Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Militer Negara Sahabat

21 November 2012

Obama akan "selami" Laut China Selatan

1:07 AM Posted by Unknown No comments
... Obama dan para pemimpin puncak ASEAN mendukung kode etik perilaku di Laut China Selatan...

Presiden Susilo Yudhoyono (kanan) saling melemparkan senyum dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama seusai memberikan pernyataan pers pertemuan bilateral di gedung Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Nusa Dua, Bali,Jumat (18/11). (FOTO ANTARA/Widodo S Jusuf)

Phnom Penh, Kamboja (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat, Barak Obama, ingin "menyelami" perairan penuh gejolak Laut China Selatan pada KTT Asia Timur, yang didominasi nuansa saling klaim di sana. China secara sepihak mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai miliknya.

Obama secara luas diharapkan mengungkapkan kekhawatiran dia tentang perselisihan antara Beijing dan tetangganya di Asia Tenggara. Perselisihan Beijing dengan tetangga-tetangga Asia Tenggara-nya memicu ketegangan di seluruh daerah tahun ini dan menghambat upaya mendorong kerjasama ekonomi.


Obama hadir dalam KTT Asia Timur itu di ujung perjalanannya setelah datang ke tiga negara di Asia, untuk memperdalam pengaruh Washington di wilayah itu, sekaligus melawan kebangkitan China.

Baik Obama dan Perdana Menteri China, Wen Jiabao, adalah dua di antara 18 kepala negara atau kepala pemerintahan di Phnom Penh, Kamboja, dalam KTT Asia Timur yang digelar dua hari. Obama direncanakan mengadakan pembicaraan bilateral di sela-sela pertemuan tersebut. Obama juga dijadwalkan bertemu langsung dengan Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda.

Mengulang pertemuan di China, Wen bersikeras sengketa maritim tidak harus dibicarakan di dunia dan dibahas pada acara-acara puncak multilateral.



China, yang mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh laut, lebih suka bernegosiasi langsung dengan negara tetangga dari 10 anggota ASEAN.

Dalam pertemuan puncak Amerika Serikat-ASEAN, Senin, Obama dan para pemimpin puncak ASEAN mendukung kode etik perilaku di Laut China Selatan, kata seorang pengumuman resmi pertemuan AS-ASEAN.

Empat anggota ASEAN, yaitu Vietnam, Filipina, Malaysia dan Brunei, serta Taiwan, juga mengklaim sebagian Laut China Selatan itu, jalur pelayaran paling penting di dunia dan diyakini kaya akan bahan bakar fosil.

Klaim persaingan tersebut telah terjadi selama beberapa dekade membuat laut tersebut menjadi isu di kawasan. China dan pasukan Vietnam terlibat dalam bentrokan pada 1974 dan 1988 yang mengakibatkan puluhan tentara tewas.

Setelah sekian lama keadaan relatif tenang, ketegangan mulai meningkat pada dua tahun lalu, Filipina dan Vietnam menyatakan kekhawatiran, China menjadi semakin agresif untuk mempertaruhkan yang menjadi klaimnya.


China juga terang-terangan mengumumkan peluncuran kapal induknya, Liaoning, walau dinyatakan masih sebagai kapal latih. Cuma negara-negara yang menerapkan doktrin Blue Water Navy yang memiliki kapal induk; yang berarti mereka siap memproyeksikan kekuatan militernya hingga jauh ke seberang lautan.

Beberapa konfrontasi diplomatik keras tahun ini membayangi pertemuan beberapa daerah, para peserta biasanya lebih memilih untuk fokus pada peningkatan hubungan ekonomi.

Pada KTT Asia Timur, hari pertama didominasi dengan pertikaian masalah antara blok ASEAN.

Kamboja, pemimpin ASEAN tahun ini dan sekutu dekat China mengatakan 10 negara anggota telah sepakat untuk tidak "menginternasionalisasikan" sengketa, yang akan memberikan Beijing kemenangan diplomatik penting.

Namun Filipina cepat membantah untuk setuju, dengan Presiden Benigno Aquino menegur Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, dalam salah satu pertemuan, Senin.

"Bagaimana bisa konsensus? Konsensus berarti 100 persen. Bagaimana bisa ada konsensus ketika dua dari kita tidak menyetujuinya," kata Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario. Dia tidak mengidentifikasi negara lain yang menentang perjanjian.

Permusuhan belum pernah terjadi sebelumnya pada pertemuan menteri luar negeri ASEAN di Phnom Penh, Juli. Akan tetapi itulah saat untuk pertama kalinya setelah 45 tahun ASEAN berdiri, bahwa pertemuan di tingkat itu tidak berakhir dengan kesepakatan bersama.

0 komentar:

Post a Comment