CANBERRA VS JAKARTA:(DM) - Hacker Indonesia sudah menyatakan perang terhadap Australia sebagai protes mereka terhadap perilaku penyadapan negara Kanguru tersebut terhadap Indonesia. Hal itu didahului dengan penyerangan terhadap ratusan situs Australia secara acak.
Tidak adanya permintaan maaf dari Australia menambah kejengkelan hacker Indonesia yang kemudian berencana menggelar penyerangan lebih massif dan terarah malam ini (8/11).
Hal itu diungkapkan seorang hacker yang memiliki akun twitter @MIrZA_stw. Menurut dia, setelah menyerang ratusan situs Australia, para peretas menuntut Australia meminta maaf atas apa yang dilakukannya terhadap Indonesia, dan bila tidak para hacker akan kembali lancarkan serangan ke domain pemerintahan Australia, dengan gomain gov.au.
Menurut penggiat Anonymous Indonesia itu, belum ada konfirmasi dari pihak Australia tentang permintaan maaf dan menganggap serangan hacker Indonesia tak seberapa. Karena itulah akan ada serangan besar-besaran DDOS situs resmi negara Australia gov.au," katanya.
Menurut MIrZA_stw, banyak teman-teman di Anonymous Indonesia yang merupakan pasukan DDOS mau membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Karena penyadapan itu ibarat mencuri," tegasnya.
Dari pihak Australia, menuding serangan hacker Indonesia yang tergabung dalam Anonymous Indonesia ke situs-situs Australia, didukung pemerintah. Demikian seperti ditulis The Sydney Morning Herald (SMH) mengutip pernyatan David Hill, Professor of Southeast Asian Studies di Murdoch University.
Menurut Hill, seperti dikutip SMH, Indonesia memang memiliki tradisi kuat untuk menggunakan internet sebagai alat politik setelah era jatuhnya mantan Presiden Soeharto.
Namun, katanya, nampaknya hacker yang meretas situs Australia termasuk Rumah Sakit Umum Brisbane dan kelompok pendukung Kanker Anak-anak yang terafiliasi dengan pemerintah. Hal itu diketahui bahwa para hacker didukung oleh Bimo Septiawan yang berasal dari Indonesian Cyber Army.
Sementara itu, para hacker menolak jika disebut mempunyai relasi dengan pemerintah. "Kami melakukannya berdasar nasionalisme. Kami merasa solider untuk bertahan karena aksi-aksi Australia menyadap informasi vital negara kami," katanya.
Merdeka
0 komentar:
Post a Comment