Putin : Obama Angkat Senjatamu Kita Perang
CRIMEA:(DM) - Langkah NATO yang melakukan penyebaran pasukan di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina, direaksi keras Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan sebuah tantangan perang.
Ini menyusul sikap mendua Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, yang menolak penggunaan kekuatan militer untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, namun di satu sisi memerintahkan pengerahan kekuatan militer besar di perbatasan Belarus.
“Jika anda (obama) adalah pemimpin, jangan ragu saat mengerahkan pasukan. Angkat senjata anda dan lawan kami. Jangan menjadi badut yang menjual ancaman tapi tidak melakukannya,” tegas Putin, dilansir Inter-fax, Kamis (27/03/2014) di Kremlin, Moskow.
Putin juga mewanti-wanti NATO untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina khususnya ke Transnistria di Moldova, dengan alasan untuk mencegah serangan Rusia propinsi itu.
“Jangan pernah mengarang cerita menyeramkan. Rakyat di wilayah itu masih ingat 1000 orang meninggal karena serangan NATO. Tidak ada jejak darah Rusia di sana, jangan mencoba menjadi orang suci padahal tangan kalian berlumuran darah,” lanjut Putin.
Pernyataan paling keras Putin itu menimpali pernyataan Presiden AS Barack Obama yang memastikan Washington tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap Rusia untuk mengembalikan Republik Otonomi Crimea kepada Ukraina.
Bahkan Obama berjanji bahwa AS akan menggunakan kekuatan militer untuk membela negara NATO manapun dan mengirim peringatan ke Rusia, salah satunya pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.
“Namun untuk kasus di Crimea, saya pikir kekuatan militer tidak akan digunakan untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, yang bukan anggota NATO dan tak ada harapan Crimea bisa dilepaskan dengan cara kekerasan,” dalih Obama, seperti dilansir CBS News.
Obama secara terbuka mengakui bahwa AS dan sekutunya hanya memiliki pilihan sangat terbatas untuk menekan Rusia.
Putin Perintahkan Rudal Nuklir Bulava “On Fire”
Ini menyusul sikap mendua Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, yang menolak penggunaan kekuatan militer untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, namun di satu sisi memerintahkan pengerahan kekuatan militer besar di perbatasan Belarus.
“Jika anda (obama) adalah pemimpin, jangan ragu saat mengerahkan pasukan. Angkat senjata anda dan lawan kami. Jangan menjadi badut yang menjual ancaman tapi tidak melakukannya,” tegas Putin, dilansir Inter-fax, Kamis (27/03/2014) di Kremlin, Moskow.
Putin juga mewanti-wanti NATO untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina khususnya ke Transnistria di Moldova, dengan alasan untuk mencegah serangan Rusia propinsi itu.
“Jangan pernah mengarang cerita menyeramkan. Rakyat di wilayah itu masih ingat 1000 orang meninggal karena serangan NATO. Tidak ada jejak darah Rusia di sana, jangan mencoba menjadi orang suci padahal tangan kalian berlumuran darah,” lanjut Putin.
Pernyataan paling keras Putin itu menimpali pernyataan Presiden AS Barack Obama yang memastikan Washington tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap Rusia untuk mengembalikan Republik Otonomi Crimea kepada Ukraina.
Bahkan Obama berjanji bahwa AS akan menggunakan kekuatan militer untuk membela negara NATO manapun dan mengirim peringatan ke Rusia, salah satunya pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.
“Namun untuk kasus di Crimea, saya pikir kekuatan militer tidak akan digunakan untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, yang bukan anggota NATO dan tak ada harapan Crimea bisa dilepaskan dengan cara kekerasan,” dalih Obama, seperti dilansir CBS News.
Obama secara terbuka mengakui bahwa AS dan sekutunya hanya memiliki pilihan sangat terbatas untuk menekan Rusia.
Putin Perintahkan Rudal Nuklir Bulava “On Fire”
Urusan gertak menggertak dengan todongan senjata ternyata bukan hanya didominasi Amerika Serikat (AS) saja.
Pasca PBB menjatuhkan resolusi yang menyebut referendum dan penggabungan Crimea ke Rusia adalah ilegal, lewat perintah rahasia Moskow dikabarkan menyiagakan Pasukan Rudal Strategis (SMF).
Tak tanggung-tanggung, kapal selam Yuri Dolgoruky, yang membawa rudal nuklir Bulava, seperti dilaporkan Inter-fax, Jumat (28/03/2014) juga diperintahkan meninggalkan pangkalannya di Severodvinsk di utara Rusia.
Dilaporkan, perintah rahasia kepada Departemen Pertahanan itu langsung datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun pihak Kremlin tidak bersedia berkomentar tentang perintah rahasia itu.
Ada dugaan, pergerakkan Pasukan Rudal Strategis dan dilayarkannya kapal selam Yuri Dolgoruky adalah untuk menggertak AS dan Eropa, menyusul sikap Barat yang kini terang-terangan menunjukkan permusuhannya dengan Rusia.
Yang menarik, dari sekian kapal selam pengangkut rudal nuklir milik Rusia, Departemen Pertahanan hanya memerintahkan kapal selam Yuri Dolgoruky.
Karena selain membawa rudal Bulava, senjata nuklir terkuat di dunia saat ini, kapal selam Yuri Dolgoruky ini adalah kapal selam yang paling ditakuti AS dan NATO karena pergerakkannya sulit dideteksi radar.
NATO menjuluki kapal selam Yuri Dolgoruky ini sebagai “The Silent Killer”, karena kecanggihannya hilang dari pantauan radar militer musuh dan dapat meluncurkan rudal Bulava berdaya jangkau 10 ribu kilometer dari perairan manapun di dunia.
Bulava mampu membawa 6 hingga 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing berkekuatan 100-150 kiloton. Sebagai perbandingan, bom “Fat Man” yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima hanya berkekuatan 22 kiloton.
Bulava menggunakan bahan bakar padat untuk dua tahap pertama penerbangannya dan kemudian bahan bakar cair untuk tahap ketiga.
Rudal ini didesain untuk mampu bertahan dari ledakan nuklir dikisaran 500 meter dengan spesifikasi panjang 11,5 meter (tanpa hulu ledak), diameter 2 meter, berat 36.800 kg.
100 Ribu Pasukan Rusia Tunggu Perintah Perang Putin
Pasca PBB menjatuhkan resolusi yang menyebut referendum dan penggabungan Crimea ke Rusia adalah ilegal, lewat perintah rahasia Moskow dikabarkan menyiagakan Pasukan Rudal Strategis (SMF).
Tak tanggung-tanggung, kapal selam Yuri Dolgoruky, yang membawa rudal nuklir Bulava, seperti dilaporkan Inter-fax, Jumat (28/03/2014) juga diperintahkan meninggalkan pangkalannya di Severodvinsk di utara Rusia.
Dilaporkan, perintah rahasia kepada Departemen Pertahanan itu langsung datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun pihak Kremlin tidak bersedia berkomentar tentang perintah rahasia itu.
Ada dugaan, pergerakkan Pasukan Rudal Strategis dan dilayarkannya kapal selam Yuri Dolgoruky adalah untuk menggertak AS dan Eropa, menyusul sikap Barat yang kini terang-terangan menunjukkan permusuhannya dengan Rusia.
Yang menarik, dari sekian kapal selam pengangkut rudal nuklir milik Rusia, Departemen Pertahanan hanya memerintahkan kapal selam Yuri Dolgoruky.
Karena selain membawa rudal Bulava, senjata nuklir terkuat di dunia saat ini, kapal selam Yuri Dolgoruky ini adalah kapal selam yang paling ditakuti AS dan NATO karena pergerakkannya sulit dideteksi radar.
NATO menjuluki kapal selam Yuri Dolgoruky ini sebagai “The Silent Killer”, karena kecanggihannya hilang dari pantauan radar militer musuh dan dapat meluncurkan rudal Bulava berdaya jangkau 10 ribu kilometer dari perairan manapun di dunia.
Bulava mampu membawa 6 hingga 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing berkekuatan 100-150 kiloton. Sebagai perbandingan, bom “Fat Man” yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima hanya berkekuatan 22 kiloton.
Bulava menggunakan bahan bakar padat untuk dua tahap pertama penerbangannya dan kemudian bahan bakar cair untuk tahap ketiga.
Rudal ini didesain untuk mampu bertahan dari ledakan nuklir dikisaran 500 meter dengan spesifikasi panjang 11,5 meter (tanpa hulu ledak), diameter 2 meter, berat 36.800 kg.
100 Ribu Pasukan Rusia Tunggu Perintah Perang Putin
Meski sudah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, Rusia tetap cuek dan terus menunjukkan kekuatannya sebagai negara adidaya militer.
Kini, sebanyak 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan Ukraina tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Ukraina.
Ketua dewan keamanan nasional Ukraina, Andriy Parubly, dilansir VOA, Jumat (28/03/20140)) dalam teleconference jarak jauh dengan Presiden Barack Obama dan pejabat tinggi di Washington, mengatakan, Rusia telah menempatkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina di utara, selatan, dan timur.
“Pasukan Rusia saat ini dalam kesiagaan penuh untuk menyerang, tinggal menunggu perintah Putin dan mereka akan menyerang masuk ke negara kami,” ujar Parubly.
Dalam menjawab penjelasan itu, Presiden Obama mengatakan, info dari Departemen Pertahanan AS menyebut Rusia memang terus memperkuat pasukannya di tiga wilayah perbatasan itu, namun hingga kini maksud penempatan pasukan itu masih tidak jelas.
“Kami belum bisa memastikan apakah pasukan besar itu akan menyerang atau tidak. Semuanya masih teka-teki dan kita menunggu serta mengamati apa yang terjadi di sana,” timpal Obama.
Pemerintah Rusia sendiri, pasca Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukan itu hanya melakukan “latihan musim semi” minggu lalu, hingga kini sudah tak memberikan penjelasan terbaru mengenai meningkatnya jumlah pasukan di perbatasan Ukraina.
Jurnal3
Kini, sebanyak 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan Ukraina tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Ukraina.
Ketua dewan keamanan nasional Ukraina, Andriy Parubly, dilansir VOA, Jumat (28/03/20140)) dalam teleconference jarak jauh dengan Presiden Barack Obama dan pejabat tinggi di Washington, mengatakan, Rusia telah menempatkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina di utara, selatan, dan timur.
“Pasukan Rusia saat ini dalam kesiagaan penuh untuk menyerang, tinggal menunggu perintah Putin dan mereka akan menyerang masuk ke negara kami,” ujar Parubly.
Dalam menjawab penjelasan itu, Presiden Obama mengatakan, info dari Departemen Pertahanan AS menyebut Rusia memang terus memperkuat pasukannya di tiga wilayah perbatasan itu, namun hingga kini maksud penempatan pasukan itu masih tidak jelas.
“Kami belum bisa memastikan apakah pasukan besar itu akan menyerang atau tidak. Semuanya masih teka-teki dan kita menunggu serta mengamati apa yang terjadi di sana,” timpal Obama.
Pemerintah Rusia sendiri, pasca Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukan itu hanya melakukan “latihan musim semi” minggu lalu, hingga kini sudah tak memberikan penjelasan terbaru mengenai meningkatnya jumlah pasukan di perbatasan Ukraina.
Jurnal3
0 komentar:
Post a Comment