Impian negeri ini untuk segera memliki
pengetahuan dan kemampuan meracik Pesawat Tempur canggih sepertinya
memang penuh Rintangan berat. Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan
dalam Proyek IFX/KFX untuk membangun dan memproduksi Jet tempur generasi
4.5 kandas sudah. Potensi kegagalan proyek KFX menyeruak ketika muncul
berita tentang pemotongan anggaran oleh Pemerintah Korea Selatan untuk
proyek KFX ditahun 2013.
Alasan pemotongan ini dikabarkan karena dua
hal yakni Perkembangan ancaman dan keamanan Regional yang makin
mengkhawatirkan, serta Mundurnya Turki sebagai salah satu penyadang
dana. Langkah Seoul emang cukup beralasan, rentang waktu untuk
merealisasikan pesawat KFX sangat lama dilain pihak ketika Korea masih
sibuk merancang pesawat KFX, negara2 tetangganya telah memiliki pesawat
yang lebih modern seperti F35 USA, J20 China, T50 Pakfa Rusia, ATD-X
Jepang dan ancaman dari rival abadinya Korea Utara yang berhasil
meluncurkan Roket Balistik Peluncur Satelit Unha-3, dan tentunya bisa
dilengkapi dengan kepala nuklir.
Meski begitu, proyek ini masih
menampilkan sedikit Kabar baik. Walau anggaran proyeknya dikurangi dan
kehilangan penyandang dana lain, belum ada kabar resmi tentang
pemberhentian total dan pembatalan proyek IFX/KFX oleh Korea Selatan dan
Indonesia, artinya Proyek ini masih bisa jalan meskipun tak secepat
yang dari diharapkan. Bagi kedua Negara, Proyek IFX/KFX bukanlah proyek sembarang, bukan hanya untuk menciptakan Pesawat Canggih melainkan
sebuah proyek prestisius yang penuh dengan kebanggaan, Kebanggaan
Nasional. Bila Proyek ini sukses, rakyat kedua Negara juga pasti bahagia
dan bangga terhadap negaranya, itu bila dilihat dari sisi dalam, dari
sisi luar alias dunia internasional, keberhasilan IFX/KFX bakal
meningkatkan image/citra dan nilai politis kedua Negara.
Back to the Point, Seandainyapun Proyek
KFX memang benar2 akan dihapuskan, Pemerintah Indonesia masih memilki
alternative lain, yakni anggaran untuk proyek KFX dialihkan untuk
membangun sendiri pesawat tempur sambil mencari mitra Negara lain untuk
membantu proses alih teknologi (TOT) atau anggarannya digunakan untuk
membeli pesawat tempur lagi biar menambah jumlah armada udara TNI AU,
Berikut rincian analisa ane , Bila kedua pilihan tersebut diambil
Pemerintah dan contoh pilihan jet fighter pengganti IFX :
Bila pilihan ini yang ambil, kemandirian
dalam membuat pesawat tempur bukan hal yang mustahil hanya saja mesti
melalui proses bertahap dan tentu saja bantuan dan bimbingan dari
pihak lain yang udah mahir membuat pesawat tempur. Negara kita masih
tetap memerlukan adanya alih teknologi dari Negara produsen pesawat
tempur, hanya saja akan seperti apa bentuk bantuan dan alih teknologi
itu, berikut pilihannya :
- melalui mekanisme beli baru gratis bikin sendiri seperti pembelian 3 Kapal selam Changbogo dari Korsel, 2 dibuat di Korea, 1 dibuat di PT PAL Surabaya. Mekanisme seperti ini udah berhasil diterapkan PT PAL saat berhasil membangun sendiri LPD KRI MAKASSAR-590 dari Daewoo Shipbuilding.
- Jadi Negara perakit, Kita berusaha mendapatkan kepercyaan untuk menjadi perakit atau mendapat lisensi untuk merakit beberapa komponen pesawat tempur Negara pembuat. Sehingga pelan2 kita bisa melakukan Reserve Engineering dari proses perakitan tersebut atau bisa juga rela memberikan dana besar kepada Negara produsen agar mau memberikan Lisensi pada Indonesia untuk membuat produk pesawat tempurnya. Tapi untuk hal ini dari sisi biaya, bisa menguras abis anggaran yang ada, jadi singkatnya kurang ekonomis.
- Indonesia melaui PT DI sementara mengembangkan sendiri pesawat tempur yang lebih sederhana fungsinya buat latihan dan batu loncatan pengembangan selanjutnya. Urusan dapur pacu bisa membeli dulu mesin nya dari luar, karena urusan mesin biasanya jauh lebih kompleks. Desain pesawat masih menganut kitiran pun tak masalah, kompenen lain seperti radar, panel instrument, dll juga sama. Sementara beli dulu dari luar.
So, Untuk pilihan pertama ini pada
intinya Pemerintah Indonesia gak perlu melakukan hal yang muluk-muluk,
awali dulu dari tahap yang paling sederhana, pokoknya apa saja yang
masih bisa kita kerjakan untuk saat ini. Klo terlalu Idealis untuk
segera langsung bisa bikin mainan sekelas F16 atau sukhoi kapan
selesainya? So emang cukup awali dlu dari apa yang bisa Indonesia
lakukan sekarang dan just do it.
Nah klo lebih simple keliatannya, cukup
anggaran Proyek KFX dialihkan untuk membeli Jet tempur baru biar jumlah
armada udara TNI AU meningkat, jenisnya? Sesuaikan aj dengan budget
dan kebutuhan TNI AU, selain itu proses pembeli ini juga bisa jadi
senjata tawar Indonesia untuk meminta adanya alih Teknologi (ToT)
sebagai imbal balik dari pembelian ini. Pilihan pesawat baru untuk TNI
AU antara lain :
- Sukhoi SU 35, mantab neh, Gahar di udara potensi dapat TOT nya gede.
- J10 B, Ekonomis harganya, kembarannya masih dikit.
- Dassault Rafale, susah minta TOT nya, barang g laku di pasar jet tempur.
- JAS Gripen NG, belum tentu ada TOT nya.
- F35, keren, tp musti jadi budak Amrik dulu.
Klo Pilihan B terpaksanya kita
membeli produk dari Rusia atau China dengan segala Kelebihan dan
kekurangannya, yang penting bisa beli ketengan n dapat TOT .
At, least. Tentunya kita semua Rakyat
Indonesia berharap agar kelangsungan proyek IFX/KFX tetap terlaksana
dengan baik, nilai Ekonomis, Politis dan Teknologi yang didapat dari
proyek ini bila berhasil sangat besar impactnya. So, kita berdoa saja
Indonesia bisa bikin pesawat tempur yang bikin Negara tetangga ngiler
stadium 7 dan gak bisa tidur semalaman.
0 komentar:
Post a Comment