Seorang petugas mengawasi jalan yang menuju kawasan industri Kaesong,
Korea Utara. Kawasan industrin yang diongkosi Korea Selatan ini dibangun
pada 2004 dan menampung lebih dari 120 pabrik dan mempekerjakan
setidaknya 53.000 warga Korea Utara. Namun, di tengah meningkatnya
ketegangan di Semenanjung Korea, pemerintah Korea Utara memutuskan untuk
menutup kawasan industri ini untuk sementara.
Selama 14 bulan berturut-turut, Korsel menangguk surplus perdagangan.
SEOUL:(DM) - Sebelum perang dengan Korea Utara (Korut) jadi atau batal, kantor pelayanan bea cukai Korea Selatan (Korsel) menghitung untung perdagangan internasionalnya. Hasilnya, tulis Yonhap pada Senin (15/4/2013), selama 14 bulan berturut-turut, Korsel menangguk surplus. Tak berhenti sampai di situ, Seoul berhasil pula mengikis impor.
Sampai dengan Maret 2013, misalnya, perdagangan Korsel surplus 3,3 miliar dollar AS. "Pencapaian ini mempertahankan tren surplus sejak Februari 2012,"kata lembaga yang acap disingkat dengan KCS.
KCS melanjutkan, ekspor Korsel naik 0,2 persen ketimbang setahun silam menjadi 47,4 miliar dollar AS sejak sebulan silam. Sebaliknya, impor turun 2 persen menjadi 44,1 miliar dollar AS.
Tiga bulan awal 2013, ekspor Korsel naik 0,5 persen hingga 135,5 miliar dollar AS dibandingkan periode sama 2012. Sementara, impor selama tiga bulan itu susut menjadi 129,7 miliar dollar AS.
Kendati begitu, Korsel mencatatkan penurunan pengapalan produk baja, otomotif, dan kapal pada Maret 2013. Masing-masing produk itu susut 8,1 persen, 10,5 persen, serta 14,4 persen.
Namun, penurunan ini diimbangi oleh menanjaknya ekspor peralatan komunikasi, piranti lunak, dan peralatan rumah tangga masing masing 3 persen, 7 persen, dan 6 persen.
Ekspor Korsel ke negara-negara Asia Tenggara dan China menunjukkan kenaikan masing-masing 8,3 persen dan 6 persen. Sementara, penurunan 16,1 persen, 18,2 persen, dan 8,4 persen terjadi pada tujuan ekspor ke AS, Jepang, dan Uni Eropa.
KOMPAS
Selama 14 bulan berturut-turut, Korsel menangguk surplus perdagangan.
SEOUL:(DM) - Sebelum perang dengan Korea Utara (Korut) jadi atau batal, kantor pelayanan bea cukai Korea Selatan (Korsel) menghitung untung perdagangan internasionalnya. Hasilnya, tulis Yonhap pada Senin (15/4/2013), selama 14 bulan berturut-turut, Korsel menangguk surplus. Tak berhenti sampai di situ, Seoul berhasil pula mengikis impor.
Sampai dengan Maret 2013, misalnya, perdagangan Korsel surplus 3,3 miliar dollar AS. "Pencapaian ini mempertahankan tren surplus sejak Februari 2012,"kata lembaga yang acap disingkat dengan KCS.
KCS melanjutkan, ekspor Korsel naik 0,2 persen ketimbang setahun silam menjadi 47,4 miliar dollar AS sejak sebulan silam. Sebaliknya, impor turun 2 persen menjadi 44,1 miliar dollar AS.
Tiga bulan awal 2013, ekspor Korsel naik 0,5 persen hingga 135,5 miliar dollar AS dibandingkan periode sama 2012. Sementara, impor selama tiga bulan itu susut menjadi 129,7 miliar dollar AS.
Kendati begitu, Korsel mencatatkan penurunan pengapalan produk baja, otomotif, dan kapal pada Maret 2013. Masing-masing produk itu susut 8,1 persen, 10,5 persen, serta 14,4 persen.
Namun, penurunan ini diimbangi oleh menanjaknya ekspor peralatan komunikasi, piranti lunak, dan peralatan rumah tangga masing masing 3 persen, 7 persen, dan 6 persen.
Ekspor Korsel ke negara-negara Asia Tenggara dan China menunjukkan kenaikan masing-masing 8,3 persen dan 6 persen. Sementara, penurunan 16,1 persen, 18,2 persen, dan 8,4 persen terjadi pada tujuan ekspor ke AS, Jepang, dan Uni Eropa.
KOMPAS
0 komentar:
Post a Comment