin, Indonesia sudah lama menjalin kerjasama dengan Israel dalam bidang perdagangan, maupun pertahanan. "Produk-produk senjata Israel dibeli TNI. Kalau ada kerjasama bidang teknologi informasi, saya tidak kaget lagi. Ini sudah jelas-jelas menyalahi konstitusi tetapi dibiarkan saja oleh pemimpinnya," gugat Habib Muhsin.
Ia juga mengatakan, ketidaktegasan pemerintah Indonesia atas serangan Israel terhadap Gaza, Palestina karena ingin mencari aman. "Indonesia mencari aman agar mendapat dukungan AS, maka Indonesia tidak mengkritik secara tegas kekejaman Israel terhadap Palestina," ungkapnya.
Kata Habib Muhsin, ketidaktegasan Presiden SBY terhadap kekejaman Israel setelah mendapat gelar Ksatria Salib Agung dari Kerajaan Inggris.
"Inggris secara psikologis sudah tahu bahwa orang Jawa kalau sudah dipuji, dikasih gelar akan takluk, begitu juga yang terjadi terhadap SBY. Inggris telah menaklukan Presiden SBY dengan memberikan gelar tersebut," pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Indonesia akan mengirimkan delegasi resmi bidang pertahanan dan keamanan, ke sebuah konferensi internasional di Tel Aviv, Israel yang diadakan minggu ini.
Dikutip dari Haaretz, Indonesia dan Israel berencana melakukan kerjasama di bidang cyber. Untuk itu, pihak Indonesia telah mengirimkan pejabat pertahanan yang bertanggungjawab atas pembangunan infrastruktur pertahanan dan keamanan cyber.
Direktur dari Israeli Export Institute (bagian dari Kementerian Industri dan Perdagangan Israel), Ramzy Gabbay mengatakan konferensi internasional yang diadakan di Tel Aviv terbuka untuk siapa saja. Dan mengharapkan kedatangan delegasi Indonesia.
Walau tak memiliki hubungan diplomatik, namun nilai perdagangan kedua negara terbilang cukup besar. Di 2008 misalnya, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 750 juta, dan US$ 450 juta di 2009. Bahkan di 2009, Indonesia dan Israel sepakat untuk membuat kamar dagang yang dikepalai Emanuek Shahaf, seorang diplomat Israel dan CEO dari Technology Asia Consulting.
0 komentar:
Post a Comment