Kebijakan pemerintah Qatar dengan mengintervensi urusan internal Suriah dan membantu kelompok teroris serta kubu anti Assad tengah berusaha untuk mendukung kubu anti Nouri al-Maliki, perdana menteri Irak serta mengobarkan perpecahan di negara ini guna meraih posisi besar di kawasan.
Koran Awraq al-Khalij, cetakan Qatar mengutip sebuah sumber terpercaya dari Kantor Khalid Abdul Rahman al-Atiyyah, menteri penasehat bidang luar negeri Qatar menulis, 30 Desember 2012 di kantor Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani digelar sidang khusus. Di sidang tersebut juga dilakukan pembicaraan via telepon dengan Khamis al-Khanjar, bisnismen Irak dan membicarkaan transformasi di negara ini.
Koran ini menambahkan, salah satu petinggi yang bertanggung jawab di pertemuan khusus meminta Khamis al-Khanjar mempersiapkan aksi demo besar-besaran di hari Jumat di Irak.
Qatar adalah sebiah negara kecil dari sisi populasi dan luas wilayah. Negara ini didukung dengan dolar dari penjualan minyak. Negara kecil, namun kaya ini bermimpi memainkan peran vital di kawasan dan menjadi kekuatan besar di Timur Tengah. Untuk mencapai ambisinya ini, Qatar tak segan-segan mengiringi kebijakan Barat di kawasan Timur Tengah. Di krisis Libya, Qatar selain memainkan peran menentukan diperilisian resolusi anti mantan diktator Libya juga tercatat sebagai negara yang mengintervensi urusan internal Tripoli serta bekerjasama dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Di krisis Yaman, Qatar terlibat friksi dengan Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) khususnya Arab Saudi, namun karena P-GCC di kasus Sanaa mengamini kebijakan Barat maka Doha pun sepakat dengan prakarsa transisi kekuasaan di Yaman.
Isu Suriah merupakan masalah penting bagi Qatar untuk memainkan perannya setelah krisis Libya. Doha sebagai salah satu pelaksana utama kebijakan Barat juga memainkan peran dan arsitek utama pengobaran kerusuhan dan instabilitas di kawasan. Dukungan dana dan senjata serta media terhadap kelompok teroris Suriah merupakan bagian dari intervensi Doha di Damaskus.
Tak lama setelah perilisan surat penangkapan terhadap Tariq al-Hashimi, wakil presiden Irak oleh pengadilan Baghdad dengan dakwaan terlibat dalam aksi terorisme di berbagai wilayah negara ini, Qatar bersama Turki, Arab Saudi, Rezim Zionis Israel serta sejumlah negara Barat termasuk AS mendukung penuh al-Hashimi.
Al-Hashimi sendiri dengan melawat Qatar dan bertemu dengan sejumlah petinggi Doha menyatakan kesiapannya untuk menjalankan rencana pengobaran perpecahan di Irak. Tariq al-Hashimi, sejumlah petinggi List al-Iraqiya, sisa anasir rezim Saddam Hussein bersama Qatar, Turki, Israel dengan dukungan AS serta sejumlah negara Eropa mempersiapkan peluang bagi aksi protes warga di Irak.
Stoke yang diderita Jalal Talabani, presiden Irak dan absennya sang pemimpin negara menjadi peluang bagi kubu anti pemerintahan Nouri al-Maliki di dalam dan luar untuk memulai konspirasinya menjalankan strategi mengobarkan aksi demonstrasi rakyat guna meruntuhkan pemerintahan Maliki.
Koran Awraq al-Khalij dilaporannya menulis, pemerintah Qatar menganggap kondisi di Irak saat ini sesuai dengan kebijakannya dan sebagai saat yang tepat untuk melakukan perombakan luas di kawasan. Kebijakan Qatar selain ditujukan untuk melemahkan poros muqawama dan menarik dukungan Israel serta sekutu Baratnya, juga dapat dicermati sebagai strategi Doha untuk meraih posisi besar di kawasan.
(IRIB Indonesia/MF)
Tak pantas menjadi negara muslim!
ReplyDelete